Bagaimana Tahu Itu Ada Atau Tidak?


527

Bagaimana Tahu Itu Ada Atau Tidak?

Oleh: Ndaru Anugerah

Seorang netizen tanya ke saya, “Bagaimana kita tahu kalo Omicron itu ada atau nggak?”

Tentang Omicron, saya telah buat 3 tulisan sebelumnya tentang asal muasalnya hingga mengapa Afrika bagian Selatan disasar sebagai episentrum varian baru dari si Kopit tersebut. (baca disini, disini dan disini)

Itu saya sajikan agar anda setidaknya punya informasi pembanding sebelum anda putuskan: mau mengandalkan akal sehat anda atau justru mau ditakut-takutin oleh media mainstream.

Tapi okelah, saya coba menjawab kembali pertanyaan tersebut.

Menarik apa yang dikatakan Dr. Andrew Kaufman baru-baru ini saat wawancara online dengan Sayer Ji pada 29 November silam. Saya sarankan anda lihat videonya, agar paham duduk masalahnya dengan obyektif. (https://besovereign.com/greenmedinfo/greenmedinfo-free-787/28-nov-14-00-new-covid-scariant-fact-or-fiction-with-dr-kaufman?video_id=200)

Menurut Dr. Kaufman, sejak awal otoritas kesehatan sekelas WHO saja, nggak pernah menerbitkan penelitian yang sudah ditinjau rekan sejawat, terkait pemurnian virus. Kalo virusnya nggak pernah di-isolasi, tahu darimana itu virusnya bernama Kopit? (baca disini dan disini)

Paling banter, dalam mengklaim bahwa virusnya menular atau tidak, acuan penelitian yang diberikan hanya sebatas pre-print alias belum diverifikasi rekan sejawat. Misalnya penelitian tentang “Antibody Resistance of SARS-CoV-2 Variants 6 B.1.351 and B.1.1.7” saat varian Delta dikatakan menyerang negara Api.

Sekali lagi itu bukan penelitian yang sudah divalidasi, karena hanya penelitian pre-cetak yang diterbitkan pada jurnal online yang disponsori oleh Chan Zuckerberg Initiative. (https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2021.01.25.428137v3.full.pdf+html)

Kalo belum valid, mengapa dijadikan rujukan? Bukankah ini ngawur namanya?

Kita gali lebih dalam, apa yang diungkapkan pada penelitian pra-cetak tersebut.

Disana disebutkan bahwa untuk mendapatkan virus, mereka mengambil sampel virus dari binatang dan kemudian disimulasikan dengan menggunakan komputer pada spike protein-nya, dan jadilah pseudo-virus baru yang dinamakan varian Kopit baru. Dari sini juga akan ketahuan, kalo varian baru tersebut menular atau tidak.

Jadi semuanya (virus dan varian-nya) ditemukan lewat in silico genome sequencing alias menggunakan pemodelan komputer, dan bukan pemurnian virus yang dilakukan di laboratorium.

Ini yang ngomong bukan saya lho ya, tapi Dr. Andrew Kaufman.

Selanjutnya Dr. Kaufman mengatakan bahwa hingga detik ini, belum ada test klinik yang dilakukan oleh otoritas berwenang yang menyatakan varian baru ditemukan.

Coba tanya mana jurnal penelitian yang menyatakan bahwa varian Omicron ada? Nggak ada, kan?

Silakan buka situs pubmed.gov (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/) lalu anda ketikan ‘B.1.1.529’ (yang diklaim sebagai varian Omicron), dan anda tidak akan menemukan apa-apa pada situs tersebut yang berkaitan langsung dengan Omicron.

Pun ada, hanya cerita-cerita lepas seputar Omicron dan bukan penelitian tentang apa itu Omicron.

Artinya apa: varian Omicron belum pernah ada penelitiannya.

Kalo belum ada penelitiannya, bagaimana mungkin dapat diklaim bahwa virusnya ‘demikian menakutkan’ seperti yang didengungkan media mainstream?

Bukankah seharusnya ada penelitian terdahulu lalu dinyatakan sebagai varian baru, dan bukan sebaliknya?

Sebagai penutup, keempat diplomat yang datang ke Botswana, lalu dinyatakan positif terkena varian Omicron saat mereka berencana pulang ke negaranya. Pertanyaannya: tahu darimana varian Omicron, karena tes PCR nggak bisa mendeteksi keberadaan varian baru?

Apa saat ini PCR sudah dimodifikasi sehingga dapat mendeteksi varian baru dengan bantuan kantung ajaib Doraemon?

Semoga ini dapat menjawab pertanyaan diawal.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!