Apa Efek Sampingnya?


513

Apa Efek Sampingnya?

Oleh: Ndaru Anugerah

Vaksinasi global sudah berjalan beberapa bulan di berbagai belahan dunia.

Pertanyaannya: apakah semua berjalan dengan baik, sejauh ini?

Nggak juga.

Baru-baru ini, komite penasihat CDC di AS sana telah mengeluarkan laporan tentang efek samping dari vaksinasi yang bisa berakibat fatal bagi penerimanya. (https://www.theguardian.com/us-news/2021/apr/24/johnson-and-johnson-vaccine-covid-coronavirus-us)

Ini bukan tanpa sebab, mengingat laporan yang dirilis oleh VAERS alias Sistem Pelaporan Kejadian Merugikan Akibat Vaksin, menyatakan bahwa ada ribuan ‘kejadian buruk’ pasca program vaksinasi dibesut pada akhir 2020 silam. (https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7008e3.htm)

Wajar ini bisa terjadi, mengingat vaksin yang digunakan saat ini, adalah vaksin percobaan. Makanya, Ijin Penggunaan Darurat diberikan, mengingat vaksinnya bukanlah produk final alias masih percobaan. Jadi, anda secara nggak langsung adalah ‘kelinci percobaan’. (baca disini dan disini)

Mengapa kita perlu khawatir tentang vaksin percobaan ini?

Asal tahu saja, vaksin tersebut (vaksin Big Pharma) menggunakan teknologi baru yang sama sekali berbeda dengan vaksin tradisional. Mereka pakai istilah ‘protein lonjakan’ sebagai solusi mengatasi Kopit. Jadi, nggak ada yang tahu pasti apa implikasi jangka panjangnya bagi tubuh dan otak manusia ke depannya.

Dan jika seseorang telah disuntikkan vaksin ‘jenis baru’ tersebut, nggak akan ada cara untuk membalikan keadaan seperti saat sebelum menerima vaksin. Anda bukanlah anda yang dulu lagi. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7827936/)

Memang, apa dampak merugikan akibat vaksin?

Banyak, tentunya. Salah satu yang paling mematikan adalah masalah neurologis. Ini terjadi saat protein lonjakan dan nanopartikel lipid yang membawa m-RNA masuk ke dalam sel.

Bagimana prosesnya?

Saat seseorang disuntik vaksin m-RNA, kedua komponen tersebut akan mampu melewati ‘penghalang darah di otak’ yang biasanya menjaga otak dan sumsum tulang belakang benar-benar terisolasi dari pendatang yang masuk ke dalam tubuh. (https://www.nature.com/articles/s41593-020-00771-8)

Akibatnya, otak akan terpengaruh dengan masuknya dua komponen tersebut. Nanopartikel lipid akan mampu menyatu dengan sel-sel otak dan memicu penyakit neuro-degeneratif yang tertunda. (https://academic.oup.com/neuro-oncology/article-abstract/21/Supplement_6/vi125/5619551)

Lalu bagimana dengan protein lonjakan yang diinduksi m-RNA?

Protein lonjakan tersebut akan mengikat jaringan otak 10-20 kali lebih kuat daripada protein lonjakan yang terjadi secara alami apabila seseorang terkena infeksi Kopit. (http://hmi-us.com/publications/sars-cov-2-prion-like-domains-in-spike-proteins-enable-higher-affinity-to-ace2.html)

Dan vaksin tersebut akan mampu menghasilkan trilyunan partikel protein lonjakan pada penerima. Dan partikel ini bisa ditularkan ke orang lain lewat kontak dekat yang dapat menyebabkan peradangan. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7461745/)

Dan bila ini terjadi, maka akan mampu menyebabkan banyak penyakit serius dari mulai autoimun, pneumonia, keguguran, pericarditis, pembekuan darah (blood-cloth) hingga keguguran.

Sangat mengerikan bukan. (baca disini)

Uniknya, transfer protein lonjakan tersebut nggak berpengaruh terhadap anak-anak, karena mereka lebih kebal terhadap si Kopit. American Academy of Pediatrics and the Children’s Hospital Association menyatakan bahwa, “Sekitar 1,6% anak-anak dengan kasus infeksi C19 yang dirawat di rumkit, hanya 0,01% yang akhirnya meninggal dunia.”

Artinya, anak-anak kecil kemungkinan terinfeksi protein lonjakan dari orang tua atau guru mereka yang telah menerima vaksin m-RNA tersebut. (https://www.americasfrontlinedoctors.org/action-alerts/open-our-schools-now)

Kalo sudah begini, ngapain anak ditahan untuk tidak bersekolah, ya? (baca disini dan disini)

Selain itu, apakah efek samping lainnya yang bisa dipicu dari vaksin Big Pharma?

Ribuan laporan menyatakan bahwa vaksin-vaksin tersebut bisa menyebabkan pendarahan pada vagina pasca menopause hingga keguguran pada para wanita yang menerimanya. (https://www.lifesitenews.com/news/thousands-of-women-report-hemorrhaging-reproductive-dysfunction-miscarriage-after-corona-shots)

Dengan semua temuan di atas, apakah vaksin percobaan tersebut bersifat aman?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!