Misi Mulia Gates


510

Misi Mulia Gates

Oleh: Ndaru Anugerah – 29042024

“Nyamuk-nyamuk adalah sekutu manusia dalam perang melawan wabah deman berdarah serta virus mematikan lainnya. Dengan demikian, permintaan terhadap nyamuk jenis baru yang dapat menyelamatkan nyawa ini (diproyeksi) terus akan meningkat,” begitu pernyataan yang dilontarkan Bill Gates.

Bahkan dalam sebuah artikel Bill Gates menyatakan rasa optimisme-nya mengenai penciptaan gene drive pada nyamuk yang tidak akan membawa dampak buruk terhadap lingkungan. (https://www.foreignaffairs.com/articles/2018-04-10/gene-editing-good)

Solusinya?

Bill Gates menawarkan dibentuknya Program Nyamuk Dunia (WMP) yang akan memproduksi ratusan juta nyamuk yang diklaim bisa menyelamatkan umat manusia. Nggak lama, lahir-lah nyamuk hasil rekayasa gen yang diberi nama Wolbachia. (https://www.gatesnotes.com/Mosquito-Factory)

Nggak aneh jika ada kerjasama antara pabrik yang memproduksi nyamuk hasil rekayasa genetik dengan dengan World Mosquito Program (WMP). Lha wong yang mendanai WMP ini nggak lain adalah Bill & Melinda Gates Foundation dan juga Wellcome Trust. (https://www.worldmosquitoprogram.org/en/news-stories/stories/the-gates-foundation-and-the-world-mosquito-program-partners-in-change)

Bagimana konsepnya?

Nyamuk hasil rekayasa genetik tersebut bakal dilepaskan ke alam bebas dan akan kawin dengan nyamuk betina lokal yang diduga membawa vektor penyakit (Zika, malaria, DBD). Nah, nyamuk hasil persilangan tersebut, diprediksi nggak akan bisa bertahan hidup dalam waktu yang lama setelah dilahirkan. (https://www.nature.com/articles/s41598-019-49660-6)

Dengan mekanisme ini, maka nyamuk penyebab wabah penyakit pada manusia, diharapkan bisa dikurangi secara signifikan.

Setidaknya, secara teoritis konsepnya sungguh sangat brilian. Nggak ada orang yang akan menyangkal teori ini.

Masalahnya, apakah teori yang digulirkan akan berjalan sesuai yang diharapkan?

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Yale menyatakan bahwa setelah ada pengurangan awal populasi nyamuk selama beberapa bulan, maka populasi yang telah ditekan tersebut akan kembali ke tingkat yang hampir mendekati tingkat sebelum pelepasan nyamuk. (baca disini dan disini)

Teknisnya begini. Awalnya, populasi nyamuk yang menjadi target akan turun secara drastis. Namun apes-nya, 18 bulan kemudian, populasi nyamuk target akan kembali ke jumlah sebelum pelepasan. (https://www.sott.net/article/426436-Despite-biotech-firms-assurances-genetically-modified-mosquitoes-are-breeding-in-Brazil)

Nggak hanya itu, karena dampak negatif lainnya muncul dan ini tidak diprediksi.

“Nyamuk hasil persilangan antara nyamuk yang telah direkayasa genetik dan nyamuk lokal, kemungkinan besar memiliki kekuatan hidrida yang lebih kuat dibandingkan populasi sebelumnya, yang tentu saja kebal terhadap insektisida.”

Aliasnya akan tercipta nyamuk jenis super, yang tentu saja kebal dari pembasmi serangga manapun.

“Klaim bahwa pelepasan nyamuk hasil rekayasa genetik yang akan kawin dengan nyamuk lokal dan menghasilkan keturunan yang akan mati, nggak pernah terjadi. Malahan akan terbentuk varian baru yang unpredictable,” ungkap Prof. Jeffrey Powell dari Universitas Yale. (https://news.yale.edu/2019/09/10/transgenic-mosquitoes-pass-genes-native-species)

Pendapat senada juga dikemukakan ahli biologi asal Universitas Harvard, Prof. Kevin Esvelt. “Pengembangan penyuntingan gen bersamaan dengan teknologi gene drive mempunyai potensi yang mengkhawatirkan dalam membuat kekacauan,” begitu kurleb-nya.

