Apa Tujuan Utamanya?


513

Apa Tujuan Utamanya?

Oleh: Ndaru Anugerah

Kita sama sekali nggak butuh vaksin untuk menghentikan pandemi, karena vaksin yang belum teruji jika dipakai pada manusia justru akan berakibat fatal,” begitu kurleb ungkap Dr. Mike Yeadon, selaku mantan wakil presiden Pfizer dan Kepala Ilmuwan untuj Penyakit Alergi dan Pernafasan. (https://www.lifesitenews.com/news/former-pfizer-vp-no-need-for-vaccines-the-pandemic-is-effectively-over)

Pertanyaannya: memang tujuan vaksinasi untuk menghentikan pandemi? Berkaca pada pengalaman sejarah, justru malah sebaliknya. (baca disini, dan disini)

Masih ingat tentang vaksinasi tetanus di Kenya? (baca disini)

Alih-alih ingin menuntaskan tetanus, tahunya malah ada agenda depopulasi alias mengurangi jumlah penduduk. Ini bisa terjadi dengan hadirnya sub unit Beta HCG pada vaksin tersebut.

Saat beta-HCG dikombinasikan dengan vaksin tetanus, maka tubuh akan mengembangkan antibodi terhadap tetanus dan HCG. Akibatnya sungguh fatal karena HCG alami dihancurkan sehingga jadi nggak bisa membuahi sel telur pada wanita dan berakibat tidak subur permanen.

Itu sebabnya target vaksinasi tetanus di Kenya hanya menarget wanita berusia 14-49 tahun yang umumnya masih produktif, dan bukan laki-laki. Padahal kalo bicara kerentanan, kedua jenis kelamin harusnya punya tingkat infeksi yang sama, bukan? (https://www.researchgate.net/publication/341232493_PERCEPTIONS_OF_CATHOLIC_CHURCH_ON_TETANUS_VACCINE_TO_WOMEN_IN_KENYA)

Ya jelas aja, karena memang bukan mengentaskan tetanus tujuan utama vaksinasi, melainkan program pengurangan jumlah penduduk (depopulasi). Dan ini sengaja dijalankan di Afrika, karena disana minim pemberitaan. Coba dilakukan di AS atau di Eropa, apa nggak berabe?

Tujuan depopulasi oleh Ndoro besar, bukan isapan jempol.

Ilmuwan Bloomberg pada 2019 silam pernah ngomong, “Bumi ini terlalu penuh oleh manusia. Dengan kata lain, kita membutuhkan lebih sedikit orang yang harus dikurangi secara bertahap agar darurat iklim bisa diatasi.” (https://www.bloombergquint.com/business/scientists-call-for-population-control-in-mass-climate-alarm)

Ilmuwan dunia lainnya juga bicara yang kurleb sama, “Populasi manusia yang masih meningkat 80 juta per tahun atau lebih dari 200 ribu perhari, harus distabilkan dan idealnya dikurangi secara bertahap.” (https://academic.oup.com/bioscience/article/70/1/8/5610806)

Jadi ada benang merah yang sama: depopulasi.

Tentang ini saya pernah bahas beberapa bulan yang lalu. (baca disini dan disini)

Lalu bagaimana dengan vaksin bagi pandemi Kopit?

Anda perlu tahu teknologi apa yang dipakai dalam vaksin Kopit tersebut. Tepat sekali. Salah satu vaksin yang akan dipakai nantinya adalah vaksin jenis baru alias m-RNA vaccine. (baca disini)

Asal anda tahu, pada vaksin berjenis m-RNA terdapat nano-partikel yang mengandung bahan kimia yang disebut polietilen glikol alias PEG. (https://www.mdpi.com/1422-0067/21/18/6582/pdf)

Apa efek penggunaan PEG pada vaksin tersebut?

Moderna mencatat, “PEG atau lipid nano-particle dapat menyebabkan reaksi imun, reaksi opsonasi hingga reaksi antibodi.” (https://www.sec.gov/Archives/edgar/data/1682852/000119312518323562/d577473ds1.htm)

Lantas kenapa ngotot memakai vaksin m-RNA yang dikembangkan dalam waktu hanya 8 bulan?

Padahal butuh waktu sekitar 15-20 tahun dalam pengembangan vaksin m-RNA sebelum bisa dipakai dengan aman. (https://www.nbcnews.com/health/health-news/u-k-becomes-first-country-approve-pfizer-biontech-covid-19-n1249651)

Karena ada sisipan program depopulasi dalam acara bertema vaksinasi global tersebut. Jadi, bukan keamanan atau akhir pandemi yang hendak disasar, tapi akhir hidup anda sekalian. (https://childrenshealthdefense.org/news/components-of-mrna-technology-could-lead-to-significant-adverse-events-in-one-or-more-of-our-clinical-trials-says-moderna/)

Bagi anda ‘selamat’ karena divaksin Kopit berjenis m-RNA, jangan senang dulu.

Kenapa?

Karena akan ada juga program kontrol atas warga dunia lewat penanaman chip pada tubuh manusia bersamaan dengan disuntikkannya vaksin si Kopit. Dan hanya vaksin berjenis m-RNA yang bisa ‘kasih’ jalan atas program implant tersebut. (baca disini dan disini)

Singkat cerita, sudah dapat banyak untung dari jualan vaksin, banyak nyawa dipertaruhkan eh masih dapat bonus berupa kontrol atas hidup anda-anda sekalian.

Kurang apa lagi Kak Emma?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!