Serangan di Pakistan


513

Serangan di Pakistan

Oleh: Ndaru Anugerah

Sebuah bom bunuh diri terjadi di Pakistan bagian Selatan, yang menewaskan 3 orang guru asal China dan seorang supir lokal pada akhir April silam. (https://apnews.com/article/explosions-pakistan-karachi-f443c998f70e7d5331d97966436009e0?utm_source=Twitter&utm_medium=APMiddleEast&utm_campaign=SocialFlow)

Siapa yang melakukan serangan teror?

Menurut laporan resmi, aksi bom bunuh diri dilakukan oleh Shari Baluch alias Bramsh, yang merupakan seorang wanita yang berasal dari provinsi Baluchistan. Ini merupakan aksi teror pertama yang melibatkan wanita di dalamnya, di Pakistan sana.

Jadi kalo diringkas, serangan teror tersebut menandakan babak baru perlawanan rakyat Baluchistan terhadap pemerintahan Pakistan, yang selama ini ‘dieksploitasi’ habis-habisan oleh pemerintah Islamabad.

Asal tahu saja, serangan teror yang menyasar warga negara China yang ada di Pakistan, bukan yang pertama terjadi. Tahun lalu, 9 dari 13 korban teror bom yang terjadi di Pakistan, adalah WN China yang bekerja disana. (https://asia.nikkei.com/Spotlight/Belt-and-Road/China-pressures-Pakistan-after-losing-9-engineers-in-bus-attack)

Bahkan dubes China untuk Pakistan, Nong Rong, disebut-sebut sempat menjadi target serangan bom, meskipun aksi tersebut nggak membuahkan hasil seperti yang ‘diharapkan’. (https://edition.cnn.com/2021/04/21/asia/pakistan-bomb-blast-chinese-ambassador-intl-hnk/index.html)

Overall, separatis Baluchistan yang jadi pelaku atas serangan teror tersebut.

Memang, apa yang terjadi di Pakistan, khususnya di provonsi Baluchistan?

Baluchistan adalag provinsi terbesar di Pakistan, yang terletak di wilayah selatan, berbatasan dengan Iran dan juga Afghanistan. Wilayah ini kaya SDA dari mulai gas alam, emas, uranium hingga tembaga. (https://unpo.org/article/11980)

Wajar jika wilayah ini dieksploitasi habis-habisan oleh penguasan di Islamabad selama bertahun-tahun, sementara warga Baluchistan nggak kebagian apa-apa sebagai imbal baliknya. Ironisnya, warga Baluchistan malah hidup dalam garis kemiskinan, meskipun kaya SDA.

Singkatnya, ada ketimpangan dalam pembagian ‘kue’ di wilayah Baluchistan.

Atas temuan ini, maka dijadikan dalih bagi pemerintah AS untuk menyuarakan tuntutan HAM atas warga Baluchistan, yang ‘katanya’ telah diperas hingga kering kerontang. Jika mereka menginginkan status merdeka lepas dari Pakistan, itu menjadi hal yang lumrah. Begitu kurleb-nya.

Dan anda yang telah bergulat dalam bidang geopolitik, maka akan tahu rumusannya, bahwa HAM dan demokratisasi hanyalah dalih alias kedok untuk mendorong aksi teror dan separatisme. (baca disini dan disini)

Namun bukan itu yang sebenarnya ingin diperjuangkan AS atas wilayah Baluchistan.

Lalu apa?

Pakistan dinilai telah berpaling dari semula sebagai ‘sekutu’ Washington pada perang di Afghanistan, menjadi pihak yang membelot.

Parahnya, belakangan hubungan Pakistan dan China, mulai mesra. Terbukti dengan dideklarasikannya CPEC sebagai rangkaian jalur BRI milik negeri Tiongkok. (https://thediplomat.com/2022/04/what-the-china-pakistan-economic-corridor-tells-us-about-the-belt-and-road-initiative/)

Bahkan Pakistan telah memberikan akses kepada China untuk menggunakan pelabuhan Gwadar, yang konon akan dijadikan pangkalan militer di kawasan Laut Arab. (https://www.csis.org/analysis/pakistans-gwadar-port-new-naval-base-chinas-string-pearls-indo-pacific)

Pakistan telah memberi China pangkalan di Gwadar, dan ini mengancam kepentingan strategis AS. Baluchistan yang merdeka akan dapat melayani kepentingan AS dalam melawan kekuatan Islam,” demikian ungkap National Interest. (https://nationalinterest.org/commentary/free-baluchistan-4799)

Dan AS mulai merasa gerah atas sikap yang diambil pemerintah Islamabad, yang memberi angin kepada China sebagai penantang hegemoni-nya di dunia.

Satu-satunya cara untuk melepas ikatan itu, dengan memakai gerakan separatis. Dan Baluchistan adalah titik sempurna untuk mengeksekusi gerakan tersebulung itu.

“Baluchistan harus menjadi negara merdeka dan bebas menentukan nasibnya sendiri,” demikian ungkap suara Kongres AS. (https://www.govtrack.us/congress/bills/112/hconres104)

Lagi-lagi, demokratisasi dan HAM yang jadi senjata utama untuk menyatakan tuntutan referendum bagi warga Baluchistan. “Telah terjadi pelanggaran HAM berat pada warga Baluchistan yang dilakukan secara masif oleh pemerintah Pakistan,” begitu narasi yang dikembangkan. (https://www.washingtonpost.com/opinions/why-i-support-baluchistan/2012/04/06/gIQAQ17Z0S_story.html)

Pada tataran operasional, National Endowment for Democracy (NED) digunakan untuk mendanai gerakan separatis di Baluchistan, walaupun tidak dilakukan secara vulgar.

Kalo anda kenal sosok Malik Siraj Akbar, dia adalah pion yang digunakan NED untuk merongrong pemerintah Pakistan guna mendukung status merdeka pada Baluchistan. (https://www.ned.org/fellows/mr-malik-siraj-akbar/)

Apa keuntungan AS mendukung gerakan separatis Baluchistan?

Pertama akses kepada SDA yang ada di wilayah tersebut yang konsesinya banyak diberikan ke pemerintah Tiongkok. Dan kedua memutus mata rantai jalur Sutra Baru yang dikembangkan China pada wilayah Pakistan.

Jadi, kalo Pakistan kini dilanda serangan bom, menjadi hal yang lumrah, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!