Alat Ukur Sampah?


510

Alat Ukur Sampah?

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang menarik menjelang pergantian tahun 2021 mendatang?

Bukan selebrasi-nya, karena inipun dilarang untuk digelar dengan alasan munculnya Omicron. Bukan juga soal harapan alias resolusi yang akan dijelang pada tahun depan.

Lantas apa?

Rencana CDC untuk menarik penggunaan PCR sebagai alat untuk mendeteksi Kopit.

Apa alasan utamanya?

Karena PCR pada dasarnya adalah alat pengganda yang bekerja sesuai proses yang diberikan dan BUKAN alat pendeteksi virus. Menjadi lumrah jika PCR kemudian nggak bisa membedakan mana pasien yang kena Kopit atau mana yang kena flu musiman. (https://www.cdc.gov/csels/dls/locs/2021/07-21-2021-lab-alert-Changes_CDC_RT-PCR_SARS-CoV-2_Testing_1.html)

Dengan kata lain, CDC akan menarik tes PCR sebagai metode yang valid dalam mendeteksi dan mengindentifikasi si Kopit, yang secara darurat resmi digunakan sejak Februari 2020 silam.

“Setelah 31 Desember 2021, CDC akan mengajukan permintaan ke FDA guna menarik penggunaan RT PCR sebagai alat deteksi SARS-CoV-2,” demikian kurleb-nya.

Lantas apa yang akan digunakan sebagai gantinya?

Dengar-dengar, CDC akan memakai metode multipleks yang dapat memfasilitasi proses deteksi dan diferensiasi virus SARS-CoV-2 dan influenza. Singkatnya, uji klinis akan dilakukan di laboratorium dalam mendeteksi si Kopit. (baca disini)

Tapi apapun metode yang dipakai kelak (atau malah tetap menggunakan PCR), itu nggak terlalu penting.

Kenapa?

Sudah hampir 2 tahun, PCR dipakai secara massal sebagai alat deteksi virus. Nyatanya, walaupun diawal banyak pakar kesehatan kelas dunia sangat meragukan penggunaan PCR sebagai alat deteksi virus, toh tetap saja alat itu dianggap memenuhi standar emas pengujian. (baca disini dan disini)

Seiring berjalannya waktu, PCR memang terbukti tidak valid sebagai alat deteksi Kopit.

Itu sebabnya PCR rencananya nggak lagi digunakan sebagai alat deteksi Kopit, karena memang pada dasarnya PCR nggak bisa dipakai untuk mendeteksi keberadaan si Kopit, alias cacat dan nggak valid sama sekali.

Kalo memang bisa mendeteksi keberadaan virus, ngapain PCR rencananya ditarik dari peredaran sebagai alat deteksi Kopit?

Ini sangat fatal, mengingat selama ini PCR kasih kontribusi sangat dominan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan lebay dari mulai lockdown hingga menakut-nakuti penduduk dunia akan hadirnya varian baru si Kopit. (baca disini dan disini)

Kalo validitas ternyata PCR meragukan, lantas selama ini yang dicantumkan sebagai laporan harian atas jumlah orang yang terinfeksi atau mati dengan Kopit, itu data maksudnya apa? Apa itu sengaja untuk memuluskan skenario plandemi? (baca disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!