Perang Sesungguhnya (*Bagian 2)


524

Perang Sesungguhnya (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama, saya telah ulas tentang kemungkinan perang nuklir sebagai opsi yang hampir nggak mungkin diambil oleh sang Ndoro besar dalam menaklukan dunia. Jadi please, jangan ngomongin perang nuklir mlulu yang nggak jelas juntrungannya. (baca disini)

Lantas kalo bukan perang nuklir, perang apa yang akan diambil kelak?

Untuk tahu jawabannya, anda perlu buka Laporan yang dibuat Rockefeller di tahun 2010 dan juga simulasi Event 201 yang dilangsungkan di John Hopkins University pada 2019 silam. (baca disini dan disini)

Itulah perang yang sedang dan akan terus dimainkan oleh sang Ndoro besar untuk membentuk tatanan dunia baru, yaitu: virus (bio-war) dan ketakutan. Satu yang perlu anda ketahui, bahwa perang ini berbiaya murah ketimbang perang nuklir, namun daya hancurnya sangat menakutkan.

Karenanya, scandemic Kopit adalah perang yang sangat sempurna untuk dimainkan.

Berbekal virus antah berantah yang ‘katanya’ sangat mematikan, langsung kebijakan lockdown diterapkan secara global.

Apa hasilnya?

Perusahaan pada bangkrut, orang mulai kehilangan pekerjaan, kemiskinan yang makin parah, kelaparan dimana-mana, dan stress hingga kematian diujung cerita. (baca disini)

Proses pembangkrutan massal memang sengaja diciptakan, karena tujuan akhirnya memang pembentukkan tatanan dunia baru yang disebut dengan The Great Reset (TGR).

Dengan kata lain TGR nggak akan bisa diciptakan selama tatanan dunia yang lama belum dihancurkan. Jangan heran jika ada pernyataan bahwa kondisi ekonomi yang ‘konon’ akan membaik sebentar lagi, itu hanya khayalan yang sangat sulit untuk bisa terjadi. (baca disini dan disini)

Melalui skenario ‘virus dan ketakutan’, sang Ndoro bakal dapat 2 keuntungan.

Pertama kontrol atas manusia, dan kedua kontrol atas sumber daya alam.

Untuk kedua hal tersebut, mereka memerlukan ‘tool’ yang bisa digunakan, yaitu perangkat teknologi berkecapatan tinggi. Orang menyebutnya dengan 4IR alias the fourth industrial revolution. (baca disini)

Dengan hadirnya 4IR, akan sangat mudah untuk mengatur manusia, karena fitur-fitur yang ada dapat memantau orang dimanapun dia berada.

Pada tataran teknis, semua akan serba digital. Uang digital. Pekerjaan serba digital. Hingga komunikasi dan cara hidup, semua bakalan digital. Dan ini menasbihkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial.

Coba anda pikir, social distancing selaku jargon new normal, bukankah mengarah pada skenario ini?

Lantas, kalo semua pekerjaan bakal digital, akan memicu semakin banyak pengangguran, donk?

Tepat sekali. Tapi anda jangan khawatir, karena saat menganggur-pun, anda akan dibayar dengan sistem UBI alias Universal Basic Income yang akan berlaku sebagai uang digital. (https://www.vox.com/future-perfect/2020/2/19/21112570/universal-basic-income-ubi-map)

Makanya mereka punya motto bersama yang saat ini terus didengungkan: Own Nothing and Be Happy di tahun 2030 nanti. (https://www.quora.com/The-World-Economic-Forum-says-by-2030-you-will-own-nothing-and-you-will-still-be-happy-and-a-Great-Reset-will-occur-after-COVID-19-What-do-they-mean)

Kok bisa nggak punya apa-apa tapi bahagia?

Karena anda akan terima UBI tadi. Namun ada syaratnya, yaitu: anda harus patuh pada semua perintah sang Ndoro besar. Sebab kalo nggak, maka ‘loe – gue – end’.

Lalu bagaimana program depopulasi dijalankan?

Pertama dengan memakai vaksin Kopit ‘percobaan’. Dan kedua lewat makanan yang kelak akan kita santap.

Apa kaitan vaksin ‘percobaan’ dengan depopulasi?

Yang paling sederhana dan nyata, berapa korban mati akibat vaksinasi global? Sangat banyak jumlahnya, bukan? (baca disini)

Namun ini bukan berita baiknya, mengigat vaksin itu punya efek jangka panjang. Jadi nggak bisa dilihat saat ini. Kalo saat ini saja sudah bermasalah dengan banyaknya jumlah korban yang meninggal, apa mungkin ke depannya angka kematian akibat efek samping vaksin, berkurang jumlahnya?

Selain itu, pada beberapa vaksin, anda akan diubah menjadi transmitter yang akan mampu dipantau lewat jaringan berkepatan tinggi alias 5G. Jangan heran, bila saat ini jaringan tersebut makin intens untuk dibangun infrastrukturnya, karena rencana ID2020 bisa dilakukan berbarengan dengan program vaksinasi tersebut. (baca disini)

Inilah perang sesungguhnya. Biayanya murah karena cukup pakai media mainstream untuk menakut-nakuti anda sekalian, tapi daya hancurnya luar biasa. Jauh lebih mematikan ketimbang si Kopit itu sendiri. Selain itu, infrastruktur yang telah dibangun, nggak rusak akibat Perang Nuklir, bukan?

Nggak heran dalam menjalankan rencananya, perlu banyak simulasi digelar. Ada laporan Rockefeller, ada Event 201, ada pandemi SARS, MERS, Flu Babi dan yang paling baru ada simulasi SPARS. Itu semua mengarah pada ‘rencana besar’ yang telah Ndoro besar persiapkan dengan sangat baiknya. (baca disini)

Apa yang akan dijadikan barang dagangan nantinya, selain: virus dan ketakutan?

Lalu, bagaimana program depopulasi dengan makanan buatan yang akan kita santap?

Tentang ini saya pernah bahas dengan sangat detil. Bahwa selepas pandemi, kita semua akan digiring untuk menyantap makanan sintetis yang sudah pasti ‘mematikan’ karena mengandung bahan kimia beracun di dalamnya. (baca disini, disini dan disini)

Dan BG selaku sosok Ndoro besar, jauh-jauh hari sudah sounding tentang hal ini. (baca disini)

Terus, bagaimana nasib SDA yang kelak tidak bisa kita pakai kembali seperti saat ini?

Ya tentu saja sang Ndoro besar yang pegang kendali atasnya. Kontrol atas SDA memang sudah lama menjadi incaran mereka. Dengan SDA berlimpah yang hanya bisa dinikmati oleh kartel Ndoro besar, bukankah itu berarti surga dunia bagi mereka? (baca disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


5 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Bang. Gimana dengan kasus cerai sang ndoro besar. Adakah sang istri mengundurkan diri sebagai saksi atas semua tragedi hasil tangan suaminya?

      1. Menowo nanti Melinda jadi kartel yg berdiri sendiri, sehingga elit global makin berkuasa?
        Wallahu a’lam… ☕

error: Content is protected !!