Apakah Made in China: 2025?


519

Apakah Made in China: 2025?

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bisa bahas lebih rinci tentang Made in China: 2025?” tanya seorang netizen.

Begitu saya merilis analisa tentang Made in China: 2025, ada banyak pertanyaan yang diajukan ke saya. Utamanya tentang kaitan dengan krisis global yang dipicu oleh hadirnya Kopit.

Pada kesempatan ini, saya akan ulas dengan agak rinci, hitung-hitung saya membayar pertanyaan sama yang banyak diajukan ke saya.

Saat menjabat di tahun 2012, Xi Jinping langsung gaspol dengan meluncurkan One Belt One Road yang belakangan diganti menjadi Belt and Road Initiative, pada pertemuan di Kazakhstan di tahun 2013. (https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/topics_665678/xjpfwzysiesgjtfhshzzfh_665686/t1076334.shtml)

Dan 2 tahun kemudian, Xi merilis Made in China: 2025 sebagai bagian strategi industri nasional China yang komprehensif. (https://www.chinatechblog.org/blog/madeinchina2025#:~:text=President%20Xi%20Jinping%20installed%20the,nationwide%20guideline%20for%20China’s%20future.&text=The%20strategic%20plan%20defines%20ten,and%20create%20globally%20competitive%20companies.)

Dengan hadirnya Made in China: 2025 tersebut, maka rencana masa depan China yang telah dirancang oleh Ndoro besar lewat presiden World Bank, Robert Zoellick, pupus sudah. (baca disini)

Lantas apa isi Made in China: 2025?

Secara singkat berisi tentang upaya China untuk meremajakan industri manufakturnya dalam upaya menjadi penantang hegemoni AS di dunia. Jadi, ketimbang jadi bengkel perakitan komponen untuk raksasa asing seperti Apple, China harus mampu mengembangkan produk industri sejenis.

Dan ini bukan lagi pilihan, jika punya rencana untuk memimpin pertarungan global.

Dengan demikian, konsep Made in China harus diubah menjadi Created in China, dari China Speed ke China Quality dan dari produk China ke merek China. Dan ini bukan hanya ganti slogan, tapi secara fundamental ganti kebijakan. Dan 4IR adalah referensi China untuk melakukan transformasi tersebut. (https://thediplomat.com/2019/09/u-s-china-trade-war-and-the-fourth-industrial-revolution/)

Jangan aneh jika term seperti kecerdasan buatan, internet of things, cloud, big data hingga robotika adaptif menjadi concern utama bagi pengembangan industri manufactur di China. Kalo akhirnya China memimpin pada teknologi 5G, ya wajar-wajar saja, karena memang itu prioritas mereka. (https://asia.nikkei.com/Politics/International-relations/China-leads-the-way-on-global-standards-for-5G-and-beyond)

“Kita harus segera menyesuaikan struktur pembangunan dan meningkatkan kualitas pembangunan. Dan untuk itu, manufaktur adalah mesin yang akan menggerakkan ekonomi baru China,” begitu kurleb-nya. (https://www.cittadellascienza.it/cina/wp-content/uploads/2017/02/IoT-ONE-Made-in-China-2025.pdf)

Dengan kata lain, tanpa ada manufaktur yang kuat jangan harap akan ada kemakmuran nasional. Karena dengan manufaktur China akan dapat meningkatkan kekuatannya, melindungi keamanan negaranya dan otomatis akan mampu menjadi kekuatan dunia yang diperhitungkan.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mewujudkan rencana yang termaktub dalam Made in China: 2025 tersebut?

Ada 3 langkah yang akan diambil China, yaitu rencana 2025, rencana 2035 dan rencana 2049 (tepat pada 100 tahun berdirinya RRC.

Di tahun 2025, China punya target untuk menjadi kekuatan manufaktur utama di dunia. Pada tahap ini China akan mendigitalisasi industri manufakturnya, menguasai teknologi inti dan juga memimpin pada industri kereta berkecepatan tinggi. Dan target ini seperti sudah mulai tercapai. (https://www.globaltimes.cn/content/1070414.shtml)

Di tahun 2035, lain lagi targetnya karena China berencana untuk menjadikan manufaktur China sebagai kekuatan madya yang mampu menyajikan inovasi yang jauh lebih baik dalam membuat terobosan dan punya daya saing.

Dan di tahun 2049 mendatang, China akan menjadi pemimpin manufaktur dunia, dengan inovasi dan keunggulan kompetitif di bidang manufaktur utama. (https://www.cittadellascienza.it/cina/wp-content/uploads/2017/02/IoT-ONE-Made-in-China-2025.pdf)

Untuk menjalankan ini kan butuh SDM. Bagimana dengan SDM yang dimiliki China?

Asal tahu saja, selama lebih dari 4 dekade, China telah mengirim putra-putri terbaiknya untuk belajar sains dan teknologi di kampus-kampus terbaik di AS dan Eropa. Dan sekarang China panen lulusan PhD di bidang sains dan teknologi dari Barat yang siap untuk membangun China.

Jadi soal SDM dalam melakukan transformasi tersebut, China sudab pikir jauh-jauh hari. (https://www.chinadaily.com.cn/china/2016-03/18/content_23931407.htm)

Bayangkan jika Made in China: 2025 meraih sukses dan China bisa menjual ‘barang dagangannya’ melalui jalur BRI yang dimilikinya, apa yang akan terjadi dengan dunia Barat terutama AS? Otomatis mereka akan ‘ketinggalan’ dari China. Dan ini nggak boleh dibiarkan.

Akibatnya perang dagang digelar dan pandemi berlangsung.

Apakah langkah yang diambil China demikian seriusnya?

Kalo anda baca buku Grand Chess Board (1997), maka anda akan tahu jawabannya. Dalam buku tersebut Brzezinski ngomong begini, “Sebuah kekuatan yang mendominasi Eurasia, akan mampu mengendalikan dua pertiga wilayah dunia yang paling maju dan produktif secara ekonomi.”

Berikutnya Brzezinski menambahkan, “Kendali atas Eurasia akan melibatkan subordinasi Afrika, belahan Barat dan Oceania. Ini dimungkinkan karena 75% penduduk dunia tinggal di Eurasia dan sekitar 75% sumberdaya energi dan fisik dunia juga ada di wilayah tersebut.”

Artinya apa?

Upaya China dipandang AS sebagai rencana untuk menaklukkan Eurasia dengan memakai rencana Made in China: 2025 dan juga jalur BRI-nya. Dan ini jelas mengganggu eksistensi hegemoni AS karena dengan menaklukkan Eurasia, maka otomatis dunia ada dalam genggaman China.

Semoga anda paham ulasan saya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!