Sstt, Dunia Mau Diatur Ulang (*Bagian 3)


533

Sstt, Dunia Mau Diatur Ulang (*Bagian 3)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama dan kedua, saya telah membahas tentang dampak yang ditimbulkan akibat lockdown sana-sini yang dipicu oleh hadirnya virus Kopit dan juga siapa pihak yang menawarkan proposal tata dunia baru selepas hancurnya dunia karena adanya krisis global. (baca disini dan disini)

Kesimpulan yang bisa diambil, dunia sengaja dibuat kolaps dan pemberian utang secara besar-besaran sengaja dilakukan, demi terbentuknya tatanan dunia baru.

Ini wajar. Bagaimana mungkin dunia di-setting ulang secara besar-besaran kalo posisinya nggak hancur lebur?

Saat ini kita sudah masuk pintu gerbang menuju tatanan dunia baru yang disodorkan oleh sang Ndoro besar. Pintu gerbang itu bernama New Normal. Pada tahap ini, semua kebiasaan baru akan diperkenalkan, agar pada saatnya nanti dunia baru yang tercipta seperti yang dirancang, manusia nggak akan kaget.

Pada saat ini juga, semua manusia akan dipaksa untuk menerima ID digital yang waktunya bersamaan dengan proses vaksinasi digital. Tentang ini sudah pernah saya bahas dengan lengkap. (baca disini)

Kenapa perlu diberikan identitas digital?

Ya karena tatanan dunia baru nanti akan mengadopsi konsep 4IR alias the fourth industrial revolution, dimana digitalisasi merupakan pilar utamanya. Bukankah pihak yang mengusulkan 4IR dan The Great Reset (TGR) adalah entitas yang sama? DLDL alias dia lagi, dia lagi.

Dengan adanya digitalisasi di semua lini, maka pengawasan yang akan dilakukan terhadap anda-anda sekalian yang sudah punya ‘identitas digital’ tadi, jauh lebih mudah untuk dilakukan. Dan kalo anda nantinya macam-macam, tinggal aktivasi CTRL+ALT+DEL, maka tamatlah riwayat anda.

Dan informasi penting yang harus anda ketahui, bahwa TGR paralel dengan program Ndoro besar lainnya.

Anda mungkin pernah dengar istilah SDG alias Sustainable Development Goals 2030 yang dibesut PBB serta memiliki 17 tujuan yang hendak dicapai?

Kalo anda baca dengan cermat, maka TGR ya nggak lain sama dengan SDG 2020 milik PBB tersebut. Ada bahasa ‘suar’ yang sama yang digunakan, semisal kesetaraan pendapatan, kesetaraan gender, vaksin untuk semua, hingga akses pendidikan berbasis internet bagi semua manusia. (baca disini)

Tahu darimana itu semua sama?

Ada satu kata kunci utamanya: Berkelanjutan. Dari mulai ekonomi berkelanjutan, industri berkelanjutan dan hingga kota berkelanjutan. Ini logis. Bagaimana peradaban bisa maju kalo nggak dikurangi standar hidupnya agar bisa berkelanjutan? (https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld)

Lha kok bisa sama? Karena para pemain-nya juga sama. Belum lagi kalo anda dengar istilah The Great Zero Carbon. Ya 11-12 isinya. Pada lain tulisan saya akan mengulasnya.

Lalu, apa syarat utama terjadinya TGR?

Pertama butuh pasar yang dapat mendistribusikan hasil yang ‘berkeadilan’, guna terciptanya kondisi bagi ekonomi pemangku kepentingan (stakeholder capitalism) yang akan mengatur pajak kekayaan, subsidi bahan bakar hingga perdagangan. (https://www.weforum.org/agenda/2020/06/now-is-the-time-for-a-great-reset/)

Bagaimana syarat ini bisa berjalan, tentunya membutuhkan ‘endorsement’ yang kuat dari pemuka agama. Masa iya ngomongin ekonomi berkeadilan, simbol agama nggak dilibatkan? Dan ini sudah terjadi dan pernah saya ulas. (baca disini)

Syarat kedua terjadinya TGR adalah terciptanya iklim investasi guna kemajuan bersama yang bersifat setara dan berkelanjutan. Pada syarat ini, maka stimulus ekonomi akan diberikan guna terciptanya industri ‘hijau’ yang ‘ramah’ lingkungan.

Nah terus industri yang sekarang ini ada akan dikemanain? Ya dihancurkan guna terciptanya industri ‘hijau’ yang berkelanjutan tersebut.

Bukankah akan banyak angka pengangguran dan juga kemiskinan akibat skenario tersebut?

