Dua Agenda Yang Berbeda


516

Dua Agenda Yang Berbeda

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bagaimana kita tahu kalo China punya agenda yang berbeda dengan kartel Ndoro besar?” tanya seorang netizen.

Pertanyaan bagus. Saya coba menjawabnya secara singkat.

Tentang China, khususnya di bawah kepemimpinan Xi Jinping, boleh dikatakan memiliki agenda yang bertolak belakang dengan agenda utama kartel Ndoro besar. Ini saya pernah bahas pada Januari silam. (baca disini)

Intinya adalah, begitu Xi Jinping terpilih sebagai pemimpin China, dirinya langsung meluncurkan program besar menuju tatanan dunia yang multipolar, yang belakangan dikenal sebagai Belt & Road Initiative. (https://www.researchgate.net/publication/316504427_Xi_Jinping’s_Foreign_Policy_Dilemma_One_Belt_One_Road_or_the_South_China_Sea)

Ini jelas merubah rencana awal kartel Ndoro besar atas negara Tirai Bambu tersebut, yang sedianya diproyeksi akan menggantikan posisi AS sebagai boneka sang Ndoro. (baca disini)

Dengan hadirnya Belt & Road Initiative (BRI), maka semua negara (khususnya negara-negara misqueen) coba dirajut oleh China lewat pembangunan proyek-proyek infrastruktur.

Teknisnya China kasih dana bantuan (tentunya China akan memperoleh imbal balik atas bantuan tersebut), sementara penerima ‘bantuan’ juga mendapatkan manfaat atas pembangunan di negaranya. Bisa dikatakan win-win solution.

Apa yang hendak dicapai lewat proyek BRI nggak lain adalah konektivitas dan kemajuan bersama. Dengan adanya infrastuktur yang baik, bukankah akan mendorong kemajuan suatu negara? Dan bila suatu negara maju, bukankah SDM-nya juga otomatis terdongkrak?

Soal Belt & Road Initiative telah banyak saya ulas. (baca disini dan disini)

Anda bisa mencari analisa saya yang lain pada mesin pencari yang tersedia di laman ini.

Di sisi yang lain, kartel Ndoro besar justru mendorong terbentuknya tatanan dunia baru yang unipolar. Kalo saat ini ada dalam komando AS, maka ke depannya konsep unipolar yang ditawarkan adalah Green New Deal, dimana dunia tanpa karbon yang jadi tujuannya. (baca disini, disini dan disini)

Makanya saat Alexandria Ocasio-Cortez selaku politisi Demokrat AS mencanangkan rencana Green New Deal, itu bukanlah hal yang mengejutkan. “Kapitalisme harus digantikan dengan agenda hijau,” demikian ungkapnya. (https://www.npr.org/2019/02/07/691997301/rep-alexandria-ocasio-cortez-releases-green-new-deal-outline)

Lantas darimana kita tahu kalo BRI nggak sejalan dengan proyek Ndoro besar?

Adalah Ursula von der Leven selaku presiden Uni Eropa yang mengatakan bahwa proyek BRI China sebagai upaya yang sia-sia.

Leyen mengatakan, “Beberapa (maksudnya China) membeli pengaruh dengan berinvestasi pada pelabuhan dan jalan pada banyak negara. Tapi kami nggak melakukan cara itu karena kami punya cara Eropa.” (https://www.ft.com/content/6a7a9742-fb94-4430-9ef8-977e32c17be5)

Apa itu cara Eropa yang dimaksud Leyen?

Nggak lain adalah rencana hijau dari sang Ndoro besar.

“Saya ingin Eropa menjadi benua bebas CO2 pertama di dunia pada tahun 2050 mendatang. Dan saya akan mengajukan kesepakatan hijau baru untuk Eropa dalam 100 hari pertama kepemimpinan saya,” ungkap Leyen.

Singkatnya, kalo kesepakatan hijau bertujuan akhir pada rencana eugenika, sementara nggak ada agenda depopulasi pada proyek BRI. Malahan proyek BRI cenderung menumbuhkan populasi manusia baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Jika BRI menjadi target incaran untuk di-jatuhkan lewat Green New Deal sang Ndoro, anda akan tahu dimana beda kedua proyek raksasa tersebut, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!