Saat Agenda Terus Melaju


519

Saat Agenda Terus Melaju

Oleh: Ndaru Anugerah – 06122023

Dubai, Desember 2023.

Apa yang terjadi disana?

Konferensi Perubahan Iklim Global atau yang biasa dikenal sebagai COP (Conference of the Parties). Tahun ini merupakan hajatan yang ke-28, dan berlangsung pada 1-2 Desember silam. (https://www.rnz.co.nz/news/world/503729/what-is-cop28-in-dubai-and-why-is-it-important)

Memang apa pentingnya menggelar pertemuan tersebut?

Bisa kita tilik pada laman resmi milik COP28. “176 pemimpin dunia berkumpul untuk menghadiri KTT Aksi Iklim Dunia, yang menandakan era baru aksi iklim menuju tahun 2030,” begitu kurleb-nya. (https://www.cop28.com/en/)

Kalo di parafrase-kan, maka mayoritas pemimpin dunia sengaja berkumpul di Dubai, untuk berkumpul dan bersepakat mencapai target SDG yang dicanangkan PBB di tahun 2030 mendatang.

Jadi, Sustainable Development Goals (SDG) 2030 yang dijadikan target pertemuan itu.

Silakan anda baca ulasan saya tentang SDG 2030, bagi anda yang kurang paham. (baca disini, disini, disini dan disini)

Nah, untuk mencapai target besar sang Ndoro di 2030 mendatang, perlu rencana-rencana antara yang sebenarnya merupakan ‘proses cicilan KPR’ agar rumah itu bisa dimiliki secara sah.

KTT bertajuk COP28 adalah cicilan tersebut, yang sudah pasti bertujuan melunasi rumah yang akan dimiliki di masa depan.

Lantas apa saja cicilan yang dihasilkan pada COP28 kali ini?

Salah satunya adalah pertanian berkelanjutan, sistem pangan berketahanan dan aksi iklim yang target utamanya adalah menciptakan pangan berkelanjutan yang ramah lingkungan. (https://www.bbc.co.uk/news/science-environment-67594303)

Apa artinya itu?

Ini berarti, nggak boleh lagi ada nasi, sayur, daging dan produk susu untuk kita santap dalam waktu dekat, karena semua akan berganti ke produk pertanian yang serba transgenik.

Kalopun ada produk alami yang boleh kita santap, mungkin hanya serangga yang diperbolehkan, karena dinarasikan ramah lingkungan. (https://www.cop28.com/-/media/Project/COP28/PRs/PDF-Files/231201_Food-declaration_PRL-tracked-_Release.pdf?rev=629dfc8c639146b38ff34586a309a45e)

Tapi kan nggak mungkin juga hal ini diekspos secara vulgar, “Anda nggak boleh makan produk pertanian saat ini.” Nggak mungkin sang Ndoro bicara segamblang itu.

Semua pakai bahasa eufinisme yang akan membawa anda terbang ke Nirwana, “Dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, … kita beralih dari praktik emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi ke pendekatan produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan.”

Ya ujung-ujungnya pangan dan pertanian berkelanjutan juga.

Selain itu, dalam KTT tersebut juga dihasilkan kesepakatan mayoritas negara yang hadir tentang pentingnya menyediakan dana talangan akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. (https://theconversation.com/cop28-climate-summit-just-approved-a-loss-and-damage-fund-what-does-this-mean-218999)

Selaras dengan dana talangan tersebut, Bank Dunia juga mendukung rencana tersebut dengan cara memberikan jeda pembayaran utang bagi negara manapun yang terkena dampak perubahan iklim. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-12-04/world-bank-chief-hails-cop28-momentum-as-climate-pledges-mount)

Untuk apa lembaga Bretton Woods berbaik hati memberikan penundaan utang?

Tentu saja memperkuat narasi bahwa sebenarnya pemanasan global itu nyata.

