Mengubah Kode Genetik? (*Bagian 1)


527

Mengubah Kode Genetik? (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Secara fungsional, virus nggak memiliki nyawa sendiri. Untuk bisa hidup, mereka harus tumbuh pada sel inang, misalnya sel yang ada di tubuh anda. Inilah ynag dinamakan infeksi virus.

Untuk bisa menginfeksi anda, virus punya kemampuan untuk mengenali reseptor yang ada dipermukaan sel anda. Dengan kemampuannya yang cerdas tersebut, virus mampu menempel pada reseptor dan ‘memasukkan’ DNA atau RNA yang dimilikinya ke dalam sel anda.

Dan begitu masuk, DNA atau RNA virus kromosom tersebut langsung menggandakan diri untuk menghasilkan ribuan salinan template-nya, serta menginfeksi ribuan sel mahkluk hidup yang menjadi inangnya. Proses ini terjadi dengan sangat cepat.

Kalo virus DNA, mereka direplikasi dalam sel kita melalui enzim DNA polimerase.

Nah kalo virus RNA? Mereka direplikasi dengan enzim yang disebut reverse transcriptase. Jadi kromosom RNA yang mereka miliki akan diubah menjadi DNA dengan bantuan enzim tersebut. (https://www.britannica.com/science/reverse-transcriptase)

Begitupun dengan vaksin DNA/RNA.

Pertanyaan sederhana, bisakah vaksin berbasis DNA mengubah sel manusia menjadi sesuatu yang berbeda secara genetik?

Menurut Dr. Ken Biegeleisen M.D. selaku virolog kondang asal AS dari Universitas New York, jika jawaban atas pertanyaan tersebut ‘ya’, maka artinya proses transformasi akan diteruskan kepada setiap keturunannya, dan itu nggak bisa kembali normal alias permanen selamanya.

Ini layak ditanyakan, mengingat jenis virus tertentu dapat mengubah jenis sel normal menjadi sel kanker ganas, yang akan dengan cepat membunuh makhluk hidup yang dihinggapinya.

Dr. Biegeleisen M.D. mengatakan bahwa proses ini bermula dari integrasi DNA virus ke dalam kromosom sel inang. Begitu virus tinggal dalam disana, mereka akan menguasai metabolisme sel sehingga sel kehilangan kontrol atas diri mereka sendiri.

Apakah proses integrasi tersebut berkaitan dengan transformasi kanker?

Dr. Biegeleisen M.D. cari tahu jawabannya dengan mempelajari infeksi sel mamalia oleh virus herpes. Akhirnya mereka melaporkan hasil penelitiannya ke dalam jurnal virologi terkemuka.

Pertama yang diterbitkan di tahun 1976. (https://doi.org/10.1016/0042-6822%2876%2990211-7)

Kedua yang diterbitkan di tahun 1977. (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0042682277902276)

Dan yang ketiga diterbitkan di tahun 1979 dengan obyek penelitian yang sama. (http://dx.doi.org/10.1099/0022-1317-44-3-657)

Pada makalah pertama membuktikan bahwa gen virus herpes terintegrasi dalam kromosom sel inang, tetapi belum bisa menjawab tentang sifat fisik-kimiawi dari hubungan antara virus dan DNA inang. Pertanyaan tersebut kemudian dijawab pada makalah ketiga, yang artinya ada hubungan antara integrasi DNA virus ke dalam kromosom inang.

Penelitian serupa juga dihasilkan oleh Dr. Munyon dan rekannya saat meneliti tentang enzim timidin kinase pada virus herpes. (https://europepmc.org/article/pmc/356201)

Secara singkat Dr, Munyon menyimpukan bahwa sel inang yang telah terinfeksi virus, kemudian didapati memiliki enzim tersebut dalam dirinya (yang diperoleh dari virus).

Meskipun pada awalnya, virus herpes tersebut ‘diradiasi’ sehingga nggak mempunyai kemampuan berkembang biak dan membunuh sel inang, nyatanya kemampuan tersebut nggak otomatis hilang. Bahkan 8 bulan kemudian, keturunan sel inang yang sama masih memproduksi enzim timidin kinase.

Dengan temuan tersebut, kalo perusahaan farmasi bilang bahwa vaksin DNA yang mereka produksi dapat menyebabkan sel manusia yang disuntik untuk memproduksi protein lonjakan sementara alias ‘tidak secara permanen’, anda percaya akan hal itu? (https://childrenshealthdefense.org/defender/moderna-pfizer-vaccines-blood-clots-inflammation-brain-heart/)

Perlu anda tahu, bahwa vaksin Johnson & Johnson menggunakan virus adenovirus yang telah direkayasa secara genetik. Dan menurut klaim mereka, vaksin tersebut akan membawa gen protein Corona lonjakan yang bersifat sementara. (https://childrenshealthdefense.org/defender/johnson-johnson-test-covid-vaccines-newborns/)

Mari kita lihat penelitian yang melibatkan DNA adenovirus yang telah dimodifikasi secara genetik. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dr. Schick dan rekannya. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1063388)

Perlu anda ketahui bahwa selain dituding sebagai penyebab penyakit flu, adenovirus juga dapat menyebabkan penyakit serius pada inang, misalnya kanker.

Penelitian tersebut menyatakan bahwa dalam infeksi produktif dimana adenovirus seharusnya hanya mereplika dan menghancurkan sel, ada juga integrasi gen virus ke dalam sel inang. Jadi nantinya, sel inang yang terinfeksi kelak akan menghasilkan sel baru dengan kode genetik yang sama sekali berbeda karena adanya proses integrasi tersebut.

Terjawab sudah pertanyaan di atas. Sekali lagi yang kasih jawaban bukan saya, tapi Dr. Ken Biegeleisen M.D.

Dengan temuan ini, mengapa Johnson & Johnson ngotot kalo vaksin yang mereka produksi, aman?

Kemungkinan jawabannya:

Pertama ilmuwan mereka nggak tahu sejarah dalam bidang tersebut sehingga mereka kemudian mengulang sejarah yang sama. Kedua mereka tahu informasi tersebut, tapi tutup mata karena keuntungan yang bisa mereka dapatkan. Dan ketiga mereka sudah punya payung hukum sehingga dengan pede-nya bilang bahwa vaksinnya ‘aman’.

Bagaimana dengan vaksin RNA yang dikembangkan Moderna dan Pfizer menurut Dr. Ken Biegeleisen M.D.?

Pada bagian kedua saya akan membahasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!