Sstt, Dunia Mau Diatur Ulang (*Bagian 2)


534

Sstt, Dunia Mau Diatur Ulang (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, saya telah mengulas tentang dampak kerusakan dari penutupan sana/sini pada segi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat dunia. Namun orang awam tetap menyalahkan Kopit sebagai biang keladinya. Kebijakan pemerintah-lah biang keladi sesungguhnya. (baca disini)

Lantas, apa motivasi utama dibalik hancurnya perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat yang dipicu oleh lockdown dengan Kopit sebagai kambing hitamnya?

Anda pernah dengar istilah ‘Tata Kelola Global’ alias global governance?

Secara singkat David Rockefeller di tahun 1991 mengatakan begini, “Dunia sudah semakin canggih dan bersiap menuju pemerintahan dunia (world government), dimana kedaulatan ‘supranatural’ elite intelektual dan para bankir dunia akan mengambil alih sistem pemerintahan yang berlaku di era sebelumnya.” (https://www.aspentimes.com/news/beware-new-world-order/)

Singkatnya, David Rockefeller mau bilang bahwa sistem pemerintahan baru akan dibentuk dengan istilah pemerintahan dunia dimana yang pegang kuasa ‘supranatural’ adalah sang Ndoro besar, dan pemerintahan dibawahnya hanya akan menjadi pelayan kepentingan ‘tuannya’ alias jongos.

Ini jadi klop saat Rockefeller Foundation di tahun 2010 telah ‘merencanakan’ skenario yang dikenal dengan Lock-Step, sebagai inisiasi menuju terwujudnya pemerintahan dunia. (https://www.nommeraadio.ee/meedia/pdf/RRS/Rockefeller%2520Foundation.pdf)

Apa syarat bagi pemerintahan dunia terwujud?

Pertama adanya rekayasa sosial yang bertujuan agar anda takut dan akhirnya patuh kalo disuruh ngapain aja. Peran ini dimainkan dengan baik oleh media mainstream dan Big Tech sebagai agen-agen penyebar ketakutan. (baca disini dan disini)

Dan kedua adanya kontrol ekonomi dengan cara memberi pinjaman dalam jumlah besar kepada negara-negara agar terlilit hutang. Orang yang telilit hutang, apa bisa berlaku macam-macam?

Coba anda kritis berpikir, dampak yang sengaja ditimbulkan akibat penutupan (lockdown) sana sini dengan segudang peraturan tidak relevan yang mengikutinya berkedok new normal selain pemberian pinjaman secara besar-besaran dari lembaga Bretton Woods, apa bukan menyasar kedua prasyarat tersebut? Tentu iya, bukan?

Dan pemerintahan di banyak negara akan dipaksa untuk ‘melayani’ kepentingan sang Ndoro, karena kalo nggak konsekuensinya ada dua. Pertama ‘pemerintahannya’ bakal dianggap ‘mbalelo’ terhadap sang Ndoro dan kedua pinjaman alias utangan dari lembaga ekonomi Ndoro nggak akan digulirkan.

Dengan skenario ini, yang ada utang negara tambah banyak (alih-alih untuk menangani Kopit), dan otomatis akan makin terjerat oleh aturan yang diberikan sang Ndoro. Ironisnya, pemulihan ekonomi dan sosial seperti yang diharapkan tidak akan pernah terwujud. (https://www.bloomberg.com/graphics/2021-coronavirus-global-debt/)

Ini memang skenario-nya. Pemerintahan di banyak negara harus dihancurkan dengan nominal pinjaman yang ‘tidak akan mungkin dilunasi’, sehingga pemerintahan dunia (global governance) dapat diwujudkan sesuai rencana.

Ini logis. Kalo kondisinya nggak hancur lebur, bagaimana mungkin tata kelola pemerintahan (world governance) yang baru bisa ditawarkan?

Jadi kalo situasi ekonomi global babak belur saat ini, jangan heran. Kenapa? Karena dunia akan diatur ulang. Inilah yang dikenal dengan The Great Reset menuju Global Governance.

Apa itu The Great Reset?

Istilah The Great Reset pertama kali diluncurkan pada 3 Juni 2020 melalui situs web World Economic Forum (WEF) yang bermarkas di Davos, Swiss. (https://www.weforum.org/agenda/2020/07/klaus-schwab-nature-jobs-great-reset-podcast)

Klaus Schwab selaku pendiri dan Ketua Eksekutif WEF mengatakan begini, “Dunia harus bertindak bersama dan cepat untuk mengubah semua aspek masyarakat dan ekonomi kita. Kita membutuhkan The Great Reset pada kapitalisme.”

Pada tataran teknis, The Great Reset adalah proses transformasi menuju pengaturan ulang ekonomi yang menyasar tata kelola global. (http://alt-market.com/index.php/articles/4254-globalists-reveal-that-the-economic-reset-is-coming-in-2021)

Lalu apa itu WEF?

WEF melupakan sebuah LSM yang didirikan pada tahun 1971 oleh Klaus Schwab. Markas besarnya ada di Cologny sebuah kota di pinggiran Jenewa, Swiss. (https://en.wikipedia.org/wiki/World_Economic_Forum)

Kalo merujuk statusnya yang hanya sebuah LSM, seharusnya WEF nggak punya wewenang atas peran internasional yang sah, seperti halnya PBB. Jadi nggak relevan kalo LSM sekelas WEF kasih ‘arahan’ bagi dunia internasional agar mengambil rencana The Great Reset yang diluncurkannya.

Nyatanya begitu-lah yang terjadi. Sejak berdirinya hingga kini, mayoritas negara di dunia malah memposisikan WEF sebagai badan otoritas dunia yang punya peran dalam menentukan kebijakan ekonomi dan politik. Malah kalo bisa dibilang, posisi WEF berada di atas PBB.

Kenapa WEF menjadi demikian powerful-nya? Siapa yang berada dibalik sosok Klaus Schwab?

Matthew Ehret-Kump mengatakan, “Mereka adalah para elite global mulai dari IMF, World Bank, korporasi hingga para bankir dunia, yang memanfatkan pandemi Kopit untuk menutup dan menata ulang ekonomi dunia dibawah sistem operasi baru, Green New Deal.” (https://orbitt.net/category/general/page/4/)

Kalo bisa dibilang bahwa arsitek The Great Reset dan Global Governance adalah sosok yang sama, yaitu: yayasan-yayasan filantropi dari mulai Rothschild, Rockefeller, Ford, hingga Soros. Merekalah sang Ndoro besar sesungguhnya.

Sehingga bisa disimpulkan, bahwa The Great Reset dapat teralisasi, dipicu adanya krisis Corona yang sengaja diciptakan agar dunia hancur. Jadi kalo kemudian sang Ndoro menawarkan tatanan dunia baru sebagai pengganti dunia yang ‘rusak’, salahnya dimana? Luar Biasa.

Apakah program The Great Reset tidak berbahaya bagi umat manusia? Justru sebaliknya.

Gary Barnett menanggapi tentang The Great Reset, “Ini adalah waktu paling berbahaya dalam sejarah manusia. Bukan karena perang nuklir, tapi karena perang psikologis yang dilakukan oleh segelintir ‘psikopat’ terhadap umat manusia.” (https://www.lewrockwell.com/2020/07/gary-d-barnett/the-covid-set-up-is-now-fully-in-play-as-cdc-outlines-plan-for-death/)

Kenapa The Great Reset menjadi demikian menakutkan? Apa penyebabnya? Dan bagaimana konsep pemerintahan dunia selepas pandemi nantinya?

Saya akan bahas pada bagian ketiga nanti.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


11 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Psikopat (sakit jiwa), secara tidak langsung walaupun mereka kaya tapi tidak akan pernah bahagia, punya pandangan salah terhadap dunia dan alam semesta.

    Pasti ada perlawananlah Bang dari kalangan Barat sendiri.

  2. Mau tanya Bang ? Apakah Ndoro besar memperhitungkan dengan adanya the great reset ini akan memancing emosi china & Rusia ? & Akan bermuara ke perang dunia

  3. Memang nya siapa sih mereka itu kok segelintir “psikopat” itu begitu kuat dan canggih bisa mengontrol seluruh ummat manusia di dunia? Siapa sih sebenar nya master mind yg begitu kuat dan canggih itu sampe2 seluruh negara harus tunduk? Dan untuk tujuan apa mereka mendesign ini semua? Knp mereka membutuh kan perang nuklir? Untuk tujuan apa bang?

error: Content is protected !!