Mengungkap Kebenaran Pandemi


522

Mengungkap Kebenaran Pandemi

Oleh: Ndaru Anugerah

Flu Spanyol melanda dunia di tahun 1918-1919. Merujuk catatan ‘resmi’, pandemi yang menyebabkan kematian 50-100 juta penduduk dunia tersebut disebabkan oleh virus flu H1N1. (https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-pandemic-h1n1.html)

Apa iya?

Kevin Barry selaku President of First Freedoms membongkar kebenaran dibalik pandemi tersebut. (https://freepress.org/article/did-vaccine-experiment-us-soldiers-cause-%e2%80%9cspanish-flu%e2%80%9d)

Penyebab pandemi bukanlah virus melainkan bakteri. “Pneumococci atau streptococci ditemukan di 164 dari 167 sampel jaringan paru mayat yang diautopsi. Jadi 92,8% bakteri yang membunuh para korban pandemi 1918 dan bukan virus.” (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc / articles / PMC2599911 /)

Lantas darimana bakteri itu berasal?

Camp Funston di Fort Riley, Kansas pada 11 Maret 1918 karena ada beberapa tentara yang terinfeksi lalu menyebarkan penyakit ke kamp militer lainnya di seantero Amrik. (https://www.history.com/this-day-in-history/first-cases-reported-in-deadly-influenza-epidemic)

Apakah bakteri tersebut muncul secara tiba-tiba atau justru by-design?

Kevin Barry mengatakan, “Rockefeller Institute-lah yang menginisiasi bakteri tersebut lewat eksperimen vaksinasi meningitis yang menyasar para pasukan AS.” Jadi Rockefeller Institute melakukan ujicoba vaksin pada para serdadu AS yang berperang pada PD I.

Kenapa melakukan ujicoba vaksin pada para serdadu?

Ya karena serdadu punya prinsip satu komando. Jadi apapun yang dikatakan komandannya bahwa tindakan ujicoba vaksin dibuat sebagai upaya bela negara, tentu saja mereka akan percaya dan nggak bakalan menolaknya.

Apa motif utama ujicoba vaksin? Depopulasi alias pengurangan jumlah penduduk.

Selama PD I, serdadu AD AS membengkak dari 2 juta menjadi 6 juta orang. Dengan jumlah yang membengkak, maka perlu ada ‘strategi’ untuk mengurangi angka tersebut. Modusnya dengan melakukan ujicoba vaksin meningitis pada mereka.

Padahal dalam vaksin tersebut terkandung bakteri pneumonia yang mematikan karena belum ada obatnya saat itu.

Singkat cerita, pada Fort Riley di Kansas, tim Rockefeller Institute for Medical Research melakukan penyuntikan pertama kali pada 21 Januari – 4 Juni 1918. Bakterinya sendiri dibudidayakan dari kuda. Setelah mendapatkan suntikan, maka bakteri tersebut langsung menyebar ke banyak tentara lainnya. (https://wwwnc.cdc.gov/eid/arti cle / 14/8 / 07-1313_article)

Bakteri pneumonia ini punya daya bunuh yang dahsyat, karena justru menyerang orang dengan kesehatan yang prima. Inilah yang bisa menjawab mengapa bakteri ini tidak menyerang mereka yang punya daya tahan tubuh lemah seperti halnya virus flu pada umumnya.

Laporan vaksinasi anti-meningitis tersebut direkam secara baik oleh Frederick L. Gates MD pada tahun 1918. Beliau menulis, “Para serdadu diberikan 3 dosis vaksin meningitis bacterial yang diinisiasi oleh Rockefeller Instritute bekerjasama dengan RS di Fort Riley.”

Begitu disuntik vaksin, selang beberapa hari para serdadu langsung melaporkan gejala flu yang parah. (https://www.pbs.org/wgbh/ameri canexperience / features / influen za-first-wave /)

Kondisi barak yang tidak sehat, makin memicu bakteri yang telah disuntikkan tersebut menjadi aktif dan menular ke banyak serdadu lainnya. (https: // www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc / artikel / PMC2126288 / pdf / 449 .pdf)

Menurut buku besar kedokteran, bukankah penyakit yang disebabkan oleh bakteri meningitis punya gejala yang mirip dengan flu? (www.mayoclinic.org/diseases-co nditions / meningitis / gejala- penyebab / syc-20350508)

Singkat cerita, wabah ini menjadi cepat menular secara global karena dibawa oleh para serdadu AS berperang ke Eropa, selain Rockefeller Institute juga kasih vaksinnya ke negara-negara lainnya. (https: //digitalcommons.rockefe ller.edu/cgi/viewcontent.cgi? article = 1005 & context = rockefeller-institute-descript ive-pamphlet)

Tercatat angka orang yang mati akibat PD I kalah jumlahnya dibanding orang yang mati karena bakteri debutan Rockefeller tersebut. Dan ini jelas keberhasilan program depopulasi yang sesungguhnya.

Luar biasa bukan?

Saat ini, program vaksinasi akan kembali dibuat oleh pihak yang sama alias sang Ndoro besar alih-alih untuk menuntaskan pandemi si Kopit. Akankah sejarah berulang?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


5 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. bang. trus sinovac termasuk dari ndoro besar apa endak? apa mereka bener2 bikin vaksin yang bukan untuk depopulasi dan sebagainya?

    1. Ini yg sy sdg cari datanya. Seharusnya sih tdk ya. Utk memastikan sy hrs punya data yg ajeg jd tdk hanya asumsi apalagi spekulasi. Mohon bersabar nanti sy akan bahas.

  2. Btw bang, Spanish Flu, bagaimana menurut abang dengan apa yg dibahas Arthur Firstenberg dlm bukunya The Invisible Rainbow. Dimana penyebab spanish flu adalah radiasi elektromagnetic. Apakah ada korelasinya , atau bisa jadi aalah satu penyebab lainnya?

error: Content is protected !!