Perang di Ukraina?


511

Perang di Ukraina?

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, kenapa nggak bahas situasi terkini di Ukraina?” tanya seseorang. Pertanyaan ini dilontarkan seiring banyaknya narasi media mainstream yang menyatakan seolah-olah situasi tengah memanas di negara tersebut, dan perang sudah di depan mata.

Bagi analis seperti saya, apa yang nampak dipermukaan, kenyataannya malah nggak seperti yang yang terlihat.

Ambil contoh soal perang yang ramai diprediksi oleh banyak analis geopolitik bakal meletus di kawasan Nagorno Karabakh pada 2021 silam, antara 2 negara: Armenia dan Azerbaijan. Analisanya sungguh sederhana: karena ada keterlibatan Rusia dan Turki di dalamnya.

Kebalikannya, saya mengatakan: perang nggak akan terjadi di sana, lengkap dengan sederet fakta yang saya berikan.

Dan belakangan, prediksi yang saya keluarkan, terbukti benar, bukan? (baca disini dan disini)

Sama halnya dengan yang terjadi di Ukraina saat ini.

Pada April 2021 silam, saya telah mengulas tentang skenario yang bakal dimainkan di Ukraina, jauh-jauh hari sebelum situasinya ‘memanas’ seperti saat ini. (baca disini)

Disitu dengan tegas saya katakan, perang nggak akan terjadi, sekali lagi lengkap dengan data-data yang saya punya. Titik.

Sekarang coba jawab, apa untungnya Rusia mengakan invasi ke Ukraina? Toh tanpa invasi-pun, negara tersebut diramal bakal kolaps akibat korupsi berjamaah yang dilakukan para bikrokratnya. (https://themillenniumreport.com/2015/05/game-over-ukraine-on-brink-of-economic-collapse/)

Kalo gitu, apa yang membuat situasi di Ukraina seolah-olah memanas?

Media mainstream-lah biang keroknya. Layaknya plandemi Kopit, tiap hari para golongan middle class dijejali wacana akan terjadinya perang di Ukraina.

Terus menerus membaca headline yang dikeluarkan, apa kemudian nggak mengubah mindset mereka. “Jangan-jangan perang bakal pecah disana?” begitu kurleb-nya. Padahal mereka harusnya punya sikap kritis dengan bertanya: apa alasannya sehingga perang harus digelar disana?

Tapi kan nggak gitu juga cara berpikir kaum middle-class. Diktum di kepala mereka: apa yang diturunkan sebagai berita oleh media mainstream, adalah benar dan amin. Kalo sudah begini, repot sudah!

Sekarang saya kasih tahu betapa berita soal Ukraina diplintir setengah mati.

Di mulai dengan seruan yang dibuat NATO dan UE yang point-nya adalah jika Rusia nekat melakukan aksi aneksasi ke Ukraina seperti yang dilakukannya di tahun 2014, maka AS dan sekutunya nggak akan tinggal diam. Dan Biden mengamini seruan tersebut, satu hari setelahnya. (https://www.cnn.com/2022/02/12/politics/biden-putin-call-ukraine/index.html)

Situasi dramatis ala sinetron kembali dipertontonkan media mainstream dengan memberitakan soal evakuasi diplomat Barat dari Kiev secara masif, sebelum perang terjadi. (https://www.theguardian.com/world/2022/feb/13/it-is-past-time-to-leave-ukraine-western-diplomats-flee-kyiv)

Nggak cukup sampai disini, karena kemudian Penasihat Keamanan Nasional AS, Jack Sullivan mengeluarkan peringat keras tentang kemungkinan Rusia bakal melakukan serangan ke Ukraina pada minggu ini (13/2). (https://edition.cnn.com/2022/02/13/politics/jake-sullivan-cnntv/index.html)

Seakan nggak mau kalah set dengan Jack Sullivan, Joe Biden juga memperingatkan kepada para pemimpin Barat yang jadi sekutunya, bahwa berdasarkan info A1 yang dia dapatkan, Rusia bakal menggelar perang pada 16 Februari. (https://www.politico.com/newsletters/national-security-daily/2022/02/11/putin-could-attack-ukraine-on-feb-16-biden-told-allies-00008344)

Ini sudah tanggal 17 Februari. Sudah terjadi perang nggak di Ukraina?

Masa iya sekelas CIA dan NSA salah kasih data intelijen? Itu lembaga intelijen kelas dunia apa satgas ondel-ondel?

Aliasnya, sitnas di Ukraina sengaja diplintir, agar orang sedunia percaya bahwa seolah-olah situasinya memang memanas.

Sekarang kita tanya balik, bagaimana sikap Rusia menanggapi konflik di Ukraina?

Sekjen PBB Antonio Guterres, jelas-jelas meragukan tudingan yang dilontarkan Biden bahwa Rusia akan menginvasi Ukraina. (https://news.yahoo.com/un-chief-believes-russia-wont-192407119.html)

Bahkan Putin sendiri terang-terangan menyatakan bahwa Rusia nggak tertarik untuk meluncurkan perang di kawasan Eropa menyangkut krisis di Ukraina. (https://www.bbc.com/news/world-europe-60392259)

Sudah jelas ya, pokok masalahnya.

Kalopun terjadi perang, itu adalah false-flag operation yang mungkin-mungkin saja dilakukan oleh AS dan sekutunya. Jadi seolah-olah terjadi perang, nyatanya itu hanya setting-an.

Ini cukup beralasan, mengingat sejak 2021 silam, AS secara intens sudah menyuplai tentara bayaran yang beroperasi di wilayah Donbass dengan senjata kimia. Nggak aneh jika Rusia mengecam aksi yang dilakukan AS. (https://www.politico.eu/article/russia-us-mercenaries-plan-chemical-attack-ukraine/)

Skenario yang mungkin dilakukan adalah serangan palsu menggunakan senjata kimia yang menyasar warga Ukraina. Dan Rusia-lah yang akan dijadikan kambing hitam atas kejadian ini.

Kalo ini jadi dilakukan, basi amat sih skenario-nya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!