Kasak-Kusuk Opa Jack


513

Pilpres 2019 memang masih setahun lagi. Tapi geliatnya mulai terasa.

Gak percaya? Emak-emak tetangga, udah gak canggung bicarain politik saban hari, sambil belanja sayur di gerobak mang Doel. Semua serempak jadi komentator dadakan. Dan ibu-ibu yang tadinya diam-pun dipaksa buka suara, minimalnya nimpalin apa yang sudah dilontarkan bu-ibu yang lainnya.

Wajar, karena ini tahun politik. Manuver politik-pun makin intens digelar. Namun dari sekian banyak politisi, yang menjadi fokus saya adalah Opa Jack. Gagal mendapat tiket untuk bertarung kembali di 2019, maka ibarat cacing kepanasan, langkah ugat-uget langsung di-trabas.

Apa kepentingan sang Opa bertarung kembali? Mengamankan gurita bisnis yang dimilikinya. Sudah rahasia umum kalo semasa kepemimpinan Jokowi, semua kran “kemudahan usaha” bagi pebisnis nakal, makin sulit ruang geraknya. Kalo dulu, semua serba cingcai, sekarang serba cap cay sambil tepok jidat…

Kalo Opa gagal nyapres, harus ada orang yang dimajukan, supaya kelak bisa disetir saat orang tersebut menjabat presiden. Dan orang tersebut adalah Anies Baswedan. Orang sudah mahfum kalo AB adalah orangnya Opa Jack. Bahkan saat pilkada DKI tempo hari, Opa-lah yang berjasa untuk mengkerek nama AB menjadi cagub menggilas kandidat lainnya.

Mulai-lah langkah zig-zag digelar. Namun masalah datang? Mau ngerek nama sang gabener, pakai partai apa? Trus dana nyapres-nya gimana?

Bukan Opa Jack kalo masalah gitu aja gak bisa dipecahkan.

Langsung Opa Jack ngedeketin partai Demokrat. Sang Opa sudah sangat paham, kalo Pepo sangat perhatian akan nasib anaknya tersayang-AHY. Sudah dibela-belain keluar jadi anggota TNI, terus langsung ngikut pilkada, dan berakhir tragis. Putaran pertama langsung nyungsep dengan suksesnya. Kacian kann??

Saya pernah ulas, Pepo punya cita-cita, kalo AHY gak jadi nyapres di 2019, di 2024 paling nggak bisa terealisasi. Sontak tawaran Opa, langsung disambut dengan meriah sang Pepo. Apa deal-nya? Tadaa..paket Anies-AHY. Serta merta Pepo bisa tertawa gembira sambil lompat-lompat: “Berhasil… Berhasil…”

Langkah yang cukup cerdas, karena dengan menggandeng Pepo, Opa langsung dapat 2 parpol pengusung: PD dan PAN. Kok PAN? Masa iya, sang besan (Hatta Rajasa) nggak ngasih dukungan ke Pepo? Belum lagi, Amien Rais juga sudah merasa klop dengan AB sejak pilkada DKI tempo hari.

Belum lagi, PKS juga pasti ngedukung duet maut tersebut. Alasannya klasik. Pertama PKS butuh dana segar untuk bisa bergerak. Sudah rahasia umum kalo partai jelmaan Ikhwanul Muslimin ini ibarat drakula haus darah, karena nggak dapat darah segar semasa pakde berkuasa. Yang kedua, ini partai adalah proxy kepentingan asing di Indonesia.

Bahkan, lobby juga digelar sampe ke Saudi, dimana sang Singa Allah dijanjikan untuk menerima SP3 penuh dan bisa segera balik ke Indonesia. Syaratnya: mendukung duet Anies-AHY.

Itu soal dukungan untuk meraih angka 20% PT. Bagaimana soal pendanaan, datangnya dari mana?

Pertama dari kantung Cikeas, yang konon kabarnya punya uang tak berseri. Dan kedua dari dukungan pengusaha hitam, yang punya dendam kesumat terhadap kebijakan-kebijakan spektakuler yang dibuat Jokowi.

Apa Opa Jack gak nyumbang? Nah, khusus hal ini lagi diakalin. Caranya?

Ingat skandal Century yang terjadi saat pilpres 2009 di era Pepo berkuasa? Nah, tahun ini, ada tuh yang mirip-mirip. Namanya bank Bukopin.

Ini bank lagi meradang, dan mengharapkan bail out alias dana talangan dari pemerintah. NPL net-nya sudah tembus 6,37%. Padahal batas wajarnya cuma maksimal 5%. Dan sialnya lagi, 30% sahamnya tuh bank, yang punya kroni Opa juga.

Kenapa bank Bukopin bisa terancam bangkrut? Akibat kredit macet. Dan konon katanya, perusahaan yang banyak nunggak kredit di bank tersebut salah satunya adalah holding Bosowa Corporation. Pertinyiinnyi: punya siapa tuh perusahaan? Aksa Mahmud, ipar sang Opa.

Jadi terjawab sudah, bagaimana langkah zig-zag sang Opa Jack. Dan hebatnya lagi, semua langkah itu, eksekutornya bukan dirinya langsung, tapi sang ipar. Jadi kalo ada tudingan dari istana perihal manuver Opa, dia bisa ngeles kek bajaj…”Lha, kan bukan saya, pak yang kasak-kusuk..”

Apakah skenario ini akan berhasil? Nah, terus peran Jendral Moeldoko apa?? Diem-diem baee??

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!