Kok Jadi Ikutan?


509

Kok Jadi Ikutan?

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada Mei 2020, sebelum orang ramai-ramai membicarakan tentang vaksin Kopit, saya mungkin orang pertama di republik ini yang mengungkap tentang penggunaan vaksin jenis m-RNA dalam mengatasi Kopit, walaupun teknologi ini belum pernah ada sebelumnya. (baca disini)

Jadi tidak seperti vaksin tradisional yang menggunakan virus sebagai bahan dasarnya, maka vaksin m-RNA ini mengembangkan teknologi yang jauh lebih ‘canggih’ dan diklaim dapat mengatasi virus Kopit dengan cara mengubah tubuh manusia untuk memproduksi protein virus dalam melawan Kopit. (baca disini dan disini)

Mengapa saya berani katakan bahwa vaksin jenis m-RNA yang akan digunakan?

Karena plandemi ini hanyalah entry point menuju rencana besar terbentuknya tatanan dunia baru. Dan untuk dapat mengontrol manusia melalui 4IR, apa cara termudah yang bisa dilakukan selain ‘menanam’ alat pada tubuh manusia sebagai pemancarnya? (baca disini, disini dan disini)

Cara ‘menanam’ itu dilakukan bersamaan saat pelaksanaan suntik massal berlangsung, dan tentu saja vaksin tradisional (semisal Sinovac dan Sputnik) nggak bisa melakukan hal tersebut,

Itu sebab saya katakan bahwa vaksin tradisional ‘relatif’ aman untuk digunakan. Sekali lagi ‘relatif’ ya, karena pada dasarnya nggak ada vaksin yang 100% aman. (baca disini)

Awalnya saya mengamati China termasuk yang berminat mengatasi plandemi ini, mengingat mereka punya program besar BRI yang menjadi terkendala akibat banyaknya lockdown dimana-mana. Mereka jelas pihak yang dirugikan, dalam hal ini.

Tetapi hal menarik terjadi baru-baru ini.

Anda tahu Sinopharm?

Perusahaan farmasi China yang mengembangkan vaksin Kopit berbahan dasar virus, kini tengah mengerjakan vaksin m-RNA. Ini dilakukan untuk mengatasi varian virus baru yang diklaim kebal terhadap vaksin.

“Kami akan mengembangkan empat jenis vaksin, termasuk dua vaksin tidak aktif, satu jenis rekombinan dan satu jenis m-RNA guna mengatasi pandemi agar cepat berlalu,” demikian ungkap pejabat Sinopharm. (https://sputniknews.com/asia/202109061083811373-chinas-sinopharm-developing-mrna-covid-19-vaccine-against-new-variants—official/)

Jika vaksin berbahan virus yang tidak aktif hanya mampu bertahan 6 bulan setelah suntikan kedua dilakukan, maka vaksin jenis m-RNA diklaim akan mampu bertahan dengan durasi yang lebih lama pada tubuh seseorang. Itu asumsi yang dipakai.

Masalahnya, penggunaaan vaksin berjenis m-RNA, utamanya adalah untuk ‘menanam’ quantum dots pada tubuh manusia, dimana vaksin tradisional tidak bisa melakukannya. Jadi ada tujuan kontrol dibalik rencana suntik massal tersebut. (baca disini)

Kalo selama ini China ‘berseberangan’ dengan kartel Ndoro besar, ngapain juga mereka kini mendukung rencana induk sang Ndoro dengan mengembangkan vaksin berjenis m-RNA?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!