Sinetron Apalagi Ini?


514

Sinetron Apalagi Ini?

Oleh: Ndaru Anugerah

Sinetron terlama di dunia bertajuk plandemi Kopit mulai kehilangan banyak penggemarnya. Ini nggak terjadi hanya pada satu negara, tapi beberapa negara yang sudah menganggap Kopit layaknya penyakit biasa yang tak perlu dikhawatirkan lagi.

Di Inggris, status plandemi mulai diangkat oleh BoJo meskipun peningkatan kasus yang dipicu oleh varian Omicron justru meningkat. (https://www.theguardian.com/world/2022/feb/09/boris-johnson-says-he-plans-to-lift-all-englands-covid-rules-a-month-early)

Bukan hanya Inggris, karena negara-negara Skandinavia semisal Swedia, Denmark dan Norwegia, juga mulai mencampakan aturan atau prokes Kopit di negaranya masing-masing karena dinilai tidak membahayakan bagi jiwa manusia. (https://news.sky.com/story/scandinavia-to-become-almost-entirely-free-of-covid-restrictions-with-sweden-to-join-denmark-and-norway-in-scrapping-rules-12531449)

Dan terakhir, kabar yang saya dengar bahwa Italia juga sudah mulai membuang aturan ribet plandemi Kopit di negaranya. (https://www.thelocal.it/20220209/italy-to-lift-covid-outdoor-mask-requirement-from-friday/)

Jadi semua punya kesamaan pendapat bahwa Kopit bukanlah penyakit yang mematikan seperti propaganda yang didengungkan media mainstream selama ini. Jadi buat apa status plandemi dipertahankan. Bukankah lebih baik hidup normal seperti sediakala?

Terus, apa pendapat mereka soal si Kopit?

“Kopit nggak ubahnya penyakit flu biasa yang sangat bisa disembuhkan dan tidak bersifat mematikan,” begitu kurleb-nya. (https://www.cnbc.com/2022/01/12/should-we-treat-covid-like-the-flu-europe-is-starting-to-think-so.html)

Kembali kita bertanya: apakah status plandemi akan hilang?

Lagi-lagi saya kasih jawaban, nggak akan. Setidakya nggak akan berakhir dalam waktu dekat. Saya sudah beberapa kali buat ulasan soal ini. (baca disini dan disini)

Lalu, kalo beberapa negara mulai mencampakkan plandemi Kopit, apa rencana selanjutnya?

Beberapa skenario mungkin saja dimainkan.

Pertama, mesin ketakutan berupa histeria yang dibangun oleh media mainstream, akan coba dimainkan kembali lewat skenario hadirnya varian Kopit yang bla-bla-bla. Tentu tujuannya agar middle-class bisa ditakut-takuti dan plandemi kembali bisa diperpanjang.

Kedua, akan muncul plandemi lainnya yang nggak kalah serunya ketimbang Kopit. Tentang ini saya pernah behas. (baca disini)

Dan menyangkut skenario kedua, ada virus lama yang coba dibangkitkan dari kuburnya. Namanya HIV yang dapat memicu AIDS pada tubuh seseorang.

Setidaknya Administrasi Biden sudah mendengungkan hal ini sejak Desember 2021 silam. “Kami akan berfokus untuk mengentaskan epidemi HIV/AIDS di tahun 2030 mendatang,” begitu bunyinya. (https://www.verywellhealth.com/biden-hiv-plan-5212634)

Dan kebetulan yang sangat membagongkan juga terjadi di Inggris lewat UKSHA (United Kingdom Health Security Agency) juga menyuarakan intensinya untuk mengakhiri epidemic HIV/AIDS di negaranya pada 2030 mendatang. (https://ukhsa.blog.gov.uk/2021/12/01/charting-a-course-to-end-hiv-transmission-in-england-by-2030/)

Ibarat déjà vu, tetiba varian baru HIV, yang disebut VB, ditemukan di Belanda baru-baru ini (3/2), dengan sifatnya yang ‘ganas’ lebih menular dan sangat berpotensi mendorong menjadi AIDS. (https://www.livescience.com/new-severe-hiv-variant-netherlands)

Sudah begitu aja ceritanya?

Tentu belum. Pada kasus temuan baru varian HIV tersebut, dikatakan bahwa si virus bisa menyasar kaum heteroseksual lebih besar, ketimbang kaum homoseksual. “Kaum heteroseksual lebih berisiko terkena AIDS karena lambat melakukan diagnosis,” begitu kurleb-nya. (https://www.telegraph.co.uk/global-health/science-and-disease/heterosexual-hiv-diagnoses-overtake-gay-men-first-time-decade/)

Kalo dulu versi jadulnya kita mendengar bahwa HIV/AIDS lebih rentan menyerang kaum homoseksual, sekarang narasinya diplintir untuk menimbulkan efek ‘panik’.

Ingat-ingat rumus plandemi. Jika ada masalah, kemudian timbul reaksi, diujung orang pasti butuh solusinya donk?

Tentu saja. Sebelum berangkat ke solusi, strategi baru mutlak diperlukan untuk mengatasi ‘masalah’ ini. Salah satunya dengan melakukan tes massal agar diagnosisnya nggak terlambat dilakukan. (https://www.theguardian.com/commentisfree/2022/feb/09/hiv-infects-heterosexual-gay-bisexual-men-uk-testing-virus)

Bahkan sekelas Pangeran Harry, sudah ‘di-endorse’ untuk rencana ini, dengan tujuan agar segenap warga Inggris mau melakukan test HIV. (https://twitter.com/i/status/1491683381159075842)

Lalu kalo seseorang kedapatan positif HIV berdasarkan test-nya, solusinya apa?

Tentu saja vaksin.

Memang vaksinnya sudah ada?

Setidaknya Moderna telah mempersiapkan dengan rapih atas vaksin ajaib yang bisa mengatasi varian B virus HIV tersebut. Nggak aneh kalo mereka tengah menggelar uji klinis atas vaksin berbasis teknologi mRNA. (https://www.healthline.com/health-news/moderna-launches-clinical-trial-of-its-mrna-based-hiv-vaccine)

Vaksin m-RNA lagi?? (baca disini dan disini)

Rencana yang mungkin digelar seperti ini: saat virus HIV jenis baru tersebut menyebar dan sukses buat orang se-Inggris panik kalang kabut, jeng-jeng…vaksinnya sudah siap sedia.

Memangnya tuh vaksin, aman?

Tentu saja aman plus efektif. “Kan sudah diuji klinik sebelumnya, Johny.”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!