Antara 4IR dan Kopit


515

Antara 4IR dan Kopit

Oleh: Ndaru Anugerah

Sejak Maret 2020, tiba-tiba kehidupan berubah 180 derajat.

Kemana-mana wajib pakai masker. Jarak antar manusia dibatasi dengan social distancing. Masuk kemana-mana mesti ditembak jidat untuk mengetahui suhu tubuh. Dan segabreng aturan bertajuk ‘new normal’ lainnya.

Namun nggak semua orang melihat pandemi sebagai peristiwa yang terjadi secara alami. Ada sesuatu yang tidak beres dan sedang dimainkan disini, yang menggiring kita semua ke dalam tatanan dunia yang sama sekali baru pasca pandemi berakhir.

Apa itu?

Menarik apa yang diucapkan Prof. Klaus Schwab selaku Direktur WEF. Dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2016), Schwab memprediksi datangya era baru, yang tidak sama dengan era sebelumnya yaitu Revolusi Industri 4.0 atau yang biasa dikenal dengan 4IR. (https://law.unimelb.edu.au/__data/assets/pdf_file/0005/3385454/Schwab-The_Fourth_Industrial_Revolution_Klaus_S.pdf)

“Sebuah revolusi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup manusia, cara manusia bekerja dan cara manusia berhubungan satu dengan yang lain,” ungkap Schwab.

Berikutnya Schwab menambahkan, “Milyaran orang akan terkoneksi dengan perangkat seluler dan pendidikan akan diarahkan secara virtual/online dan dramatis guna meningkatkan hasil belajar.” Dengan kata lain Schwab mau bilang akan ada integrasi dunia fisik, digital dan biologis.

Schwab juga singgung tentang penggunaan sensor yang akan ditaruh dimana-mana, selain perangkat teknologi yang akan dipasang pada dalam tubuh dan otak kita, guna memanipulasi genetik. Jadi, Schwab ingin ada penggabungan antara manusia dan mesin alias transhumanis.

Itu beberapa gagasan Schwab pada manusia yang dituangkan dalam bukunya tentang 4IR. Untuk tahu jelasnya, silakan anda baca biar anda tambah wawasan. Link sudah saya kasih di atas.

Singkatnya, 4IR adalah perangkat digital yang akan digunakan secara mutlak manakala proses transformasi besar bertajuk The Great Reset selesai dijalankan.

Silakan anda baca ulasan saya terdahulu agar paham duduk masalahnya. (baca disini, disini dan disini)

Dengan adanya pandemi Kopit, maka terbuka jalan untuk masuknya gagasan Schwab terutama menyangkut 2 hal, 4IR dan The Great Reset. Apakah transformasi besar dapat dijalankan tanpa keterlibatan teknologi 4.0? Jelas nggak bisa, bukan?

Jangan heran bila pandemi Kopit akan mempercepat proses otomatisasi di tempat kerja, kehidupan pribadi, sekolah dan juga pengenalan teknologi robotik. Kalo itu semua diterapkan, akankah manusia masih dibutuhkan dalam pekerjaan?

Misalnya, dengan adanya fintech, apakah ekosistem perbankan nggak akan terganggu? “Akan ada setidaknya jutaan karyawan yang terpaksa di rumahkan dengan hadirnya fintech.” (https://www.ft.com/content/e00f8884-f65c-11e5-96db-fc683b5e52db)

Dengan hadirnya EdTech, apakah peran guru masih dibutuhkan dalam pendidikan berbasis internet? Tidak, bukan? (https://inc42.com/resources/edtech-are-we-forgetting-the-teachers/)

Dan jangan lupa, bahwa semasa pandemi tercipta pengangguran global secara besar-besaran, mengakibatkan peran tenaga kerja manusia digantikan oleh robot dan juga AI (artificial intelligence). Selain murah, robot dan AI nggak pernah complain sama majikan dan minta naik gaji. (https://time.com/5876604/machines-jobs-coronavirus/)

Kesimpulannya, ada koneksi yang erat antara 4IR, new normal dan juga TGR. Belum lagi kalo kita lihat bahwa yang mengusulkan istilah tersebut ya DLDL, alias Dia Lagi Dia Lagi. Klop sudah.

