Mendepak Khan


506

Mendepak Khan

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, kenapa seorang Imran Khan terpaksa dilengserkan dari posisinya di Pakistan?” tanya seorang netizen.

Sebenarnya, saya sudah lama mau bahas ini, tapi karena skedul yang lumayan numpuk akhir-akhir ini, terpaksa saya tunda untuk kasih jawabannya. Sekarang, mumpung ada waktu akan saya coba jawab, meskipun saya tahu itu telat.

Seperti yang kita tahu, PM Imran Khan dipaksa lengser dari kursi jabatannya pada 10 April silam. Ini dimungkinkan karena adanya mosi tidak percaya dari kubu oposisi yang berkolaborasi dengan partai koalisi-nya yang belakangan membelot.

Walhasil, suara Majelis Nasional sebanyak 174 dari 342, menyetujui proses pemakzulan Khan.

Dengan hasil ketok palu ini, maka Khan hanya berkuasa 3,5 tahun saja di Pakistan. Ini pertama kali dalam sejarah Pakistan, seorang perdana menteri digulingkan dari jabatannya sebelum berakhir. (https://nation.com.pk/2022/04/10/no-trust-motion-imran-khan-becomes-first-prime-minister-to-be-voted-out-of-pow/)

Pengganti Khan, Shehbaz Sharif, mengatakan bahwa proses penggulingan Khan merupakan kesempatan bagi Pakistan untuk membuka ‘lembaran’ baru. (https://www.bbc.com/news/world-asia-61055210)

Pertanyaannya: apa yang mendukung proses pemakzulan Khan?

Kita perlu sedikit flashback.

Sejak lama, Pakistan adalah mitra AS dalam mengusung Global War on Terrorism (GWOT), melalui peran Inter-Services Intelligence (ISI), selain menyediakan tempat bagi pelatihan para Mujahiddin sebelum diterjunkan melawan pasukan Soviet. (https://asiatimes.com/2021/05/pakistan-leans-towards-giving-us-military-bases/)

Karena dukungan Pakistan, maka AS dapat memenangkan Perang di Afghanistan yang berakibat pada rontoknya Soviet sebagai pesaing hegemoni-nya. (baca disini dan disini)

Namun, seiring berjalannya waktu, kemesraan AS dan Pakistan mulai mengendur, karena masuknya pihak ketiga, dalam hal ini Rusia dan China, dalam menjalin hubungan dengan pemerintahan Islamabad.

Dengan Rusia, misalnya, Pakistan telah menjalin kerjasama proyek pipa gas strategis sejauh 1100 km yang terbentang dari Lahore hingga Karachi. (https://www.ilaan.com/news/gas-pipelines-to-be-laid-from-lahore-to-karachi)

Ada juga perjanjian kerjasama pertahanan dengan Rusia, utamanya dalam menggalang program kontra-terorisme dan juga pengendalian senjata. (https://thediplomat.com/2014/07/russias-strategic-pakistan-play/)

Itu dengan Rusia. Bagaimana dengan China?

11-12.

Pakistan juga terlibat dengan mega proyek China, Belt and Road Initiative (BRI), dimana Pakistan akan menjadi negara penghubung bagi China dalam menyalurkan energi dari Timur Tengah.

Dengan adanya jalur tersebut, China nggak perlu repot-repot melewati Selat Malaka yang rawan bajak laut. (https://cscr.pk/explore/themes/trade-economics/pakistan-russia-china-emerging-coalition/)

Atau mungkin anda pernah dengan tentang China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), yang merupakan jalur penghubung BRI dari Asia Barat ke wilayah Asia Tengah. Dengan adanya hubungan ini, wajar jika Pakistan mau memberikan ‘tempat’ khusus bagi China di Pelabuhan Gwadar. (https://www.csis.org/analysis/pakistans-gwadar-port-new-naval-base-chinas-string-pearls-indo-pacific)

Melihat ‘kemesraan’ ini, siapa yang ketar-ketir?

Tentu saja AS. Makanya AS coba menggoyang hubungan, khususnya Pakistan-China, dengan memakai penduduk Baluchistan. (baca disini)

Dan Khan adalah sosok yang memperkuat aliansi Pakistan dengan Rusia dan China.

Bahkan dalam kasus operasi militer khusus yang digelar Rusia pada Ukraina, Khan nggak menentang langkah yang diambil Putin. “Yang penting kerjasama dengan Rusia tetap jalan,” demikian kurleb-nya. (https://www.gulftoday.ae/news/2022/02/24/pakistan-prime-minister-imran-khan-in-russia-to-meet-putin)

Masuk akal jika kemudian sosok Khan menjadi target operasi penggulingan yang dibesut AS.

Ini bukan kaleng-kaleng.

Sebelum penggulingannya akibat mosi tidak percaya di parlemen, Dubes Pakistan untuk AS telah diperingatkan oleh Asisten Menlu Donald Lu, bahwa kelanjutan jabatan Khan akan berdampak pada hubungan bilateral dan ikatan antar kedua negara.

“Jika Khan tetap menjabat, maka Pakistan akan di-isolasi oleh AS, dan kami akan menangani masalah ini secara langsung jika mosi tidak percaya nggak berhasil dijalankan,” ungkap Lu. (https://ussanews.com/2022/04/21/cia-coup-in-pakistan/)

Merujuk pada semua itu, kalo tetiba seorang Imran Khan berhasil dimakzulkan, apakah itu terjadi secara kebetulan, atau justru sebaliknya?

Ingat satu hal: dalam geopolitik, nggak ada yang terjadi secara kebetulan. Bahkan kalo itu kebetulan-pun, yakinlah bahwa itu juga sudah direncanakan.

Bahkan sedari awal, Khan sudah menuding bahwa AS ada dibalik skenario pemakzulan dirinya. (https://www.npr.org/2022/04/01/1090192877/pakistan-prime-minister-imran-khan-accuses-the-u-s-of-trying-to-oust-him)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Lagi-lagi mamarika… terus apa kontribusi nyata rakyat Indonesia (jika mayoritas tercerahkan) untuk melawan hegemoni mamareka dan tuannya?

error: Content is protected !!