Bukankah setiap penundaan utang juga berarti syarat-syarat baru yang harus dipenuhi bagi suatu negara jika ingin mendapatkannya? Masa iya kalo sudah diberi perpanjangan utang, nggak mendukung narasi pemanasan global dan membuahkan kebijakan yang ramah iklim?

Bahkan untuk mendapatkan tengat perpanjangan utang, William Ruto sebagai pemimpin Kenya menyatakan niatannya untuk beralih ke pembangkit listrik tenaga yang ramah lingkungan guna mewujudkan dekarbonisasi di wilayah Afrika. (https://www.msn.com/en-au/news/world/cop28-live-king-charles-says-humans-carrying-out-vast-frightening-experiment-as-he-addresses-summit/ar-AA1kPaQu)

Hasil kesepakatan KTT yang lain adalah janji bersama untuk mewujudkan energi terbarukan dan efisiensi energi global. Setidaknya 120 negara telah meneken kesepakatan ini. (https://energy.ec.europa.eu/news/cop28-eu-energy-days-focus-implementing-clean-energy-transition-after-launch-global-pledge-2023-12-04_en)

Lagi-lagi, rencana dekarbonisasi guna mewujudkan tatanan dunia baru yang jadi sasaran tembaknya.

Ada juga perjanjian yang diteken oleh 155 negara dan 50 perusahan minyak global, tentang Global Methane Pledge. Ngapain juga perusahaan minyak menelurkan kebijakan yang tidak ada untungnya buat mereka malahan bisa menikam balik eksistensi mereka? Sungguh membagongkan. (https://www.aljazeera.com/news/2023/12/2/at-cop28-oil-companies-pledge-to-lower-methane-emissions)

Lalu, ada juga deklarasi tentang iklim dan kesehatan yang telah ditanda tangani oleh 124 negara, termasuk China. (https://healthpolicy-watch.news/cop28-health-and-climate-declaration/)

Teknisnya, akan ada dana talangan sebesar USD 1 milyar yang digelontorkan oleh kartel sang Ndoro besar, yang bertujuan membentuk sinergi antara perubahan iklim dan kesehatan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas aliran keuangan.

Apa yang mau dituju?

Demi terwujudnya ‘inventarisasi global’ alias pemangku kepentingan (stakeholders) yang akan mengontrol capaian kolektif atas perubahan iklim global. (https://unfccc.int/topics/global-stocktake/about-the-global-stocktake/why-the-global-stocktake-is-important-for-climate-action-this-decade#Why-is-this-so-important)

Siapa itu pemangku kepentingan yang dimaksud?

Silakan anda baca ulasan saya tentang hal ini. (baca disini, disini, dan disini)

Jadi, mau itu NATO, Uni Eropa ataupun BRICS sekalipun, semuanya akan ada dalam satu atap yang bernama stakeholders capitalism.

Termasuk AS dan China yang kerap ‘bertikai’, Rusia dan Ukraina yang berkonflik tak kunjung henti, ataupun Israel yang kini menghantam warga Palestina di Jalur Gaza. (https://grist.org/cop28/despite-war-at-home-palestine-arrives-at-global-climate-conference/)

Lalu, kalo semua pihak bakal mendukung agenda bersama guna terwujudnya tatanan dunia baru dengan stakeholders capitalism-nya, ngapain juga anda secara brutal mendukung China, AS, Rusia, Ukraina, Israel ataupun Palestina?

Bukankah kita tahu bahwa narasi perubahan iklim sama saja dengan narasi Kopit yang nggak lain adalah kebohongan semata? Namun anehnya, kedua ‘pihak’ yang dinarasikan berbeda selama ini, toh nyatanya juga mendukung narasi tersebut.

Jika kemudian anda menjadi pendukung fanatik salah satu pihak, dimana nalar anda?

Bukankah SDG 2030 berbicara soal tata kelola global yang bersifat masif dan tentu saja mewujudkan kontrol sosial atas diri kita semua?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!