Masa Depan Pertanian (*Bagian 2)


525

Masa Depan Pertanian (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, saya telah mengulas tentang bagaimana peran yang diambil BG dalam menguasai pangan di Afrika melalui proyek AGRA-nya. (baca disini)

Apa bukti revolusi hijau yang diusung BG gagal?

PBB merilis hasil studi yang dilakukan oleh International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development (IAASTD) di tahun 2009, mengamini hal tersebut. “Tanaman transgenik bukanlah jawaban atas kekurangan pangan atau kemiskinan yang ada di pedesaan.”

Secara singkat laporan tesebut menyimpulkan bahwa Revolusi Hijau ala BG maupun GMO-nya nggak bisa memberi makan dunia sekaligus bukan solusi bagi kelangsungan planet ini. (http://www.fao.org/fileadmin/templates/est/Investment/Agriculture_at_a_Crossroads_Global_Report_IAASTD.pdf)

Ini bisa terjadi mengingat Revolusi Hijau justru dapat menghancurkan keanekaragaman hayati, tanah, air serta berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Terus masalah pangan, apa yang bisa menjawabnya? Yang bisa menjawab masalah pangan dunia adalah kedaulatan benih, kedaulatan pangan dan kedaulatan pengetahuan. (https://www.forestaction.org/app/webroot/vendor/tinymce/editor/plugins/filemanager/files/JFL%20VOl%2012%20(1)/Adhikari.pdf)

Memang benih yang kita miliki sudah berdaulat?

Di tahun 1979, di bawah naungan Bank Dunia, Concultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) mengumpulkan benih utama dari petani di seluruh dunia dan mengawetkannya di 15 Bank Benih Publik Independen yang ada di berbagai negara. (https://www.cgiar.org/the-genebank-platform/)

Dan sekarang, BG telah mendapatkan kendali atas koleksi tersebut, yang terdiri atas lebih dari 768 ribu benih utama dunia. (https://www.organicconsumers.org/news/one-empire-over-seed-control-over-worlds-seed-banks#footnote11)

Ini bisa dilakukan karena sejak 2003, BMGF dan juga Rockefeller Foundation telah berlaku sebagai investor dengan menggelontorkan dana hibah sebesar USD 720 juta kepada CGIAR. (https://regenerationinternational.org/2020/11/01/one-empire-over-seed-control-over-the-worlds-seed-banks/)

Melalui dana yang telah digelontorkannya, BG kemudian menggabungkan 15 pusat CGIAR menjadi satu badan hukum yang bernama Gates Ag One dengan Bayer dan Cargill selaku mitra. (https://www.gatesfoundation.org/Media-Center/Press-Releases/2020/01/Gates-Foundation-Statement-on-Creation-of-Nonprofit-Agricultural-Research-Institute)

Ini sama saja dengan merampok dan memprivatisai persediaan benih utama dari para petani yang ada di seluruh dunia.

Bukan itu saja, BG juga mendanai Diversity Seek guna memetakan dan mematenkan genom stok benih yang disimpan di bank benih. Dengan adanya pemetaan ini, maka semua benih dunia, otomatis menjadi milik BG semata.


Guna melakukan pekerjaan ini, teknologi CRISPR digunakan untuk mengedit gen benih warisan dunia, guna menghasilkan benih baru. (https://regenerationinternational.org/2020/11/01/one-empire-over-seed-control-over-the-worlds-seed-banks/)

Dengan teknologi CRISPR, maka kromosom organisme (benih) dipaksa untuk memprogram ulang DNA yang dimiliki dengan mematikan sifat pewarisan genetik kepada generasi selanjutnya. Walhasil gen benih hasil rekayasa, sama sekali nggak memiliki sifat benih alami mereka. (http://www.crisprtx.com/gene-editing/crispr-cas9#:~:text=CRISPR%2FCas9%20edits%20genes%20by,revolutionary%20technology%20into%20transformative%20therapies.)

