Sejarah Selalu Berulang


516

Sejarah Selalu Berulang

Oleh: Ndaru Anugerah

Menjelang tahun 2009, WHO bekerjasama dengan GlaxoSmithKline (GSK) selaku produsen vaksin. Intinya: jika terjadi pandemi flu global, maka negara-negara di Eropa dan Afrika bakalan memakai vaksin yang kelak akan diproduksi GSK. (https://www.who.int/influenza_vaccines_plan/resources/h1n1_deployment_report.pdf)

Ajaibnya, pada 11 Juni 2009, Dirjen WHO saat itu, Margaret Chan menyatakan status pandemi flu babi H1N1 secara global. Akibatnya, perjanjian dengan GSK otomatis diaktivasi dan GSK kebanjiran order. (https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/2009-pandemic-timeline.html)

Apa dasar Chan menetapkan status pandemi? Berdasarkan definisi resmi WHO tentang pandemi yang diperbarui ‘sebulan’ sebelum pandemi flu babi terjadi. (https://www.bmj.com/content/bmj/340/7759/Feature.full.pdf)

Jadi berdasarkan definisi baru tersebut suatu pandemi diukur berdasarkan penyebaran infeksi secara geografis, bukan jumlah orang yang terinfeksi. Padahal saat itu hanya ada 144 orang di seluruh dunia yang meninggal akibat infeksi virus flu babi. (https://www.who.int/csr/don/2009_06_11/en)

Atas definisi abrakadabra tersebut, Dr. Wolfgang Wodarg selaku perwakilan Majelis Parlemen Dewan Komite Kesehatan Eropa bertanya-tanya, “Biasanya WHO pakai standar pandemi berdasarkan tingkat kematian dan morbiditas yang tinggi. Lha ini kok nggak?” (https://www.sciencemag.org/news/2010/01/facing-inquiry-who-strikes-back-fake-pandemic-swine-flu-criticism)

WHO berkilah, bahwa penentuan status pandemi baru dibuat berdasarkan hasil konsultasi dengan 160 ilmuwan Komite Peraturan Kesehatan Internasional. Siapa saja mereka?

Walaupun dirahasiakan, berdasarkan penelitian yang dipublikasi di British Medical Journal di tahun 2010, terungkap bahwa mayoritas anggota Komite berkaitan secara finansial dengan GSK. (https://www.bmj.com/content/bmj/340/7759/Feature.full.pdf)

Ya jelas aja, status pandemi bisa diganti sesuai ‘pesanan’ si pendonor.

Akibatnya, kontrak vaksin dengan GSK menjadi kenyataan. Vaksin Pandemrix banyak didistrbusikan ke banyak negara didunia dengan nilai kontrak mencapai lebih dari USD 18 milyar. Fantastik, bukan? (https://archive.is/0dWrs)

Waktupun berjalan. Ternyata vaksin Pandemrix buatan GSK menyebabkan efek samping berupa kerusakan syaraf permanen pada orang yang memakainya, termasuk narkolepsi dan cataplexy. Setidaknya 1300 anak di seantero Eropa mengalaminya. (https://archive.hshsl.umaryland.edu/bitstream/handle/10713/8270/Doshi_Pandermrix2018.pdf)

Berdasarkan estimasi, angka yang dilaporkan hanya sekitar 10% saja dari angka proyeksi yang sebenarnya. Dengan kata lain, banyak yang kena dampak vaksin, namun pilih ‘tutup mulut’. (https://archive.hshsl.umaryland.edu/bitstream/handle/10713/8270/Doshi_Pandermrix2018.pdf)

Tentang ini, saya pernah bahas beberapa bulan yang lalu. (baca disini dan disini)

Kenapa vaksin Pandemrix bisa menyebabkan efek samping yang demikian merusak?

Banyak peneliti menyatakan karena adanya kandungan AS03 GSK yang ditambahkan pada vaksin, dengan tujuan merangsang respon kekebalan yang kuat. (https://www.reuters.com/article/us-narcolepsy-vaccine-adjuvant/insight-gsk-vaccine-ingredient-scrutinized-for-narcolepsy-clues-idUSBRE91708V20130208)

Dan konyolnya, pihak GSK tahu masalah ini namun tidak mengungkapkannya ke publik. Bahwa ada risiko kematian 5 kali lebih besar jika menggunakan vaksin yang mengandung AS03 GSK ketimbang mereka yang pakai vaksin tanpa bahan ‘tambahan’ tersebut. (https://archive.hshsl.umaryland.edu/bitstream/handle/10713/8270/Doshi_Pandermrix2018.pdf)

Siapa yang bertanggungjawab atas penyebaran rasa takut pada masyarakat global tentang bahaya virus flu babi tersebut? Nggak lain adalah Prof. Lockdown alias Neil Ferguson. (baca disini)

Dengan pemodelan yang dilakukannya oleh timnya di Oxford Imperial College, Prof. Ferguson bilang, “Akan ada 65.000 kematian di Inggris akibat flu babi.” Estimasi super lebay, karena nyatanya total yang mati di Inggris hanya 457 orang. (https://www.businessinsider.com/neil-ferguson-transformed-uk-covid-response-oxford-challenge-imperial-model-2020-4)

Sekarang, ibarat deja-vu, kasus yang sama berulang. Kali ini pakai nama Kopit. Dengan definisi yang sama, status pandemi global kembali disematkan oleh Tedros. (https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19—11-march-2020)

Dengan skenario yang sama, Prof. Lockdown kembali memprediksi akan ada jutaan orang mati di seluruh dunia akibat si Kopit. (https://www.nytimes.com/2020/03/17/world/europe/coronavirus-imperial-college-johnson.html)

Dan anehnya, banyak negara di dunia kembali mempercayai apa yang diucapkan Ferguson. Padahal Oxford Imperial College bukan lembaga bebas kepentingan, karena Bill & Melinda Gates Foundation telah kasih dana jumbo buat mereka. (https://www.gatesfoundation.org/How-We-Work/Quick-Links/Grants-Database/Grants/2020/03/OPP1210755)

Nggak hanya itu.

Ketua vaksin GSK di tahun 2009, saat ini ditunjuk oleh Trump sebagai kepala ilmuwan yang bertugas menemukan vaksin Kopit dalam mega proyek Operation Warp Speed. Dialah Moncef Slaoui. (https://eng.majalla.com/node/89466/dr-moncef-slaoui-trump%25E2%2580%2599s-arab-american-head-of-%25E2%2580%2598warp-speed%25E2%2580%2599-covid-19-vaccine-effort)

Berkolaborasi dengan Sanofi, GSK mendapat nilai kontrak vaksin senilai USD 2,1 milyar pada Juli lalu. (https://www.statnews.com/2020/07/31/operation-warp-speed-sanofi-gsk-covid19-vaccine/)

Berita baiknya, bahan tambahan vaksin Kopit hasil kolaborasi bakal memakai AS03 GSK kembali. (https://www.genengnews.com/news/sanofi-gsk-advance-covid-19-vaccine-into-the-clinic/)

Dan merujuk pada UU PREP, produsen vaksin nggak bisa dituntut secara hukum jika nantinya ditemukan kasus cedera vaksin. (https://www.federalregister.gov/documents/2020/03/17/2020-05484/declaration-under-the-public-readiness-and-emergency-preparedness-act-for-medical-countermeasures)

Kalo sudah gini, apa perlu seorang Einstein untuk mengetahui akhir skenarionya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


3 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Apa kabar mas..

    Mas sekedar mau usul lagi selain usulan kolom komentar bisa dikasih link tersendiri agar mudah navigasi para pembaca setia,

    Satu lagi usulan nih mas :
    Script Search term nya mungkin perlu diperbaiki akurasinya.

    Karena kami kaum middle class alias medioker ini suka lupa dengan istilah2, nama2, pada artikel disini yg pernah dibaca, jadi sering saya harus bopak balik nyari dan baca ulang.

    Atau, yg kenal web ini 2 atau 3 bulan, tentu penasaran apa saja yg pernah diulas, umpama tertarik cari bahasan ebola versi mas Ndaru, ketiklah ebola di kolom search. Ataupun isu2 lain.

    Nah saat mencari, umpama dengan kata “ebola”, itu artikel yg didapat banyak, setelah saya cek satu persatu ternyata saya cari kata ebola di halaman2 bersangkutan nggak ada mas.
    Jadi yg terdeteksi mesin pencari nya :
    “jEBOLAn” ?

    Contoh lagi saya nyari “Ben stein”.
    Frasa yg ketangkap script pencarinya adalah :
    Albert “einSTEIN”.

    Kalau itu diperbaiki inshaAllah semakin memudahkan kami para medioker mas. ??

    Terimakasih sebelumnya mas?

error: Content is protected !!