Prof. Esvelt menekankan bahwa munculnya ‘mutasi pelindung’, sangat mungkin terjadi. Akibatnya akan muncul varian baru yang tadinya jinak menjadi agresif. “Dengan hanya beberapa organisasi hasil rekayasa genetik yang dilepas ke alam, akan dapat mengubah ekosistem secara permanen,” tambahnya.

Perhitungannya begini: gen yang telah direkayasa akan mampu menyebar ke 99% populasi dalam waktu 10 generasi, dan dapat bertahan selama lebih dari 200 generasi. (https://www.wired.com/2017/04/creating-zika-proof-mosquitoes-means-rigging-natural-selection/)

Ini bukan mengada-ada.

Percobaan yang dilakukan di Brazil, menunjukkan dengan jelas bahwa proses rekayasa genetik yang diterapkan pada nyamuk, mengalami kegagalan total. (https://www.oxitec.com/news/oxitec-to-apply-new-generation-of-self-limiting-mosquito-technology-to-malaria-spreading-mosquitoes)

Ceritanya begini. Brazil mengalami wabah demam berdarah yang cukup menguatirkan di tahun 2023 silam, dengan jumlah kasus mencapai 2,9 juta. (https://reliefweb.int/report/world/epidemiological-alert-sustained-circulation-dengue-region-americas-5-december-2023)

Untuk mengantisipasinya, pemerintah Brazil melepas sekitar 5 milyar nyamuk jantan hasil rekayasa genetik, guna mengurangi jumlah populasi nyamuk yang ada di negara tersebut. (https://www.nature.com/articles/d41586-023-01266-9)

Logikanya sederhana: nyamuk jantan jadi-jadian akan kawin dengan nyamuk betina normal, guna merusak siklus reproduksinya. Dengan demikian akan ada pengurangan jumlah populasi nyamuk secara drastis.

Anehnya, populasi nyamuk bukannya berkurang, malah bertambah diawal tahun 2024.

Bukannya berkurang kok malah bertambah?

Ya karena program depopulasi nyamuk terbukti gagal. Dan Menkes Brazil menyatakan bahwa kegagalam bisa terjadi karena adanya cuaca panas dan juga curah hujan di atas rata-rata. Sungguh membagongkan, alias nir-nalar. (https://www.reuters.com/sustainability/society-equity/temperatures-rise-brazil-ramps-up-efforts-combat-dengue-outbreaks-2024-03-12/)

Penyebab utama sesungguhnya, ya karena nyamuknya telah bermutasi menjadi nyamuk hibrid, sehingga upaya penanggulangan dengan menggunakan insektisida menjadi sia-sia.

Gampangnya gini: kalo dulu sekali semprot nyamuk langsung klepek-klepek, sekarang disemprot berkali-kali pun nyamuk nggak tumbang.

Lantas apa yang ditawarkan untuk menanggulangi wabah demam berdarah di Brazil?

Seperti halnya Kopit, maka program enjus massal yang dijadikan andalan. Diproyeksi, bakal ada 3 juta orang yang akan menerima vaksinasi demam berdarah di tahun 2024 ini. (https://www.cbc.ca/radio/thecurrent/mosquitos-dengue-fever-brazil-1.6815601)

Apa ada yang bisa protes kalo pemerintah menggelar program enjus massal?

Omon-omon, bukankah nyamuk Wolbachia sudah dilepas beberapa bulan yang lalu di beberapa wilayah di Planet Namek? (https://www.cnbcindonesia.com/tech/20231121154214-37-490776/nyamuk-wolbachia-dilepas-di-5-wilayah-ri-ini-tujuan-kemenkes)

Apakah hanya kebetulan kalo sekarang kasus DBD jadi meningkat? (https://www.antaranews.com/berita/4037304/kemenkes-kasus-dbd-meningkat-hingga-tiga-kali-lipat-januari-maret-maret)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!