Bayang Sejarah
Oleh: Ndaru Anugerah – 24102023
“Bang, bukankah sosialisme adalah sesuatu yang baik ketimbang kapitalisme?” tanya seseorang kepada saya.
Saya jadi teringat pada puluhan tahun silam saat saya masih berkuliah. Selaku aktivis kampus, mendapat bahan nutrisi untuk otak saya yang kala itu masih terbelakang, adalah hal yang sangat saya dambakan.
Yang dimaksud dengan nutrisi bagi otak adalah ‘bahan bacaan’ yang kala itu terbilang susah didapat karena dilarang oleh rezim Orba. Bagi kebanyakan orang saat itu, itu adalah hal yang ngeri-ngeri sedap untuk dilakukan, karena salah-salah anda bisa dicap subversif oleh aparat pemerintah.
Mending kalo sekedar masuk buih. Nah kalo tetiba ada oknum yang menjemput paksa anda di jalanan selepas berkuliah yang membuat anda ‘hilang selamanya’, siapa bisa menduga?
Dari sekian banyak bahan bacaan yang masih melekat di kepala saya adalah buku novel karya George Orwell yang diterbitkan pada 1945 silam. Novel tersebut berjudul Animal Farm. Ini saya kasih link pdf-nya jika anda membutuhkannya. (https://www.globalgreyebooks.com/animal-farm-ebook.html#downloads)
Secara singkat Animal Farm adalah satir yang meledek kepemimpinan Soviet dibawah rezim Stalin pasca revolusi Bolshevik yang terjadi di Rusia di tahun 1917, dengan menggunakan hewan ternak sebagai bahan sindirannya.
Diceritakan ada seorang bernama Tuan Jones yang hobi menyiksa hewan ternaknya di Manor Farm. Bisa dikatakan semua hewan ternak hidupnya menjadi tertekan dibawah bayang-bayang Tuan Jones yang bengis.
Tak tahan pada situasi ini, seorang babi hutan yang bernama Mayor Tua akhirnya mengajarkan hewan ternak di sana untuk berontak dalam ajaran laten yang diberi nama Animalisme.
Secara mendasar ajaran tersebut mengajarkan prinsip kesetaraan hewan yang bisa bebas dari tekanan apapun, termasuk tekanan yang diberikan majikannya. Prinsip kebebasan yang ditonjolkan.
Seiring berjalannya waktu, benih revolusi yang ditabur Mayor Tua akhirnya membuahkan hasil pasca kematiannya. Kala itu para ternak yang dipimpin oleh Snowball dan Napoleon sang babi akhirnya berontak dan berhasil menggulingkan kepemimpinan Tuan Jones.
Setelah berhasil mengusir sang majikan, para hewan akhirnya mengganti nama peternakannya menjadi peternakan hewan, dengan aturan main baru yang bernama Tujuh Aturan Animalisme.
Pada awalnya, kehidupan harmonis terjadi di peternakan itu. Namun seiring berjalannya waktu, kelakuan Napolen akhirnya makin mirip dengan kelakuan tuannya dulu yang kerap memanipulasi para hewan ternak dan memimpin secara korup.
Napoleon juga akhirnya menendang kawan seperjuangannya, Snowball karena dinilai mengkhianati ‘aturan mulia’ yang berlaku di peternakan hewan.
Bukan itu saja, karena Tujuh Aturan yang awalnya melandasi kehidupan damai di sana, akhirnya diubah oleh sang babi, sesuai dengan seleranya. Dan jika ada hewan yang protes terhadap aturan baru, maka tuduhan subversif langsung dilontarkan sang babi.
Dan puncaknya, Napoleon akhirnya membentuk aliansi dengan manusia yang pernah mereka lawan dan dicap sebagai penindas.
Walhasil, seberapa keras hewan-hewan di peternakan bekerja, toh imbalan yang mereka dapatkan nggak sebanding dengan keringat yang mereka kucurkan. Ya karena ada aturan main dari Napoleon.
Singkat cerita, peternakan tersebut kembali ke posisi awal, dimana para babi (dengan Napoleon sebagai pemimpin) hidup dalam kemewahan, sementara hewan ternak lainnya tetap saja menjadi jongos mereka yang hidup serba berkekurangan.
Animal Farm secara gamblang mau cerita bahwa ide revolusi yang dihembuskan oleh kaum kiri sebagai sebuah mimpi indah untuk diimplementasikan, akhirnya jadi berantakan di bawah pemimpin yang salah.
“Nggak akan mungkin ide kesetaraan itu bisa terwujud,” ungkap Orwell.
Yang berlaku umum, saat seorang yang awalnya tertindas lantas diberikan kesempatan berkuasa, toh ujung-ujungnya sifat menindas akan dia terapkan juga.
“Power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely,” ungkap Lord Acton. Dan nggak ada seorang pun yang bisa menapik pernyataan tersebut hingga saat ini. Dimana ada syahwat, semua otomatis rusak. (https://history.hanover.edu/courses/excerpts/165acton.html)
Bahkan saat seorang yang awalnya bermuka ndeso sekalipun dan cenderung nggak neko-neko hidupnya, ujung-ujungnya akan menerapkan prinsip yang sama saat dirinya berkuasa.
Dan itu sudah terbukti, bukan?
Kenapa bisa demikian?
Karena memang demikian karakteristik postulat yang dikemukakan Lord Acton.
Kembali ke pertanyaan awal: apakah sosialisme mendatangkan kebaikan bagi umat manusia ketimbang kapitalisme?
Bagian ini saya nggak mau menjawabnya. Biarkan itu bagian anda.
Lantas, apa revelansinya saya menjawab pertanyaan di awal tulisan?
Agar anda paham, bahwa The Great Reset yang berujung pada terbentuknya tatanan dunia baru akan mengadopsi prinsip sosialisme yang mungkin oleh sebagian orang saat ini masih sangat mendambakannya. (baca disini, disini, disini, disini dan disini)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments