Pengakuan Obama


508

Pengakuan Obama

Oleh: Ndaru Anugerah

Kalo ditanya, apa kegagalan seorang Obama pada saat berkuasa dulu? Maka jawabannya: Suriah.

Setidaknya begitu pengakuan jujur seorang Obama saat diwawancarai sebuah stasiun TV swasta di Jerman baru-baru ini. “Saya gagal memenangkan Suriah.” (https://www.n-tv.de/politik/Wahl-hat-zumindest-die-Blutung-gestoppt-article22172148.html)

Pada Agustus 2013, Obama sudah siap membombardir wilayah Ghouta dengan serangan udara, karena ada dugaan bahwa pasukan Assad telah menggunakan gas sarin yang menyasar penduduk sipil. (https://www.lrb.co.uk/the-paper/v36/n08/seymour-m.-hersh/the-red-line-and-the-rat-line)

Selidik punya selidik, berdasarkan laporan yang dibuat lab pertahanan Inggris di Porton Down, yang menggunakan gas sarin bukanlah pasukan Assad. Laporan tersebut diperkuat oleh pernyataan Kepala Gabungan tentara AS, yang menyatakan bahwa bukan Suriah yang memakai gas sarin.

Berbekal laporan tersebut. Obama mengurungkan niatnya buat membombardir Suriah.

Lalu siapa yang pakai gas sarin?

Ternyata itu ulah dari pasukan Jibhat al-Nusra (yang belakangan mengubah nama menjadi Hayat Tahrir al-Sham) yang mendapat sokongan penuh dari Turki. Jadi Turki-lah yang memasok prekursor sarin dalam skala besar kepada jihadis tersebut. Bahkan komunitas intelijen Inggris dan AS sudah mengetahui skenario tersebut, tapi mereka memilih ‘diam’.

Temuan dari penyelidikan yang dilakukan misi khusus PBB ke Suriah, menegaskan hal tersebut, bahwa benar para teroris yang telah menggunakan serangan gas beracun pada 19 Maret 2013 di daerah Khan Al-Assal, yang menyasar warga sipil. (https://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-CF6E4FF96FF9%7D/s_2013_735.pdf)

Lagian, ngapain juga Assad menggunakan gas sarin, lha wong menurut laporan militer AS, Suriah bakal sukses melibas jihadis yang bercokol di Ghouta. Apa untungnya pakai gas sarin?

Lantas apa yang Obama perbuat sehingga merasa dirinya gagal ‘menaklukkan’ Suriah?

Awalnya Obama dapat usulan dari David Petraeus selaku direktur CIA saat itu, untuk membuat program rahasia yang mempersenjatai dan juga melatih teroris di musim panas 2012. Setelah ditimbang-timbang, Obama langsung teken persetujuan, dan para jihadis langsung dilatih secara intensif di pangkalan AS di Yordania pada 2013.

Langkah berani Obama diambil setelah dapat dukungan penuh dari Raja Abdullah II dari Yordania, berupa penggunaan ideologi Ikhwanul Muslimin dalam menggulingkan Assad. Tentu saja lewat peran para jihadis. Dan nggak ketinggalan, Benjamin Netanyahu juga kasih dukungan logistik.

Jadi, Free Syrian Army yang berkolaborasi dengan para jihadis binaan AS, bakal digunakan dalam menggelar perubahan rejim di Suriah. (https://www.huffpost.com/entry/dark-side-free-syrian_b_2380399)

Nggak aneh jika media mainstream menggambarkan FSA sebagai sosok ‘pejuang kebebasan’ yang mencita-citakan kemerdekaan. Padahal kerjaan FSA di lapangan justru bertolak belakang, dari mulai penculikan, penyiksaan hingga pemerkosaan warga sipil Suriah.

Yang diperjuangkan FSA nggak lain adalah penegakan hukum Syariah di negara sekuler seperti Suriah, klop dengan anasir Jibhat al-Nusra yang diisokong oleh Saudi dan Qatar. (https://www.ft.com/content/791ad3bc-ecfc-11e6-930f-061b01e23655)

Singkat cerita, operasi rahasia Obama yang diinisiasi CIA (yang kelak dikasih nama Timber Sycamore) punya tugas utama yaitu mendukung FSA dan teroris di Suriah buat menguasai daerah-daerah yang jadi benteng pertahanan pemerintah Suriah. (https://www.nytimes.com/2017/08/02/world/middleeast/cia-syria-rebel-arm-train-trump.html)

Pada Maret 2014, para teroris binaan AS sukses menduduki desa Kassab yang merupakan desa Kristen Armenia di Suriah yang berbatasan dengan Turki. Warga yang didapati langsung diberondong timah panas, sementara para wanitanya diperkosa. (http://asbarez.com/121007/reports-cite-80-dead-in-kessab-churches-desecrated/)

Setelah sukses menduduki Kassab, pemimpin oposisi Suriah Ahmad Jarba kasih ucapan selamat pada para pasukannya. “Suriah akan segera jatuh,” demikian sesumbarnya.

Dan nggak lama setelah itu, Jarba dipanggil menghadap ke AS guna mendapat ‘penghargaan’ dari Obama. (https://www.reuters.com/article/us-syria-crisis-obama-jarba/obama-in-meeting-with-syrias-jarba-praises-leadership-in-crisis-idUSBREA4D00U20140514)

Sukses Ahmad Jarba, menghantarkan banyak sokongan dana dari AS dan donator lainnya kepada kelompok jihadis di Suriah.

Apakah Obama memihak pada kekristenan dan dunia Islam? Yang bokir aja.

Sayangnya, skenario Obama nggak berjalan mulus sesuai rencana. Sudah kasih dana gede-gedean plus pelatihan sana-sini, nyatanya AS kalah telak di Suriah yang dapat sokongan kuat dari Rusia.

Padahal para jihadis telah digunakan dengan dukungan raja-raja Wahhabi di dunia Arab buat menumbangkan rejim Assad yang sekuler (layaknya Libya dan Irak), toh nggak membuahkan hasil yang maksimal. Istilahnya: rugi bandar.

Karena kesalahan ini, Trump merevisi program Obama dengan memotong dana AS sebesar USD 1 milyar yang rencananya bakal digunakan CIA buat kasih dukungan ke FSA di tahun 2017.

Asal tahu saja, bahwa sumbangan AS ke FSA selama pemerintahan Obama digunakan untuk memasok senjata ke Jibhat al-Nusra (yang berafiliasi dengan Al-Qaeda) dan juga ISIS. (https://www.nytimes.com/2017/08/02/world/middleeast/cia-syria-rebel-arm-train-trump.html)

Kekalahan itu pahit rasanya, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!