Efek Domino Dari China? (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada bagian pertama tulisan, saya sudah mengulas tentang depresi besar yang terjadi di tahun 1930-an, dipicu oleh gagalnya sistem perbankan yang ada di Austria. (baca disini)
Lalu apa kaitannya peristiwa tersebut dengan yang menimpa China saat ini?
Menurut Engdahl, penyebab depresi terletak pada sistem kredit perbankan yang dikembangkan oleh House of Morgan dan kartel keuangan WallStreet. Dengan berhutang, masyarakat dipicu untuk konsumtif dan ini menciptakan ilusi kemakmuran.
Nyatanya itu hanya gelembung hutang yang setiap saat bisa pecah jika penanganannya salah.
Dan itu terbukti pada depresi besar dan juga krisis global yang terjadi pasca ambruknya Lehman Brothers di tahun 2008. (baca disini)
Saat ini China mengalami pertumbuhan ekonomi secara pesat, terutama sejak krisis global di tahun 2008. Otoritas Beijing mencatat bahwa hutang rumah tangga pribadi di negara tersebut kini mencapat USD 504 milyar. Dan hutang sebanyak ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Untuk apa hutang sebanyak itu?
Kebanyakan untuk membeli rumah. Jadi keluarga berpenghasilan menengah bersedia meminjam di bank untuk mendapatkan rumah. Dan pemerintah Tiongkok membuka kran hutang tersebut bagi rakyatnya.
Apakah pemerintah Tiongkok nggak mengetahui gelembung hutang tersebut?
Nggak juga. Pada tahun 2016-2017, otoritas Beijing paham betul bahwa gelembung hutang spekulatif tersebut yang kemudian memicu naiknya harga rumah, dapat mengancam ekonomi nasional setiap saat.
Bahkan Bank Rakyat China dan regulator lainnya secara terbuka memperingatkan gelembung hutang tersebut, mengingat rakyat mulai berani berspekulasi untuk membeli rumah kedua guna mendapatkan keuntungan yang menggiurkan. (https://m.economictimes.com/news/international/business/china-central-bank-says-to-cap-property-loans-by-banks/articleshow/80046059.cms)
Ini nggak berlebihan, mengingat total utang termasuk hipotek dan pinjaman konsumen pada tahun 2020, telah mencapai 62% dari PDB.
Ini selaras dengan prediksi yang dikeluarkan Institute of International Finance (IIF) bahwa total utang dalam negeri China naik menjadi 335% dari PDB di tahun 2020. Luar biasa! (https://www.iif.com/Portals/0/Files/content/Research/Global%20Debt%20Monitor_July2020.pdf)
Kok hutangnya menjadi demikian besarnya? Gimana ceritanya?
Kisah dimulai saat pemerintah Beijing mengijinkan warganya untuk memiliki rumah sendiri, di tahun 1998. Dengan banyak dibangunnya apartemen dimana-mana, maka peluang untuk memiliki hunian langsung diambil oleh warga China tanpa basa-basi.
Hunian dipandang sebagai satu-satunya investasi yang aman karena kalo saham dan obligasi sifatnya lebih fluktuatif. Dan ini terbukti, karena sejak itu harga hunian di China terus meningkat secara signifikan.
Ini makin memicu persepsi masyarakat China bahwa harga hunian akan terus naik tanpa bisa berhenti.
Menurut keterangan resmi pemerintah China, harga rumah naik 16,8% dari tahun ke tahun. Biro Statistik Nasional China menyatakan bahwa nilai pasar real-estate China saat ini mencapai sekitar USD 65 trilyun, padahal PDB China hanya USD 14 trilyun di tahun 2019.
