Ketika Pertanian Tradisional Dihancurkan (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada bagian pertama tulisan, saya telah mengulas tentang rencana rapih yang dibuat oleh BG dalam menghancurkan pertanian tradisional, dan menggantikannya dengan pertanian digital. (baca disini)
Secara gamblang dapat dikatakan bahwa rencana BG adalah mengusir para petani dan peternak dari ‘ladang’ yang selama ini mereka garap, dengan pertanian alternatif yang tidak lagi membutuhkan manusia di dalamnya.
Apa yang kemudian dilakukan BG dalam mewujudkan rencananya tersebut?
Gampang memprediksinya.
Setelah pertanian dihancurkan, bagaimana caranya agar tata kelola pangan dunia dapat diatur dengan mudah? Kalo BG ambil alih dengan memakai tangannya sendiri, itu bukan cara yang tepat. Itu terlalu kasar.
Yang paling mungkin dilakukan adalah dengan memakai ‘tangan lain’ sehingga keterlibatan BG akan sulit untuk diketahui. Misalnya saat BG menggunakan tangan WHO dalam menjalankan program suntik massalnya, ini terus terang cara yang smart.
Bagaimana orang awam akan percaya jika BG dikatakan sebagai bandar plandemi, lha wong yang menetapkan status plandemi kan WHO dan bukan BG. Tapi bagi pengamat, ini bukan hal yang aneh mengingat WHO telah ‘dibeli’ lewat uang dari saku BG. (baca disini)
Hal yang sama terjadi dengan rencana BG dalam sektor pertanian dan pangan. Caranya dengan mendanai badan-badan dunia yang mengurusi hal tersebut.
Sekjen PBB, Antonio Guterres menyatakan bahwa KTT Sistem Pangan Dunia 2021 yang dibesut oleh PBB dapat terlaksana berkat kerjasama Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD), Program Pangan Dunia (WFP) dan Forum Ekonomi Dunia (WEF). (https://www.unscn.org/en/news-events/upcoming-events?idnews=1940)
Dan tebak, siapa yang menjadi donatur jumbo pada keempat badan dunia tersebut? Tentu saja BG. (https://www.gatesfoundation.org/How-We-Work/Quick-Links/Grants-Database/Grants/2014/06/OPP1103948)
Sekarang coba dijawab, mungkinkah dana jutaan dollar digelontorkan oleh seorang BG secara cuma-cuma bagi keempat organisasi tersebut? Dalam bisnis, nggak ada yang gratis, bukan?
Jadi KTT Sistem Pangan sengaja digelar guna memberi jalan BG dan kartel Ndoro besar untuk membentuk tata kelola pangan dunia. Dan agenda KTT Pangan ini selaras dengan agenda Great Reset yang dibesut kartel Ndoro besar pada Juni 2020 silam. (https://www.weforum.org/press/2020/06/the-great-reset-a-unique-twin-summit-to-begin-2021/#:~:text=Geneva%2C%20Switzerland%2C%203%20June%202020,Economic%20Forum%20in%20January%202021.)
Bagaimana kita tahu ada kendali BG pada KTT Sistem Pangan tersebut?
Dari 12 orang yang terlibat dalam KTT tersebut, 11 orang memiliki koneksi yang kuat dengan Bill & Melinda Gates Foundation. Apakah ini hanya kebetulan? (https://cagj.org/wp-content/uploads/The-Man-Behind-the-Curtain-The-Gates-Foundations-Influence-on-the-UN-Food-Systems-Summit-1.pdf)
Bisa dikatakan bahwa KTT Sistem Pangan nggak lain adalah rencana BG yang dijalankan dengan memakai tangan ‘orang lain’.
Bukan itu saja.
Anda tahu bahwa Dr. Agnes Kalibata dari Rwanda selaku pihak yang mengatur Revolusi Hijau di Afrika lewat AGRA, adalah orangnya BG. Dan kebetulan lagi, pada KTT Sistem Pangan PBB 2021, Dr. Kalibata ditunjuk oleh Sekjen Guterres sebagai Utusan Khusus.
Apa fungsinya sebagai Utusan Khusus?
Jadi dirinya didaulat sebagai ‘corong’ yang bicara tentang keberhasilan revolusi hijau yang dibuat AGRA pada Benua Hitam.
Padahal, proyek AGRA malah membuat pertanian di Afrika rusak parah. (https://usrtk.org/our-investigations/gates-foundations-failing-green-revolution-in-africa-new-report/#:~:text=%E2%80%9CThe%20evidence%20suggests%20that%20AGRA,very%20disappointed%E2%80%9D%20in%20the%20research.)
Tentang ini, saya pernah bahas sebelumnya. (baca disini)
Dan dengan paparan yang diberikan Dr. Kalibata kepada semua pemangku kepentingan utama dalam kemitraan publik-swasta yang hadir pada KTT tersebut, maka rencana untuk membuat sistem pangan yang inklusif, adaptif terhadap iklim dan berkelanjutan, hanya tinggal gunting pita saja. (https://www.un.org/sg/en/content/sg/personnel-appointments/2019-12-16/ms-agnes-kalibata-of-rwanda-special-envoy-for-2021-food-systems-summit)
Dr. Kalibata mengatakan, “Kita membutuhkan percepatan transformasi sistem pangan guna mencapai SDG (Sustainable Development Goals) yang akan mampu merespons bahaya iklim, kekurangan nutrisi dan juga pandemi.” (https://www.oneplanetnetwork.org/sfs-programme-and-un-special-envoy-draw-path-towards-2021-un-food-systems-summit)
Klop sudah.
“Bang, tata kelola pangan model gimana yang diinginkan BG dan kartel Ndoro besar?”
Pernah dengar Genetically Modified Organism (GMO) yang akan menggantikan benih tradisional dengan benih hasil rekayasa genetik (transgenic seeds)? Itu salah satunya. (https://borgenproject.org/terminator-seeds-threaten-sustainable-farming/)
Salah dua-nya adalah mengubah pola konsumsi dari berbasis daging hasil peternakan ke daging hasil rekayasa genetik. (https://www.weforum.org/agenda/2020/10/will-we-eat-lab-grown-meat-world-food-day/)
Kebayang dong jika anda makan dari produk rekayasa genetik yang punya efek beracun bukan saja pada manusia tapi juga lingkungan? Gimana kalo itu dikonsumsi anda setiap harinya karena pertanian tradisional tidak lagi ada? (https://scielo.conicyt.cl/fbpe/img/ejb/v6n1/a04/bip/)
Anda perlu ingat bahwa ini semua selaras dengan klausul yang pernah dikatakan Henry Kissinger selaku anak didik John D. Rockefeller beberapa dekade yang lampau, “Siapa yang menguasai jalur pangan, maka otomatis akan mampu mengontrol manusia.” (https://truthout.org/articles/democratic-unfreedom-social-technique-and-the-manufacture-of-control/)
Bukan begitu, Ndoro?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments