Senjakala Dollar?


511

Senjakala Dollar?

Oleh: Ndaru Anugerah

Apakah sanksi yang diberlakukan AS dan sekutunya kepada Rusia, bakal efektif?

Jauh-jauh hari sudah saya katakan, bahwa itu sama sekali nggak efektif. Malah kontra produktif. Alih-alih kasih sanksi, negara-negara Barat juga yang bakal menanggung akibatnya.

Lalu apa tujuan utama diberlakukannya sanksi?

Nggak lain sebagai jalan untuk menjalankan agenda The Great Reset. (baca disini)

Apa syaratnya agar TGR bisa dijalankan?

Pada prinsipnya, TGR adalah jalan pembuka bagi terwujudnya tatanan dunia baru.

Kalo tatanan dunia baru akan digunakan, satu-satunya klausul yang harus dijalankan adalah dengan menghancurkan tatanan dunia yang lawas. Mungkin nggak sih mau resetting, tapi yang lama tetap dipakai?

Singkatnya, tanpa proses ‘resetting’, jangan harap tatanan dunia baru bisa diwujudkan.

Apa yang menunjang tatanan dunia saat ini?

Tentu saja dollar. Hanya dengan dollar, segala jenis transaksi keuangan internasional (yang awalnya hanya transaksi perdagangan minyak) bisa dilakukan. (baca disini dan disini)

Dengan kata lain, kalo ingin mewujudkan tatanan dunia baru, maka eksistensi dollar harus diruntuhkan terlebih dahulu.

Lalu apa relevansi pemberlakuan sanksi pada Rusia terhadap keruntuhan dollar?

Mari kita lihat, bagaimana situasi di AS saat sanksi ekonomi diberlakukan, agar anda dapat gambaran yang lebih komprehensif.

Akibat sanksi pada Rusia, maka AS mengalami krisis bahan bakar. Wajar, mengingat Rusia adalah pengekspor bahan bakar minyak terbesar di dunia, selain Arab Saudi. (https://oilprice.com/Latest-Energy-News/World-News/Russia-Was-Worlds-Second-Largest-Oil-Producer-In-H1-2021.html)

Jika pada Mei 2020 silam, harga satu galon bensin di AS adalah USD 1,96 maka setahun kemudian harganya menjadi USD 3,08. Artinya dalam kurun waktu setahun selama plandemi, terjadi kenaikan lebih dari 50%.

Dengan diberlakukannya sanksi, maka harga bensin di AS kini, telah mencapai USD 4,47. Aliasnya, kenaikan harga bensin sejak Mei 2021, sudah mencapai lebih dari 50%. (https://www.foxbusiness.com/markets/national-average-gas-prices-new-record-high-445-per-gallon)

Itu baru dari harga bensin, karena dari harga pangan, kenaikannya juga spektakuler. Ini bisa terjadi karena baik Rusia dan juga Ukraina keduanya merupakan produsen bahan pangan dunia (khususnya biji-bijian). (https://www.cnbc.com/2022/04/21/from-food-to-inflation-the-russia-ukraine-war-has-a-global-impact.html)

Misalnya harga pangan yang berbasis biji-bijian, harganya terkatrol naik sekitar 41,3% sejak tahun lalu. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-10809743/Wholesale-prices-surge-11-April-food-costs-soar.html)

Situasi diperburuk dengan hadirnya wabah flu burung di AS, yang memberangus sekitar 10% populasi ayam di sana. Ini menyebabkan bahan pangan yang menggunakan olahan ayam, naik sekitar 24,1% dari tahun lalu. Bahkan harga telur ayam telah melonjak sekitar 161,3%.

Selain itu, harga sayur juga meningkat sekitar 45,7%, sementara harga buah-buahan segar juga ikutan naik sekitar 17,3%.

Dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok tersebut, maka otomatis akan mendongkrak angka inflasi. (https://www.cnbc.com/2022/04/12/how-much-grocery-prices-increased-as-inflation-reaches-41-year-high.html)

Di Inggris, Gubernur Bank of England bahkan mengingatkan akan tingginya angka inflasi yang akan berdampak pada kenaikan harga pangan global. Tentu saja, ujung-ujungnya kaum misqueen yang akan kena imbasnya. Mau beli pakai apa kalo harga pangan selangit? (https://www.theguardian.com/business/2022/may/16/apocalyptic-food-prices-will-be-disastrous-for-worlds-poor-says-bank-governor)

Kepala Program Pangan Dunia PBB, David Beasley juga menyatakan bahwa harga pangan yang melonjak tinggi berpotensi untuk memicu ketidakstabilan politik di banyak negara. (https://edition.cnn.com/2022/05/13/economy/inflation-food-unrest-un/index.html)

Situasi makin sempurna saat The Fed yang mendorong kenaikan suku bunga yang lebih tinggi lagi, guna mengekang angka inflasi yang sudah mencapai 8,5%. (https://www.cnbc.com/2022/05/04/fed-raises-rates-by-half-a-percentage-point-the-biggest-hike-in-two-decades-to-fight-inflation.html)

Tentang ini saya pernah ulas pada tahun lalu. (baca disini dan disini)

Akibatnya bisa ditebak. Harga rumah berikut cicilannya, akan melonjak tajam. Ini akan berpotensi memicu kredit macet.

Coba anda ingat-ingat, krisis ekonomi global di tahun 2008 silam, penyebabnya apa selain gagal bayar pada sektor properti? (baca disini dan disini)

Jika kondisi di dalam negeri AS dimana tingkat inflasi yang tidak terkontrol yang bisa menyebabkan nilai mata uangnya anjlok, gimana mungkin dollar akan terus dipakai sebagai alat pembayaran dalam bertransaksi? (https://www.knightsbridgefx.com/high-inflation-rate-effects-currency/)

Kalo dirangkum, maka nilai dollar akan impoten permanen pada beberapa bulan ke depan. Ini memang skenario-nya. Dan jika sudah nggak mampu untuk digunakan, lantas apa solusinya?

Tentu saja sang Ndoro besar telah mempersiapkan hal itu dengan matang. (baca disini dan disini)

Dengan kata lain, sanksi kepada Rusia hanya membuka jalan bagi proses resetting yang telah dibuat cetak birunya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


4 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Kalau ini bagian dr TGR, trus gimana prospek rubel yg katanya di backup emas,ditengah USD yg dilemahkan . Apakah dunia kembali pake standart emas bang,mengingat rentannya pake fiat money

  2. CBDC bukannya dibentuk oleh negara sbg bentuk lain dr fiat money bang. Atau akan ada mata uang tunggal digital baru yg akan jd alat transksi didunia.

    1. Yg bentuk CDBC adalah jaringan bank sentral alias BIS, jd bukan negara2. Implikasinya mata uang digital bakal dijadikan alat transaksi perdagangan. Kendalanya ada 2 jika uang digital bakal dipakai:
      1. Eksistensi dollar hrs diruntuhkan.
      2. Ujicoba penggunaan uang digital (UBI) msh butuh waktu.

      In the meantime, just enjoy the show.

error: Content is protected !!