Di Ambang Kebangkrutan
Oleh: Ndaru Anugerah
Benarkah Turki diambang kebangkrutan?
Lihat saja dengan nasib nilai mata uangnga (lira) yang makin mlorot dari hari ke hari yang mengakibatkan lesunya perekonomian di Turki. (https://balkaninsight.com/2021/01/05/turkeys-slow-motion-economic-crisis/)
Kondisi ini diperparah dengan jatuhnya sektor pariwisata yang menjadi andalan penyumbang devisa utama bagi negara tersebut. (http://www.eiu.com/industry/article/289486412/turkeys-tourism-sector-braces-for-lost-year/2020-05-01)
Dengan kondisi seperti ini, maka pemerintah Turki melakukan upaya penghematan besar-besaran agar kondisi bangkrut yang telah di-sounding oleh banyak ekonom, bisa dihindari.
Dan salah satunya adalah dengan membatasi dukungan bagi tentara bayaran dan kaum jihadis yang ‘bekerja’ di Suriah Utara. Caranya apalagi selain memotong gaji buat mereka, setidaknya sudah dua bulan terakhir dilakukan. (https://www.enabbaladi.net/archives/471012)
Tentang kondisi di Turki saat ini, pernah saya ulas tahun lalu. Dan prediksi saya kembali terbukti, bukan? (baca disini)
Ini lumayan kacau.
Padahal pejabat intelijen Turki sudah janji bakalan kasih bonus buat faksi-faksi bersenjata di Suriah Utara, jika berhasil menguasai Tal Abyad, yang ada di wilayah Raqqa. Namun, janji tinggal janji, meskipun Tal Abyad sempat mereka kuasai.
Jelas aja ingkar janji, lha wong duitnya nggak ada.
Mungkin karena melihat masa depan yang suram di Suriah, Turki memindahkan pasukan jihadis-nya ke Libya dan juga Azerbaijan. (https://www.nytimes.com/2020/10/01/world/middleeast/turkey-azerbaijan-armenia-war.html)
Kasus yang sama dialami juga oleh Front Al-Nusra. Karena nggak menerima bayaran lagi dari pemerintah Turki, terpaksa mereka menaikkan harga jual BBM dan gas di wilayah yang dikuasainya di bagian utara Suriah. (https://www.syrcenter.com/en/sdc/8525)
“Kami terpaksa menaikkan harga karena nilai Lira yang terus menurun,” ungkap sumber di Al-Nusra. Dan ujung-ujungnya, warga sipil Suriah yang kena imbas dari kebijakan Al-Nusra tersebut karena dipaksa membeli BBM dan gas dari mereka. (https://www.dailyfx.com/usd-try)
Pertanyaannya: ini pasukan jihadis apa agen pertamini?
Pasukan bayaran Turki lainnya, semisal Front Levant alias Jabhat al-Shamiyah juga bernasib serupa.
Mereka bahkan terpaksa merampas dan menjarah mesin-mesin dan juga traktor dari orang-orang yang tinggal di kota Afrin, dan menjualnya pakai mata uang dollar kepada penadah di Azaz. (https://www.syrcenter.com/en/sdc/10699)
Jadi, proses kebangkrutan Turki berimbas pada pasukan jihadis dan tentara bayaran yang dibinanya selama ini di Suriah.
Dan saat ini mereka seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Mau berjuang, nggak ada yang kasih dana. Mau mundur, terus mau pergi kemana. Serba salah.
Akankah rencana Biden menghidupkan spirit mereka kembali?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments