Siapa Diuntungkan?


513

Siapa Diuntungkan?

Oleh: Ndaru Anugerah – 26042024

Apakah ada peran Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF) pada badan kesehatan dunia WHO?

Di penghujung Agustus 2019 silam, BMGF menandatangani kontrak kerjasama dengan BioNTech. Isinya kurleb, BMGF akan membeli saham biasa perusahaan BioNTech sejumlah USD 55 juta. (https://www.sec.gov/Archives/edgar/data/1776985/000119312520092985/R24.htm)

Untuk apa perjanjian kerjasama dilakukan?

Memberikan endorsement pada BioNTech agar melakukan penelitian pengembangan produk, utamanya dalam mencegah dan mengobati 2 penyakit mematikan: HIV dan Tuberkolosis. Semacam suntikan modal dari BMGF pada BioNTech agar bisa berkembang.

Sungguh mulia, bukan?

Bagaimana jika pihak BioNTech tidak menjalankan kesepakatan kerjasama dengan BMGF, dalam rangka pengembangan medis yang disepakati?

Maka secara sepihak BMGF bisa ‘memaksa’ BioNTech untuk membeli sahamnya kembali dengan harga yang sesuai harga di pasaran atau harga saat awal pembelian. Mana yang lebih tinggi, maka kewajiban BioNTech-lah yang akan merogoh kocek-nya untuk membelinya.

Nggak hanya itu, sebab BioNTech juga berkewajiban membayar dividen pada BMGF sesuai klausul awal perjanjian.

Singkatnya, BMGF akan tetap diuntungkan dengan mekanisme ini.

Ajaibnya, kurang dari 2 tahun BMGF membeli saham biasa tersebut, nilainya jadi berkembang secara fantastik. Jika saat awal BMGF membeli seharga USD 18 per-sahamnya, maka pada Agustus 2021, nilai per-sahamnya menjadi USD 389.

Akibatnya, cuan yang didapat BMGF sebagai pemodal, menjadi ‘meledak’. Jika modal awal yang dikeluarkan BMGF hanya USD 55 juta, maka modal akhir (akibat harga saham yang melambung) menjadi USD 1,182 miliar.

Bagaimana ini bisa terjadi?

19 hari selepas BMGF membeli saham BioNTech, ada sebuah laporan yang diterbitkan oleh Global Preparedness Monitoring Board (GPMB) dengan judul yang cukup menakutkan: A World at Risk. (https://www.gpmb.org/annual-reports/overview/item/2019-a-world-at-risk)

Sebagai lembaga yang didirikan oleh Bank Dunia tersebut, GPMB memprediksi adanya ancaman virus Kopit pada masyarakat global.

Solusinya sangat sederhana: dunia diminta berinvestasi lebih banyak dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi datangnya Kopit yang bakal menyerang saluran pernapasan manusia.

Point pentingnya adalah investasi dan bukan melakukan langkah preventif untuk mencegah penyebaran virus Kopit yang bersifat patogen tersebut.

Cukup aneh, bukan?

Ada patogen bukannya malah ditanggulangi agar nggak menyebar kok malah ‘dibiarkan’ menyebar terlebih dahulu baru ditangani.

Padahal, banyak pakar biologi sudah memperingatkan kemungkinan datangnya bahaya dari fasilitas bio-lab yang sangat rentan terhadap masalah keamanan utamanya soal kebocoran. Termasuk BSL-4 (Bio Safety Level-4) yang akan dibuka di Wuhan, China di tahun 2018. (https://www.nature.com/articles/nature.2017.21487)

Belakangan kita tahu bahwa SARS-CoV-2 alias di Kopit telah terdeteksi pada Desember 2019, dan dunia mengalami penutupan global di awal tahun 2020, akibatnya.

Sasus beredar bahwa WHO telah mendapatkan bocoran akan hal ini, dari ‘seseorang’ yang telah melakukan pengawasan biologis di BSL-4 yang ada di Wuhan. “Virus Kopit telah menyebar,” demikian kurleb-nya.

Dan itu bertepatan dengan acara penandatanganan kontrak kerjasama antara BMGF dan BioNTech.

Apakah ini kebetulan belaka?

Nggak tahu juga.

Nyatanya, BMGF adalah donatur terbesar kedua pada badan kesehatan dunia (WHO) rentang waktu 2018-2019, setelah AS. (https://www.swissinfo.ch/eng/politics/does-bill-gates-have-too-much-influence-in-the-who/46570526)

Jika dikalkulasi, maka keuntungan yang didapat BMGF dari BioNTech sebesar USD 1,182 milyar, jauh lebih banyak daripada sumbangan yang diberikan BMGF pada WHO sebesar USD 531 juta.

Selain itu, dengan menjadi donatur jumbo, apakah BMGF nggak punya akses informasi pada WHO termasuk soal bocornya BSL-4 yang ada di Wuhan yang belakangan menyebabkan plandemi Kopit?

Saya pernah bahas soal ini pada awal-awal plandemi Kopit digelar secara global. (baca disini dan disini)

Satu yang pasti, bahwa bocornya lab di Wuhan adalah propaganda sesat yang bisa diterima dengan akal sehat. Belakangan kita ketahui bahwa yang namanya virus Kopit nggak lain adalah virus influenza yang hanya berganti nama. (baca disini)

Jika dulu seseorang batuk-batuk disertai hidung meler, itu dinamakan flu. Namun saat plandemi global digelar, itu pertanda seseorang terkena Kopit yang wajib menjalani proses isolasi dan mendapatkan enjusan Kopit berseri untuk menanggulanginya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!