Mencari Energi Alternatif


518

Mencari Energi Alternatif

Oleh: Ndaru Anugerah

Krisis energi itu nyata. Dan kini negara-negara di Eropa serta di belahan dunia lainnya, mulai merasakan dampak dari kurangnya pasokan energi bagi negaranya.

Gimana nggak.

Di Eropa saja, kenaikan harga gas sekitar 800% dalam setahun, sementara harga listrik sebagai turunannya, terkatrol sekitar 500%.

Ini saja sudah cukup buat kepala pening pada sektor industri dan manufaktur. Biaya produksi yang membengkak, tentu menyulitkan perusahaan untuk menjual barang yang dihasilkan. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-09-27/europe-s-energy-crisis-is-about-to-go-global-as-gas-prices-soar)

Dulu di tahun 1970-an, dunia juga pernah mengalamai krisis energi saat negara-negara Arab melakukan aksi embargo minyak gegera AS dan sekutunya mendukung Israel dalam perang Yom Kippur. (https://www.npr.org/sections/parallels/2013/10/15/234771573/the-1973-arab-oil-embargo-the-old-rules-no-longer-apply)

Tapi kondisi saat ini, jauh lebih parah dan berpotensi merusak secara sistemik. (baca disini dan disini)

Dan yang menyebabkan kondisi saat ini tambah ruwet adalah upaya mencampakkan energi nuklir, meskipun energi itu belum ‘dilarang’ secara resmi.

Ambil contoh Perancis. Alih-alih ingin menjalankan kesepakatan hijau, negara itu berencana mengurangi energi nuklir dari 70% ke angka 50% di tahun 2025 mendatang.

Ini dilakukan karena UU energi yang dirilis di tahun 2015 silam menyatakan bahwa energi nuklir itu mahal, jadul dan berbahaya bagi manusia dan lingkungan. (https://www.rfi.fr/en/visiting-france/20150723-french-parliament-adopts-green-growth-energy-law-nuclear-reduced)

Akibatnya nggak ada lagi penambahan reaktor nuklir di Perancis sejak saat itu.

Kasus di Jerman juga sami mawon, dimana pemerintah berencana menutup setengah dari PLTN yang ada di negara itu sebelum akhir 2022 mendatang. (https://www.nsenergybusiness.com/news/germany-nuclear-phase-out-2022/)

Melihat kondisi kurangnya pasokan energi yang menguatirkan, negara-negara Uni Eropa mulai ambil langkah pragmatis.

Dengan dalih bahwa energi nuklir bersifat ramah lingkungan, 10 dari 27 negara mendorong kebijakan baru untuk membangun PLTN di seantero Eropa. (https://earth.org/10-eu-countries-including-france-wants-to-label-nuclear-power-as-green-energy/)

Akhirnya mbalelo juga karena kepepet.

Apakah energi nuklir ramah lingkungan seperti yang diklaim?

Tergantung teknologi yang digunakan. Di Rusia misalnya, mereka telah menggunakan teknologi BREST-OD-300 yang merupakan reaktor berpendingin timah, yang sudah pasti aman, irit biaya dan ramah lingkungan. (https://rosatom.ru/en/press-centre/news/rosatom-starts-construction-of-unique-power-unit-with-brest-od-300-fast-neutron-reactor/)

Jadi, persoalan aman atau tidaknya bagi lingkungan, memang bergantung pada teknologi yang dipakai pada reaktornya.

Kembali ke laptop.

Mengenai rencana mencari energi alternatif dengan menggunakan nuklir, mulai dilakukan oleh beberapa negara. Salah satunya Belanda yang berencana membangun 2 PLTN bagi negaranya, bermitra dengan Perancis. (https://www.politico.eu/article/netherlands-to-build-new-nuclear-plants-under-coalition-deal/)

Berikutnya ada Polandia, yang juga punya rencana membangun PLTN pertamanya pada daerah Gdansk, Pomeranian. (https://www.businessinsider.com/news-first-poland-nuclear-power-plant-will-be-built-in-gdansk-pomerania)

Finlandia juga akan membangun 3 PLTN yang berlokasi di Olkiluoto. PLTN yang sedianya akan menyediakan listrik sekitar 1.600 MW tersebut, akan beroperasi pada Januari 2022 mendatang. (https://www.enerdata.net/publications/daily-energy-news/finlands-ol3-nuclear-reactor-scheduled-produce-first-power-january-2022.html)

Belarusia juga nggak mau kalah set, karena negara tersebut juga akan mengembangkan PLTN bagi negaranya pada wilayah Grodno dengan total kapasitas mencapai 2.400 MW yang diprediksi akan beroperasi pada akhir 2022 mendatang. (https://eu.boell.org/en/2021/04/26/new-nuclear-power-plant-belarus-and-reminders-chernobyl)

Dan terakhir ada Kazakhstan yang berniat membangun PLTN pada wilayah Bishkek. Langkah ini terpaksa diambil karena negara tersebut juga diprediksi akan mengalami krisis energi. (https://eurasianet.org/kazakhstan-looks-to-nuclear-amid-crypto-driven-energy-shortage)

Apa yang bisa disimpulkan?

Bahwa energi hijau nggak seindah impiannya. Kalo benar energi hijau dapat menggantikan energi berbahan bakar fosil, tentunya upaya mencari energi alternatif tidak akan dilakukan oleh banyak negara, bukan? (baca disini, disini dan disini)

Bahkan sekelas Bill Gates juga telah berinvestasi pada PLTN. (baca disini)

Pertanyaan selanjutnya: mungkinkah penggunaan energi nuklir akan mengakibatkan program besar sang Ndoro besar untuk menciptakan tatanan dunia baru yang hanya menggunakan energi terbarukan, menjadi terhambat?

Menarik untuk mengikuti sepak terjang ke depannya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!