Lab Sosial Ndoro Besar (*Bagian 3)


527

Lab Sosial Ndoro Besar (*Bagian 3)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama dan kedua tulisan sudah sama-sama kita bahas tentang bagaimana kartel Ndoro besar memperlalukan China sebagai laboratorium sosial milik mereka. Dengan kata lain masa sebelum dan pasca revolusi, kepentingan Ndoro besar-lah yang justru ‘bermain’ di sana. (baca disini dan disini)

Saat revolusi komunis terjadi di tahun 1949, awalnya China memang memutuskan hubungan diplomatik dan ekonominya dengan negara-negara Barat. Kita tidak bisa menyangkal soal hal itu.

Namun, putusnya hubungan dengan Barat, nggak sama dengan putusnya hubungan dengan sang Ndoro. Disini anda harus paham dialektika yang terjadi dalam geopolitik, dimana baik kapitalisme yang dikembangkan di Barat dan komunisme yang dimainkan di Tiongkok, sebenarnya memajukan agenda yang sama: pemerintahan satu dunia yang merupakan kombinasi antara kedua sistem tersebut.

Setidaknya, ini rencana awal yang dikembangkan sang Ndoro.

Maksudnya bagaimana?

Saya coba menjelaskannya agar anda paham duduk masalahnya.

Saat Mao memimpin China dan melakukan gerakan politik ‘Lompatan Jauh ke Depan’, akibatnya sungguh dahsyat karena menyebabkan kematian sekitar 40 juta penduduk China akibat kelaparan dalam rentang waktu 4 tahun (1958 – 1962). Luar biasa!

Untuk memastikan hal ini, presiden Prancis kala itu, Francois Mitterand, melakukan kunjungan ke China di tahun 1961. Saat bertanya kepada ketua Mao tentang isu kelaparan yang terjadi di China, Mao mengatakan bahwa itu hanyalah isu yang tidak mendasar. “Itu hanya masalah kelangkaan saja dan bukan kelaparan,” ungkap Mao.

Sekembalinya dari China, Mitterand mengatakan kepada dunia, “Komunisme di China dibawah pimpinan Mao Tse Tung, telah membuat kemajuan besar, dan China tidak mengalami masalah kelaparan seperti yang dunia kira.” Dan ini adalah ‘prestasi’ tersendiri bagi seorang Mao. (https://www.researchgate.net/publication/261929721_Mao’s_great_famine_the_history_of_China’s_most_devastating_catastrophe_by_Frank_Dikotter)

Tapi bukan kepemimpinan totalitarian ala Mao yang diinginkan sang Ndoro terjadi pada China, karena secara ekonomi, China harus bisa memimpin di dunia. Tentunya dengan bantuan sang Ndoro besar.

Celah itu dibuka saat Nixon melakukan perjalanan ke China di tahun 1972. Langkah ini bisa terjadi setelah Henry Kissinger melakukan ‘perjalanan rahasia’ ke China di tahun 1971. Pertanyaannya: siapa sosok Kissinger kok bisa melalukan secret trip ke China? (https://nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB66/)

Jawaban atas pertanyaan ini, tentu saja: David Rockefeller, dimana Kissinger adalah anak murid kesayangan dari pentolan kartel Ndoro besar tersebut. Jadi bukan AS yang berkepentingan buka jalan bagi hubungan diplomatik dengan China, tapi justru sang Ndoro besar itu sendiri.

Dan rencana tersebut menjadi sempurna, saat Mao meninggal dunia di tahun 1976, dan digantikan oleh sosok yang kelak mereformasi sistem ekonomi di China. Dialah Deng Xiaoping (setelah menggantikan pendahulunya Zhou Enlai yang juga meninggal).

“Kunjungan Deng Xiaoping ke AS pada tahun 1979 dan 1980 yang mempertemukan Rong Yiren selaku ketua CITIC dan David Rockefeller adalah tonggak penting bagi restorasi China di bidang ekonomi,” ungkap Prof. Michel Chossudovsky. (https://archive.org/details/towardscapitalis00chos)

Saat Deng Xiaoping memimpin China, dia otomatis membawa kelompoknya yang kelak dikenal dengan istilah Delapan Dewa. Mereka adalah para petinggi PKC yang berseberangan visi dengan ketua Mao. Jadi saat Mao lengser dan Deng berkuasa, maka agenda ‘ekonomin’ mereka-lah yang kemudian dijalankan. (http://www.bloomberg.com/news/articles/2012-12-26/immortals-beget-china-capitalism-from-citic-to-godfather-of-golf)

Siapa saja mereka?

Selain Deng Xiaoping, ada Jenderal Wang, Chen Yun, Li Xiannian, Peng Zhen, Yang Shangkun, Renqiong, dan Bo Yibo. Awalnya mereka adalah musuh politik Mao yang bisa eksis setelah Revolusi Kebudayaan, yang kemudian mengubah konsep komunisme ortodoks dengan sosialisme ala China. (https://www.youtube.com/watch?v=hINZ-yDTGm4)

Pada tataran teknis, kelompok 8 Dewa kemudian mendirikan China International Trust & Investment Corporation (CITIC) atas inisiatif Rong Yiren, yang dikenal sebagai sosok ‘kapitalis merah’. Sosok Yiren juga yang berperan dalam mempermudah masuknya arus investasi asing ke China. (https://www.citic.com/en/aboutus/history/CITIC_Group/)

Singkatnya, tanpa adanya sosok Rong Yiren (sebagai penghubung 8 Dewa dan kartel Ndoro besar), ekonomi China nggak akan bisa semaju saat ini. (https://www.wsws.org/en/articles/2005/11/chin-n29.html)

Dan anda perlu tahu, bahwa keturunan dari 8 Dewa itu-lah yang sebenarnya memegang kendali perekonomian di China saat ini, tentu saja dengan menggandeng sang Ndoro besar sebagai ‘tuannya’. Silakan cek, perusahaan besar asal China, berafiliasi kemana kalo nggak ke mereka?

Kita kembali ke laptop.

Jadi, jika kemudian China menjadi raksasa ekonomi dan industri, itu tidak terjadi dalam satu malam. Ini bisa terjadi karena ada endorsement yang dilakukan kartel Ndoro besar pada negara tersebut.

Apa tujuannya?

Sekali lagi menjadikan negara ini sebagai laboratorium sosial mereka. Dengan kesuksesan yang diraih China, maka sang Ndoro akan meng-kloning percobaan mereka, untuk bisa diterapkan di belahan dunia lainnya, terutama yang menyangkut kontrol atas manusia.

Pada saat itulah, AS yang memegang hegemoni dunia, akan digantikan posisinya oleh China. Mungkinkah NWO bisa diwujudkan dengan konsep demokrasi ala AS? Bukankah kontrol sosial ala China yang lebih masuk akal untuk diterapkan?

Sekali lagi, setidaknya ini grand design awalnya. (baca disini)

Bukankah teknologi China berjalan karena etos kerja keras yang mereka miliki?

Kalo anda punya pemikiran demikian, sebaiknya anda perluas wawasan anda.

Transfer teknologi yang dijalankan di China, juga bisa terjadi karena ‘setting’ yang dijalankan oleh sang Ndoro. Kalo nggak ada ‘arahan’ dari sang Ndoro, proses itu nggak akan bisa terjadi. (http://fas.org/nuke/guide/china/doctrine/dmrr_chinatech.htm)

Dengan kata lain, tanpa ‘tekanan’ sang Ndoro, mana mau AS (yang merupakan ‘musuh’ ideologis China) melakukan transfer teknologi nuklir hingga satelit ke China?

Nggak aneh jika tokoh-tokoh kartel Ndoro besar selalu kasih pujian atas keberhasilan (proyek mereka) di China.

“Pertumbuhan ekonomi di China adalah sebuah kisah yang luar biasa,” ungkap Evelyn de Rothschild. (https://www.youtube.com/watch?v=ofy21EkXQQA)

Atau seorang George Soros yang mengatakan, “China harus menjadi bagian dari tata dunia baru yang akan kita jelang.” (https://www.youtube.com/watch?v=TOjckJWqb0A)

Itu semua bukan spontan diucapkan, karena memang mereka telah lama mendesain China sebagai laboratorium sosial milik mereka. Kesuksesan yang mereka raih di China, kelak diterapkan pada masyarakat dunia dalam bentuk tatanan dunia baru yang sudah pasti fully-controled.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!