Kisah Para Eugenik (*Bagian 1)


523

Kisah Para Eugenik (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bukankah kartel Ndoro besar yang menguasai bisnis minyak? Lantas mengapa mereka kini malah berencana mengubur bisnis tersebut dengan mengusung energi terbarukan? Apa itu bukan berarti menggali kuburan mereka sendiri?” tanya seorang kepada saya.

Pertanyaannya sangat bagus. Hanya saja, jawaban atas pertanyaan ini sudah sering saya singgung pada beberapa analisa yang saya turunkan. Yang anda perlukan hanyalah connecting dots saja. (baca disini, disini dan disini)

Kalo masih kurang paham juga, kali ini saya mau kasih ulasan eksklusif untuk anda. Tujuannya satu: agar anda nggak bertanya-tanya lagi tentang pertanyaan yang sama ke depannya.

Karena informasi yang akan saya turunkan lumayan banyak, terpaksa saya akan break analisanya menjadi beberapa bagian. Dan ini saya berikan bagi para penggila geopolitik yang ada di Indonesia.

Langsung kita mulai.

Pada awal abad 20, sebuah tatanan dunia baru terbentuk, dimana minyak adalah penyokongnya. Secara singkat, semua industri, moda transportasi, manufaktur hingga farmasi, semua bergantung pada minyak. (https://www.swwresearch.com/post/the-second-world-war-and-the-resource-of-the-20th-century-oil-war-and-the-history-of-our-energeti)

Siapa yang mengusung tatanan dunia baru tersebut?

Kalo anda belum paham Big Oil, yang terdiri atas Standard Oil, British Petroleum, hingga Royal Dutch Shell, mereka-lah yang mengusung platform tata dunia baru tersebut. Perlu anda tahu bahwa ada nama Rockefeller dan Rothschild di belakang Big Oil.

Singkatnya, Big Oil nggak lain adalah kartel Ndoro besar itu sendiri.

Karena mengusung platform tatanan dunia baru, maka otomatis mereka yang pegang kendali atas dominasi minyak dunia. Jadi nggak hanya sistem perbankan global yang mereka punya, tapi juga tata minyak global. Bisa dikatakan, mereka membentuk tata dunia global baru, yang sesuai dengan keinginan mereka.

Jika anda telusuri, dari mulai perang, sistem petrodollar hingga terbentuknya sistem moneter internasional (lembaga Bretton Woods), apa yang menjadi tulang punggungnya selain minyak? (baca disini, disini dan disini)

Namun kini, dengan adanya The Great Zero Carbon, seolah sang Ndoro besar berencana menggali kuburannya sendiri dengan mencampakan minyak yang telah digunakannya dalam membentuk tatanan dunia baru sebelumnya. (baca disini, disini dan disini)

Apa memang begitu?

Kalo anda punya pikiran seperti itu, saran saya baiknya anda main rada jauhan.

Kenapa?

Logis nggak sih jika tuan besar menggali kuburannya sendiri? Itu jelas mengada-ada dan bersifat retoris.

Anda pernah dengar tentang divestasi dari perusahaan migas dan batubara raksasa, senilai USD 3,4 triliun, yang berencana mengcampakan bahan bakar fosil tersebut ke depannya?

Apalagi alasan utamanya selain untuk mengantisipasi perubahan iklim yang diklaim disebabkan oleh bahan bakar fosil dari aktivitas manusia? (https://350.org/press-release/divestment-commitments-pass-the-3-4-trillion-mark-at-cop21/)

Untuk kepentingan ini, maka Oil and Gas Climate Initiative (OGCI) akhirnya dibentuk pada 2014 silam, dalam rangka peralihan energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Jadi ke depannya, energi berbahan bakar fosil akan dihentikan produksinya secara global. (https://www.eni.com/assets/documents/OGCI-Progress-Report-2020.pdf)

Dengan kata lain, Ndoro besar bukan mau menggali kuburannya sendiri, melainkan akan membentuk tatanan dunia baru, dimana bahan bakar fosil tidak lagi digunakan sebagai penyokongnya, tapi hal lainnya.

Nggak aneh kalo mereka melakukan upaya divestasi energi secara besar-besaran, demi mewujudkan rencana induknya tersebut.

Apa yang bisa disimpulkan?

Bahwa upaya peralihan energi dibutuhkan untuk membentuk tata dunia baru. Dengan peralihan ini, menjadi tidak relevan jika ‘keuntungan’ hanya menjadi tolok ukur yang hendak mereka capai, melainkan ada tujuan yang lebih besar lagi.

Apa itu?

Agenda depopulasi dan kontrol atas manusia.

Jadi sang Ndoro besar nggak semata-mata peduli tentang minyak dan keuntungan yang didapat darinya, tapi lebih jauh lagi tentang depopulasi dan kontrol atas manusia. Inilah yang akan mereka kejar sedari awal.

Dan setelah satu abad keuntungan finansial yang mereka dapat dari bisnis minyak, kini mereka-lah yang paling siap kelak tatanan dunia baru yang konon akan bebas karbon tersebut,

Saat ini mereka tengah berkonsolidasi dibalik plandemi Kopit, guna mematangkan rencana besar yang mereka sudah siapkan. Jika ini terbentuk, maka setiap aspek kehidupan manusia mulai dari energi, uang hingga gen yang mereka miliki, akan dapat diatur dan dikendalikan lewat teknologi.

Disinilah The Fourth Industrial Revolution menemukan pembenarannya, karena perangkat teknologi digital berbasis AI tersebut akan dipakai sebagai perangkat pengendalian bagi mereka. (baca disini)

Sampai disini, semoga anda paham apa yang telah saya jabarkan.

Pertanyaan selanjutnya: siapa sebenarnya kartel sang Ndoro besar ini? Mengapa mereka sangat berniat untuk menggelar agenda depopulasi dan kontrol atas manusia?

Pada bagian kedua nanti, saya akan mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!