Dengan data ini berarti nilai harga hunian di China rata-rata 9,3 kali lipat pendapatan tahunan dan ini inflasi yang ngeri-ngeri sedap. (https://www.wsj.com/articles/china-property-real-estate-boom-covid-pandemic-bubble-11594908517)
Beijing kemudian mengeluarkan kebijakan ketat yang memaksa pemerintah untuk tidak memberi ‘makan’ gelembung real-estate. Selain itu, pemerintah juga meminta 1,4 milyar warganya untuk mengkonsumsi lebih banyak produk dalam negeri ketimbang produk ekspor guna mengantisipasi ledakan gelembung yang sewaktu-waktu bisa terjadi. (https://www.ft.com/content/4c866dc3-e3c4-41f8-99a8-d256e7923bd1)
“Jadi dibanding beli hunian, ada baiknya digunakan untuk konsumsi produk lain buatan dalam negeri,” demikian kurleb pesan yang disampaikan oleh pemerintah Tiongkok.
Apakah efektif?
September 2020 lalu, Evergrande Group sebagai perusahaan real-estate paling bergengsi di China sudah mengalami krisis uang tunai dikarenakan beban utangnya yang berlebihan dan juga ekonomi global yang melambat akibat Kopit.
Guna mengatasi masalah ini, perusahaan banting setir dengan melakukan diversifikasi usaha dari mulai panel surya hingga susu formula.
Krisis Evergrande memang bisa terkendali saat ini, mengingat perusahaan menjual milyaran asetnya untuk mengurangi utang. (https://rhg.com/research/evergrande/)
Tapi ini tetap nggak bisa menanggulangi hutang real-estate yang harus ditanggung negara. Dan data ini disembunyikan oleh otoritas Tiongkok.
Memang berapa hutang yang harus ditanggung akibat mandeknya sektor real-estate?
Menurut Lembaga Keuangan dan Pembangunan Nasional China, angkanya sekitar USD 2,3 trilyun. Namun kalo merujuk Standard & Poor’s, angkanya mencapai USD 4,2 – 6,1 trilyun. (https://www.scmp.com/economy/china-economy/article/3084979/china-debt-how-big-it-who-owns-it-and-what-next)
Pernyataan yang dikeluarkan Liu Guiping selaku wakil gubernur Bank Rakyat China (16/3) seakan menegaskan hal itu, “Kita harus menghindari risiko keuangan yang bersifat sistemik.” (https://finance.yahoo.com/news/china-crusade-against-risk-tormenting-200000105.html)
Artinya bahaya itu sungguh nyata, dan bukan kaleng-kaleng.
Hutang domestik China yang mencapai 20% tiap tahunnya sejak 2008, jauh lebih cepat ketimbang PDB-nya. Jadi kalo mau dikonversi, maka hutang real-estate di tahun 2020 mencapai USD 9,7 trilyun yang setara dengan 62% dari PDB China. (https:/www.scmp.com/economy/china-economy/article/3125516/chinas-property-market-abuzz-authorities-walk-tightrope)
Belum lagi kalo melihat angka obligasi yang jatuh tempo pada 2021 ini, yang mencapai USD 1,1 trilyun. Dan ini memberatkan bank-bank besar yang ada di negara tersebut dalam menutup kekurangan itu.
Jika ini tidak diatasi, maka akan mendorong suku bunga obligasi yang jauh lebih tinggi. Bukan nggak mungkin memicu gelombang kebangkrutan lokal terutama pada sektor real-estate.
Untuk mengatasi ini, maka Bank Rakyat China dipaksa untuk memompa likuiditasnya guna menyelamatkan bank-bank besar di negara tersebut. Namun masalahnya, hutangnya demikian besar. Jadi yang paling logis untuk dilakukan adalah menjual aset dollar China di luar negeri, termasuk USD 1,04 trilyun utang Treasury AS serta obligasi Euro.
Kartel WallStreet memang telah berjanji untuk membantu pemulihan ekonomi di China. Namun masalahnya, pasar obligasi di AS juga tengah diujung tanduk saat ini. Belum lagi tambahan utang stimulus Biden yang mencapai USD 1,9 trilyun. Apakah relevan janjinya? (https://www.globaltimes.cn/page/202102/1215320.shtml)
Kondisi diperburuk dengan hutang global yang makin nggak terkendali. Di Januari 2021 saja, utang global telah mencapai USD 281 trilyun dipicu karena lockdown dan kebijakan turunannya. Dan ini masih akan terus berlanjut. (https://www.reuters.com/article/us-global-debt-iif-idUSKBN2AH285)
Dengan kata lain, hanya butuh pemicu kecil di China sana, guna mengulangi depresi besar secara global seperti yang terjadi di tahun 1931.