Jangan khawatir, anda akan mendapat dana santunan tiap bulannya walaupun anda pengangguran. Jadi anda walaupun nggak punya apa-apa, tapi anda bakal dijamin bahagia.

“Own nothing and be happy” adalah istilah yang tengah diperkenalkan. Syaratnya tentu saja anda harus ‘patuh’. (https://medium.com/illumination/in-2030-youll-own-nothing-and-be-happy-about-it-abb2835bd3d1)

Dan syarat ketiga tentu saja digitalisasi disemua bidang alias 4IR, yang akan menyasar secara khusus pada bidang-bidang seperti bioteknologi penyuntingan gen, komunikasi 5G, kecerdasan buatan, internet of things, Big Data dan cloud storage.

Syarat ini memang masih dalam progress, namun akan rampung saat tengat waktunya tiba. Percayalah.

Nah kalo semua syarat tadi telah terpenuhi, apa yang akan terjadi?

New World Government dengan konsep negara pengawasan. Jadi kemanapun dan kapanpun anda beraktivitas, semua akan terpantau oleh teknologi digital. Surveillance will be everywhere, negara totaliter.

Lantas bagaimana program depopulasi bisa dilakukan?

Ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan program vaksinasi untuk semua, dan kedua melalui makanan yang kelak akan kita konsumsi.

Sebagai dampak dari pertanian berkelanjutan, maka makanan yang akan anda konsumsi adalah makanan palsu yang diedit secara genetik, seperti daging sintetis buatan laboratorium dan semacamnya, bahkan kelak cacing dan gulma akan dijadikan sebagai sumber makanan baru.

Ini bukan lelucon. WEF sendiri telah bermitra dengan EAT Forum dan Impossible Foods untuk mewujudkan rencana ini. (https://navdanyainternational.org/world-economic-forums-great-reset-plan-for-big-food-benefits-industry-not-people/)

Dan yang membuat kaget adalah temuan laboratorium yang menyatakan bahwa daging tiruan yang dibuat oleh Impossible Foods, ternyata mengandung glifosat beracun 11 kali lebih tinggi dari perusahaan pesaingnya. (https://d3n8a8pro7vhmx.cloudfront.net/yesmaam/pages/8069/attachments/original/1557958339/COA_S0004900_Impossible_Burger_and_Beyond_Meat_patty_-_glyphosate.pdf?1557958339)

Inilah masa depan makanan yang direncanakan di bawah TGR. Jadi jangan mengkhayal kalo pertanian ‘berkelanjutan’ akan menyediakan makanan dengan kualitas yang lebih baik. (https://eatforum.org/initiatives/fresh/)

Dengan memakan makanan sintetis alias buatan yang mengandung bahan beracun berbahaya, apa yang bisa terjadi selain kematian?

Makanya jangan coba berpikir bahwa selepas vaksinasi (secara khusus vaksin buatan Big Pharma) maka dunia akan kembali pulih seperti sediakala. Itu hanya ada dalam mimpi alias nggak akan terjadi.

Sebagai analis saya coba ungkapkan bahwa tahun-tahun ke depan kondisinya bukan makin membaik tapi justru akan memburuk seiring dengan program besar yang bernama The Great Geset.

Dan hanya kesadaran anda-lah sebagai manusia yang mampu menampik rencana jahat tersebut.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


25 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

      1. Berarti Pelaksanaannya di masing-masing negara yah bang SDG 2020 ini dan harus jalan.

        Misalkan untuk makanan, berdasarkan informasi ini, masyarakatnya harus teliti dan sadar mana makanan yang asli dan makanan dimodifikasi.

        Berarti nanti setiap pemerintahan dunia akan menjalankan program the great reset ini, co. Republik Wakanda adalah pemerintah daerah, sedangkan USA adalah pemerintah pusat, kalau dilihat dari sudut pandang global, terlihat dari setiap kebijakan yang selalu copy paste dari Barat.

        1. Pelaksanaan TGR bersifat global. Termasuk Wakanda jg masuk dlm ‘jebakan’ ini.

          Kita ga punya pilihan selain menyantap makanan yg nanti disajikan. Mo beli yg lain ga ada jual. Serba salah bukan?

    1. Secara mendasar, surveillance state biasanya milik negara2 sosialis spt china dimana kontrol negara sangat kuat atas warganya.

      Bedanya ditujuannya: china buat sejahtera bangsanya, tp kalo sang Ndoro ‘menyengsarakan’ umat manusia.

  1. Saya pikir tujuan SDG’s ini mulia banget Bang,dan setiap daerah kab/kota WAJIB untuk mengaplikasikannya dalam setiap kebijakan baik itu dalam RPJMD ataupun RPJMN bahkan dalam RTRW.
    Kaget saya dgn adax program yg serupa yi TGR.
    Mungkin agak lama di Republik Wakanda ini untuk bisa mencapai 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini sampe 2030 kedepan,tapi sejak dicetuskan selalu saja dievaluasi capaianx dalam penyusunan RPJMD dan lagi salah satu kendala di Republik Wakanda ini adalah Data.
    Warbiyasah Bang ulasannya…

  2. Kaitannya program depopulasi dengan SDG’s, mungkin ada di Tujuan 3 : menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Target 3.b : mendukung penelitian dan pengembangan VAKSIN dan obat penyakit menular dan tidak menular yang terutama berpengaruh terhadap negara berkembang , menyediakan akses terhadap obat dan VAKSIN dasar yang terjangkau, sesuai The Doha Declaration tentang The TRIPS Agreement and Public Health yang menegaskan hak negara berkembang utk menggunakan secara penuh ketentuan dalam kesepakatan atas Aspek2 Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual terkait keleluasan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan khususnya menyediakan akses obat bagi semua.
    Untuk pertanian berkelanjutan, tepatnya ada di Tujuan 2 SDG’s : Menghilangkan kelaparan,mencapai ketahanan pangan dan gizi yg baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. Target 2.5 : Pada tahun 2030 mengelola keragaman GENETIK benih,tanaman budidaya dan HEWAN TERNAK dan peliharaan dan spesies liar terkait termasuk melalui bank benih dan tanaman yg dikelola dan dianekaragamkan dgn baik ditingkat nasional, regional dan international, serta meningkatkan akses terhadap pembagian keuntungan yg adil dan merata, hasil dari pemanfaatan sumber daya GENETIK dan pengetahuan tradisional terkait sebagaimana yg disepakati secara internasional.Jumlah varietas unggul tanaman dan hewan untuk pangan yg dilepas.
    Dan masih banyak lagi menuju digitalisasi di semua bidang Bang…
    wah..wah..wah..

      1. Bang, berarti benih tanaman dan bibit ternak yang akan digunakan petani adalah hasil rekayasa genetik dari perusahaan Ndoro Besar yah

          1. Siap ? dan terima kasih atas pencerahannya.

            Sekalian mengenai Pendidikan dan ilmu pengetahuan.
            Karena suatu bangsa dan peradabannya bisa bertahan, karena 2 hal :

            1. Ketahanan pangan (Sumber Gizi yang baik dan sehat

            2. Pendidikan dan ilmu pengetahuan.

            Pendidikan mau digitalkan juga akan banyak masalahnya. (sekarang belajar online, ini sama aja membuat bodoh satu generasi yang punya pemikiran kritis, belajar cuma satu arah, tidak ada interaksi murid dan guru).

          2. bagaimana kita bisa memiliki ketahanan pangan kalo kita hanya jadi jongos Ndoro besar? yang ada kita akan di-kasih makan makanan sintetis yang tentu saja beracun bagi tubuh. itu PR besar yang harus diperhatikan agar kita dapat mewujudkan program ketahanan pangan yang sesungguhnya.

            untuk pendidikan digital, saya pernah ulas:
            https://ndaruanugerah.com/ketika-pendidikan-tak-lagi-sama-bagian-1/
            https://ndaruanugerah.com/ketika-pendidikan-tak-lagi-sama-bagian-2/

            secara singkat, PJJ bukanlah pembelajaran yang sesungguhnya. namun itu harus dijejali ke semua warga dunia, mengingat ke depannya peran guru akan direduksi dengan hadirnya EdTech yang didanai oleh Ndoro besar. coba cek khan academy. siapa yang menjadi pendana utamanya?

        1. it is clearly stated by Kissinger: Control oil and you control nations; control food and you control people.

          tpernah dengan Cargill?

    1. Apakah ada hubungan nya kondisi yg nanti nya akan mengarah ke perang digital dan perang bintang? Bagaimana menghubungkan nya?

  3. Dan lewat jalur makanan, skrng impossible food dengan daging beracun yg istilahnya halusnya daging yg terbuat dri sayur, sudah mulai dijual diresto cepat saji salah satunya di raja bourger diindo ?, udh liat reviewnya dan kata yg mencicipi sih rasanya gaenak?

  4. Belakangan ini sdg viral, banyaknya anak2 balita di negara duni ketiga yg terkena penyakit gagal ginjal. Apakah ini berkaitan dgn rekayasa food genetik dari perusahaan2 agb ndoro besar ??

error: Content is protected !!