Singkatnya, tujuan yang hendak dicapai BG adalah memusnahkan spesies yang nggak sesuai dengan keinginannya, sebaliknya malah menciptakan spesies baru yang sudah pasti sesuai dengan rencana besar yang dimilikinya. (https://www.pnas.org/content/116/16/7692#:~:text=Critics%20and%20groups%20that%20are,nefarious%20uses%20of%20gene%20drive.)

Pertanyaannya: saat BG menggandeng Monsanto, Bayer, DuPont, CropLife, BASF, Syngenta, hingga Corteva yang dikenal sebagai kartel ‘beracun’ dalam membuat benih hasil rekayasa, apa anda yakin benih tersebut aman untuk dipakai dan panen-nya nggak membawa dampak pada diri manusia?

Yang paling sederhana, beras yang kita makan, benihnya darimana? Apa kita punya kedaulatan benih? Kalo ini kita nggak punya, jangan mengkhayal untuk merancang kedaulatan pangan.

Coba cek, UU yang diadopsi pemerintah tentang keanekaragaman hayati, apa nggak merujuk pada Protokol Keamanan Hayati yang berlaku secara internasional? Apakah badan di Cartagena tersebut nggak terkoneksi dengan BG? (https://bch.cbd.int/protocol/)

Tapi informasi penting ini apa pernah diekspos di media mainstream? Nggak pernah. Kenapa? Karena BG telah ‘membeli’ media untuk selalu mendukung kebijakan yang dia ambil. (https://cagj.org/2020/04/the-nation-bill-gatess-charity-paradox/)

Lalu, setelah benih baru hasil editing telah siap, maka pemasaran-pun dilakukan.

Untuk itu BG nggak sendirian. Dia menggandeng Monsanto selaku promotor GMO dan pestisida paling agresif di dunia. Dan ‘kebetulan’, BG juga merupakan salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut. (https://www.theguardian.com/global-development/poverty-matters/2010/sep/29/gates-foundation-gm-monsanto)

Apakah langkah yang diambil BG selamanya mulus?

Nggak juga. Contoh di India salah satunya. Di tahun 2011, India sempat melarang tanaman kapas hasil rekayasa genetik milik BG, selain penggunaan Roundup pada pertanian. (https://peoplesassembly.net/bt-cotton-failure-case-witnesses-from-india-and-burkina-faso/)

Eropa adalah kasus yang lain, dimana Pengadilan Eropa telah memutuskan untuk mengatur secara ketat penggunaan benih yang telah direkayasa, guna melindungi kesehatan masyarakat. (https://www.nature.com/articles/d41586-018-05814-6)

Bahkan kelompok Heinrich Boll Stiftung (HBS) di Jerman menyatakan bahwa BMGF telah menyewa agen spionase untuk menyerang siapapun yang hendak menyerang proyek rekayasa genetik pada benih yang dihasilkannya alias gene drive. (https://www.boell.de/https:/www.boell.de/de/die-gene-drive-files)

Padahal para ahli mengatakan bahwa gene-drive dapat menimbulkan risiko biosekuriti eksistensial bagi manuasia karena kemampuannya untuk mengubah dan memusnahkan seluruh spesies di dunia secara dahsyat. Dan ini adalah senjata biologis yang sesungguhnya. (https://med.nyu.edu/highschoolbioethics/sites/default/files/highschoolbioethics/Genetic%20Editing%20Module.pdf)

Usut punya usut, ternyata ada keterlibatan DARPA dalam proyek gene-drive tersebut selaku investor selain BMGF. Ya, wajarlah kalo begitu. (https://eandt.theiet.org/content/articles/2017/12/darpa-invests-100-million-in-gene-drive-technology/#:~:text=The%20US%20Defense%20Advanced%20Research,editing%20to%20favour%20particular%20genes.)

Lantas, apa dampak dari penggunaan benih hasil rekayasa genetik tersebut pada manusia?

Pada tulisan selanjutnya saya akan mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!