Dan kalo ini terjadi, sang Ndoro besar tinggal bilang, “Tuh kan, China yang membuat semua depresi besar terjadi lagi.”
Ajaibnya ini selaras dengan rencana The Great Reset. (baca disini, disini dan disini)
Apa hanya kebetulan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
4 commentsOn Efek Domino Dari China? (*Bagian 2)
apakah depresi besar ini jika terulang akan berdampak juga di negeri wakanda ini min? dalam waktu dekat kah? trus apa yg harus kita persiapkan untuk menghadapi ini min kedepannya. trims
Peran ini pemerintah wakanda yg hrsnya ambil peran dan bukan warga. Kemungkinan terjadi sangat2 besar.
Di 2008 jg dunia resesi global, tp kan kita ga terlalu terkena dampak langsung krn semua kran ekonomi di buka. Ada UMKM dan pariwisata yg menunjang shg ekonomi msh bs jalan.
Nah skrg?
Kalau Sinovac tdk berhasil lolos sertifikasi WHO… bisa jadi ini pemicunya.
anda harus kenal dulu apa itu Sinovac, baru bisa jawab pertanyaan itu.
Mobile Sliding Menu
Dilema Anies dan Ganjar
Dilema Anies dan Ganjar Oleh: Ndaru Anugerah Tok-tok-toh. Sah sudah. Revisi UU Pemilu resmi dikeluarkan dari Prolegnas oleh DPR. Dengan demikian isu
Read More...Riak di Yordania
Riak di Yordania Oleh: Ndaru Anugerah Terjadi penangkapan beberapa orang terkemuka di Yordania, termasuk mantan Putra Mahkota Hamzah yang kemudian dikenai
Read More...Bersiap Untuk Pandemi Selanjutnya?
Bersiap Untuk Pandemi Selanjutnya? Oleh: Ndaru Anugerah “Apakah seusai pandemi Kopit, nggak akan lagi ada pandemi susulan?” Di tahun 2017, Pusat Keamanan
Read More...Teroris Mozambik
Teroris Mozambik Oleh: Ndaru Anugerah Apakah GWOT sudah ditekan tombol ‘ON’-nya oleh AS? Jawabannya, iya. Dan itu di mulai di Mozambik yang
Read More...Aktivasi Sudah Dimulai
Aktivasi Sudah Dimulai Oleh: Ndaru Anugerah Bagaimana caranya agar GWOT a.k.a OCO dapat diaktivasi kembali? Dengan cara menggelar aksi teror yang dijalankan
Read More...Sekedar Cari Celah
Sekedar Cari Celah Oleh: Ndaru Anugerah Buntut dari dikeluarkannya kebijakan abrakadabra oleh Facebook Group kepada para pengguna WhatsApp yang berkaitan dengan
Read More...Lo Gue End
Lo Gue End Oleh: Ndaru Anugerah Buntut kerusuhan yang dilakukan pendukung fanatik Trump yang menyasar Capitol Building pada Rabu kemarin (6/1),
Read More...Spekulasi Jack Ma
Spekulasi Jack Ma Oleh: Ndaru Anugerah Miliarder China, Jack Ma nggak tampil di depan umum dalam beberapa minggu terakhir. Spekulasi ‘hilangnya’
Read More...Kebijakan Gula-Gula
Kebijakan Gula-Gula Oleh: Ndaru Anugerah Saat asyik-asyiknya liburan akhir tahun bersama keluarga, tiba-tiba saya dapat pesan Whatsapp. Padahal saya berniat untuk
Read More...Kalo Halu Jangan Keterlaluan
Kalo Halu Jangan Keterlaluan Oleh: Ndaru Anugerah Perang melawan ormas RS masih berlangsung. Setelah diburu aparat lantaran melakukan aksi kerumunan di markasnya
Read More...Antara 4IR dan Kopit
Antara 4IR dan Kopit Oleh: Ndaru Anugerah Sejak Maret 2020, tiba-tiba kehidupan berubah 180 derajat. Kemana-mana wajib pakai masker. Jarak antar manusia
Read More...Efek Domino Dari China? (*Bagian 2)
Efek Domino Dari China? (*Bagian 2) Oleh: Ndaru Anugerah Pada bagian pertama tulisan, saya sudah mengulas tentang depresi besar yang terjadi
Read More...Efek Domino Dari China? (*Bagian 1)
Efek Domino Dari China? (*Bagian 1) Oleh: Ndaru Anugerah Apa yang menyebabkan The Great Depression di tahun 1930-an? Sebagian besar orang mengira
Read More...Bagaimana Pengalihan Energi Dilakukan?
