Tatanan Dunia Baru (*Bagian 3)


527

Tatanan Dunia Baru (*Bagian 3)

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagi yang baru membaca bagian terakhir tulisan ini, saya sarankan untuk membaca dua bagian terdahulu, agar anda paham duduk masalah seputar tatanan dunia baru berikut pihak yang menggagas ide tersebut. (baca disini dan disini)

Sekarang kita akan lanjut membahas sepak terjang Pilgrims Society (PS) selaku kelompok rahasia dalam mewujudkan tatanan dunia baru.

Saat PS didirikan, serangkaian pertemuan digelar di London dan juga di New York pada 1902-1903. Pertemuan ini selain dihadiri oleh anggota PS juga dihadiri orang-orang terkaya di AS dan Inggris serta orang tajir lainnya dari beberapa negara. (https://isgp-studies.com/pilgrims-society-us-uk)

Ngapain mereka menggelar pertemuan?

Tentu saja membentuk berbagai organisasi rahasia lainnya, yang dapat mewujudkan tujuan akhir, terbentuknya tatanan dunia baru.

Dengan adanya sokongan dana dari bank sentral yang dikendalikan dari London oleh Baron Alfred Rothschild dan juga program beasiswa pendidikan yang disediakan Cecil Rhodes di Oxford, tentu nggak sukar memperbanyak organisasi rahasia di belahan dunia lainnya.

Salah satunya adalah Lord Alfred Milner (yang merupakan anggota Pilgrims Society) yang akhirnya membentuk Milner’s Kindergarten yang isinya para pengacara dan administator muda berbakat.

Milner’s Kindergarten akhirnya mempelopori terbentuknya Uni Afrika Selatan, yang kelak melahirkan rezim rasis apartheid di belahan selatan Benua Hitam tersebut. (https://www.jstor.org/stable/4289491?addFooter=false)

Dan perlu dicatat bahwa Milner’s Kindergarten juga mempelopori terbentuknya Round Table Movement sejak 1909 yang tersebar di beberapa negara seperti Kanada, Australia, Selandia Baru hingga Inggris. (https://www.cambridgescholars.com/resources/pdfs/978-1-4438-9971-0-sample.pdf)

Salah satu tokoh penting pada Round Table Movement adalah Lionel George Curtis. (https://archive.org/details/cihm_66573/page/n9/mode/2up)

Siapa sosok Curtis sebenarnya?

Saat Perang Dunia (PD) I berlangsung, Curtis-lah yang melontarkan gagasan bahwa kekuatan Jerman di Eropa yang meningkat dan juga dominasi ekonomi global oleh AS, jelas merupakan ancaman bagi kerajaan Inggris.

Agar mampu bertahan dari gempuran kedua pihak, Kerajaan Inggris harus diubah menjadi negara yang punya kekuatan ekonomi berbentuk negara persemakmuran, dan India harus dibiarkan merdeka. Ini terjadi di tahun 1911.

Ide yang dilontarkan Curtis memang nggak saat itu juga terwujud, karena India baru dikasih merdeka dari Kerajaan Inggris di tahun 1947 dan Commonwealth Nations baru terbentuk setahun kemudian. Namun itu semua adalah ide yang dilontarkan seorang Lionel Curtis lewat komunitas Meja Bundar-nya. (http://mailstar.net/curtis1.html)

Jadi yang dilakukan para pegiat NWO dengan organisasi rahasianya adalah merancang masa depan secara bertahap. Dan itu butuh waktu yang sangat lama. Bayangkan bagaimana konsep negara persemakmuran bisa diwujudkan setelah 35 tahun lamanya oleh seorang Lionel Curtis.

Berikutnya ada nama Andrew Carnegie yang di tahun 1910 mendirikan Carnegie Endowment for International Peace (CEIP) dengan dana awal sebesar USD 10 juta. Asal anda tahu, bahwa lembaga ini isinya para industrialis dan juga pemodal besar yang ada di AS. (https://www.sourcewatch.org/index.php/Carnegie_Endowment_for_International_Peace)

Banyak juga anggota CEIP yang terkait dengan American International Corporation (AIC) yang dikendalikan oleh JP Morgan. Belakangan AIC mengubah nama menjadi American International Group sejak 1919.

Apa tujuan dibentuknya CEIP?

Carnegie yang merupakan ketua US Pilgrim Society punya satu tujuan penting: “memajukan kerjasama antar negara dan mendorong keterlibatan aktif AS secara internasional”.

Jadi lumrah jika CEIP sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri AS, karena yayasan ini yang mendisain sejak awal. Dan jika kemudian AS mendorong kebijakan ‘polisi dunia’ dengan dalih memajukan kerjasama internasional, CEIP lah aktor di belakang layarnya.

Kalo anda anggap CEIP sebagai yayasan yang bertujuan membentuk perdamaian dunia, anda salah besar. Kamuflase kata memang selalu digunakan kelompok rahasia ini guna mengaburkan persepsi publik.

Fakta ini terungkap saat Norman Paul Dood yang bersaksi di depan Komite Reece di tahun 1953, tentang yayasan CEIP yang bersifat bebas pajak.

“Para pengurus yayasan (CEIP) sangat percaya bahwa cara paling efektif untuk mengubah kehidupan seluruh rakyat adalah perang. Jadi yang terpenting adalah mendorong keterlibatan AS dalam segala peperangan,” begitu kurleb-nya. (https://www.brighteon.com/60394953-eb29-46c5-9e65-ad21fc334312)

Kenapa perang?

Karena perang merupakan alat untuk mencapai tujuan mereka demi terbentuknya tatanan dunia baru, di bawah kendali elit korporasi yang menggerakkan organisasi-organisasi rahasia.

Bukankah perang juga cara paling efektif dalam mencapai agenda depopulasi selain bisnis jual beli senjata dengan cuan menggiurkan? (baca disini dan disini)

Kalo anda perhatikan modusnya adalah setelah perang berlangsung, akan ada konferensi perdamaian yang digelar guna menengahi konflik. Biasanya akan ada pihak penengah dalam hal ini, biasanya PBB ataupun lembaga internasional lainnya.

Pasca konferensi, bakal ada kesepakatan yang intinya akan memberikan sentralisasi kekuasaan lebih lanjut pada badan-badan regional atau organisasi antar pemerintah yang lebih besar.

Dan jika ini terjadi, maka secara nggak langsung bakal mengikis kedaulatan suatu negara dan mendorong langkah konsolidasi kekuasaan pihak luar.

Coba anda telisik perang yang terjadi di banyak negara. Bukankah modusnya seperti ini?

Bagaimana sepak terjang kelompok rahasia ini bergerilya membentuk tujuan mereka?

Pada bagian terakhir tulisan kita akan membahasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!