Dengan 4IR, maka matriks konektivitas total juga dapat diwujudkan lewat Internet of Things (IoT). Artinya apapun yang anda lakukan, dimanapun anda, dengan siapa anda berhubungan, semua bisa dilacak dengan jaringan IoT tersebut. Memang itu konsep dasarnya.

Artinya, ketaatan total anda mutlak diperlukan kalo anda mau tetap ‘hidup’.

Selanjutnya jangan pernah anda punya cita-cita atau impian sendiri, kecuali itu semua sejalan dengan sistem yang ‘diijinkan’. Bagi 4IR, unit yang tidak patuh dianggap sebagai unit yang tidak produktif. Dan yang nggak produktif, layak dibuang kek barang rongsokan.

Lalu apa upah kepatuhan?

Pernah dengar istilah own nothing and be happy?

Artinya anda akan tidak punya apa-apa (uang), dan anda bisa tetap bahagia. Ini bisa dimungkinkan dengan hadirnya Universal Basic Income (UBI) yang diusulkan oleh WEF. Jadi walaupun anda menganggur karena digantikan robot, anda bakal dibayar oleh sang Ndoro pakai UBI tadi. (https://www.weforum.org/agenda/2020/04/covid-19-universal-basic-income-social-inequality/)

Selain itu, dengan berlakunya mata uang digital, maka uang yang anda miliki jadi nggak laku untuk transaksi.

Tapi tenang, anda akan dikasih makanan tiap harinya agar nggak kelaparan. Anda tahu tentang daging sintetis yang diperkenalkan oleh Bill Gates, bukan? Itulah menu yang akan anda santap. (baca disini dan disini)

Sebaliknya, misalnya anda nggak patuh, maka AI akan mengambil tindakan atas apa yang telah anda buat guna ‘menetralisir’ keadaan. Bisa pakai drone, bisa pakai polisi dan sebagainya.

Satu yang mungkin anda perlu tahu, bahwa 4IR nggak akan mungkin bisa jalan tanpa jaringan 5G. (https://www.information-age.com/5g-is-the-heart-of-industry-4-0-123483152/)

Dan saat pandemi berlangsung, jaringan 5G terus dikebut secara intensif. (https://www.totaltele.com/505284/5Gs-potential-shines-amidst-COVID-19-pandemic)

4IR juga nggak akan jalan jika fitrah manusia sebagai makhluk sosial tetap terjaga. Karenanya konsep social distancing terus didengungkan selama masa transisi (new normal), karena kalo manusia tetap menjadi makhluk sosial, maka konsep ‘kepatuhan’ akan sulit untuk diwujudkan.

Yang diinginkan adalah anda menjadi makhluk yang mandiri, hanya peduli diri sendiri, ketergantungan online sehingga sejalan dengan konsep yang telah dirancang oleh genk Davos alias sang Ndoro besar.

Kalo bisa disimpulkan 4IR nggak lain adalah alat penindasan pada manusia secara digital.

Tapi karena hebatnya propaganda, yang anda dengar adalah 4IR menawarkan tatanan dunia yang lebih baik dengan ekonomi cerdas, pemerintahan cerdas dan mobilitas cerdas. Dan anda digiring untuk ‘memakan’ menu propaganda itu mentah-mentah.

Sebagai analis, saya hanya kasih gambaran ke anda sekalian bagaimana dunia ke depannya. Kini saatnya anda pikirkan tentang apa yang sudah saya sajikan bersama dengan teman-teman lainnya.

Selanjutnya, keputusan ada di tangan anda.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


4 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    1. pada akhir tulisan saya sudah tegaskan tentang posisi saya yang kalah jauh dibanding media propaganda sang Ndoro besar. jadi kalo kampus-kampus mengagungkan proposal yang ditawarkan Klaus Schwab, ya wajar saja karena mereka punya media.

      berapa banyak sih di Indonesia yang bahas soal 4IR secara detil sebagai informasi pembanding (alternatif)? kalopun ada, bisa dihitung dengan jari, bukan?

      but it doesn’t mean people will not build their consciousness. tugas saya hanya bangun kesadaran kolektif.

      dan nggak ada paksaan untuk itu.

  1. Gimana bang komennya terkait rencana vaksin gotong royong yang pakai vaksin sinopharm, CanSino, dan Sputnik. Apakah negara wakanda bisa menghindari vaksin big pharma?

error: Content is protected !!