Bagaimana Pengalihan Energi Dilakukan? Oleh: Ndaru Anugerah “Bang, gimana mungkin peralihan energi bisa dilakukan dari bahan bakar hidrokarbon menjadi zero carbon,
Read More...Do Svidaniya Bill
Do Svidaniya Bill Oleh: Ndaru Anugerah Rusia buat kebijakan baru tentang program nuklirnya. Apa itu? Pejabat di Moskow menyatakan bahwa mereka akan
Read More...Klub Ndoro Besar (*Bagian 1)
Klub Ndoro Besar (*Bagian 1) “Memang Klub Bilderberg itu apa?” tanya seorang netizen kepada saya. Bildeberg merupakan grup yang dibentuk pada
Read More...Melabrak Kartel Ndoro Besar (*Bagian 1)
Melabrak Kartel Ndoro Besar (*Bagian 1) Oleh: Ndaru Anugerah “Bang, apa karena nggak sejalan dengan kebijakan Kopit sang Ndoro besar, maka
Read More...Aset Yang Berharga
Aset Yang Berharga Oleh: Ndaru Anugerah Menhan AS James Mattis pada Mei 2017 mengatakan kepada publik tentang komitmen negaranya memerangi teroris
Read More...Benci Pada Dirinya Sendiri
Benci Pada Dirinya Sendiri Oleh: Ndaru Anugerah “Pokoknya yang namanya Yahudi sudah pasti Zionis. Begitupun sebaliknya!” ungkap seorang dalam sebuah forum
Read More...Tragedi Fukushima
Tragedi Fukushima Oleh: Ndaru Anugerah Satu dekade yang lalu, bencana di reaktor nuklir Fukushima, Jepang terjadi, yang mengakibatkan 16 ribu kematian,
Read More...Proyek Memblokir Matahari (*Bagian 2)
Proyek Memblokir Matahari (*Bagian 2) Oleh: Ndaru Anugerah Pada bagian pertama tulisan, saya sudah mengulas tentang upaya yang dilakukan BG dalam
Read More...Mengubah Kode Genetik? (*Bagian 1)
Mengubah Kode Genetik? (*Bagian 1) Oleh: Ndaru Anugerah Secara fungsional, virus nggak memiliki nyawa sendiri. Untuk bisa hidup, mereka harus tumbuh
Read More...Proyek Memblokir Matahari (*Bagian 1)
Proyek Memblokir Matahari (*Bagian 1) Oleh: Ndaru Anugerah Apa penyebab utama pemanasan global? Kalo ditanya sang Ndoro besar, sudah pasti jawabannya karena
Read More...Resistensi Antibiotik
Resistensi Antibiotik Oleh: Ndaru Anugerah Ada bahaya yang lebih mematikan ketimbang Kopit. Apa itu? Baru-baru ini, WHO memperingatkan bahwa resistensi antimikroba alias
Read More...Melabrak Kartel Ndoro Besar (*Bagian 2)
Melabrak Kartel Ndoro Besar (*Bagian 2) Oleh: Ndaru Anugerah Pada bagian pertama tulisan saya telah mengulas tentang sosok pemberani John Magifuli
Read More...