Armenia Memanas


508

Armenia Memanas

Oleh: Ndaru Anugerah

Konflik Nagorno-Karabakh (NK) sesuai prediksi saya memang nggak meluas seperti analisa kebanyakan orang yang bilang bahwa akan ada perang pada kawasan tersebut. (baca disini)

Karena kejadian ini, Armenia merugi.

Kok bisa?

Karena mereka sudah banyak keluarin dana dengan harapan perang bakal digelar, nyatanya ekspektasi nggak sesuai harapan. Akibatnya rakyat Armenia kecewa.

Dan lewat Kepala Staf Umum Militer, Onik Gasparyan, mereka meminta PM Nikol Pashinyan mundur dari jabatannya karena dinilai gagal dalam mengurus negara. Dan ini adalah seruan kudeta. (https://www.france24.com/en/europe/20210225-armenian-pm-pashinyan-calls-military-s-demand-he-resign-an-attempted-coup)

Sebenarnya apa yang sesungguhnya terjadi di bekas pecahan Soviet tersebut?

Antara PM Pashinyan dan Gasparyan memang ada konflik keras. Ini terjadi karena PM Pashinyan dinilai lembek terhadap tekanan militer Azerbaijan saat konflik NK.

Makanya PM Pashinyan meminta Presiden Armenia untuk memecat Kepala Staf Umum Militer tersebut. Tapi itu tidak dilakukan dengan alasan tidak konstitusional. (https://www.reuters.com/article/us-armenia-politics/armenian-president-refuses-to-fire-armed-forces-chief-at-center-of-political-crisis-idUSKBN2AR0FG)

Konflik antara keduanya makin dipertajam setelah Kemenhan Armenia mengeluarkan pernyataan keras, “Militer jangan campur tangan pada urusan politik dalam negeri.” Ini jelas bikin situasi tambah panas. (https://tass.com/world/1261069)

Sementara kedua kubu saling memanas, ‘rakyat’ Armenia melakukan demonstrasi dengan mendirikan kemah di luar gedung parlemen dengan tuntutan agar PM Pashinyan mundur dari jabatannya. (https://www.france24.com/en/europe/20210226-armenian-protesters-camp-outside-parliament-demanding-pm-s-resignation)

Jika dilihat dari modusnya, yang terjadi di Armenia saat ini adalah awal peristiwa Revolusi Warna. (https://syncreticstudies.com/2014/12/03/the-color-revolution-model-an-expose-of-the-core-mechanics/)

Kok bisa begitu?

Awalnya PM Pashinyan merupakan aset AS yang berkuasa di Armenia. AS mendukung dirnya, orang sudah mahfum. Bahkan kedekatannya dengan Soros, sudah jadi rahasia publik. (https://massispost.com/2019/03/who-are-soross-men-in-armenia/)

Singkatnya, PM Pashinyan merupakan rezim boneka sang Ndoro besar yang ada di Armenia.

Namun seiring berjalannya waktu, nyatanya PM Pashinyan mulai ‘lepas’ dari kendali.

Yang paling menohok adalah saat dirinya mematuhi ‘arahan’ yang diberikan Putin untuk menjaga ‘keamanan’ di NK. Wajar, mengingat Armenia adalah bagian CSTO. (https://en.axar.az/news/politics/541090.html)

Ini dinilai fatal, padahal destabilisasi NK diharapkan dapat melebar di kawasan Asia Tengah yang merupakan papan catur kekuasaan Rusia.

Kalo rencana gagal, maka satu yang paling dimungkinkan adalah dengan ‘menyingkirkan’ rezim boneka yang berkuasa saat ini.

Akibatnya opsi diajukan untuk mengadakan pemilu yang dipercepat guna mengakhiri konflik yang ada.

Awalnya PM Pashinyan menolak usulan pemilu tersebut. Namun karena tekanan politik dari oposisi makin kuat, dirinya melunak.

“Kita bersiap untuk mengadakan pemilu guna mengakhiri konflik,” ungkap PM Pashinyan di depan para pendukung setianya. (https://www.dw.com/en/armenian-prime-minister-ready-to-face-early-elections/a-56741697)

Akankah PM Pashinyan dapat memenangkan kembali pemilu yang nggak lama lagi akan digelar.

Menurut hitungan saya, sangat sulit bagi seorang Pashinyan untuk menang kembali dalam pemilu tersebut. Dan seandainya dia menang pun, gerakan revolusi warna akan terus digelar guna menggoyang kepemimpinannya. Jadi ibarat buah simalakama situasinya bagi Pashinyan.

Ini menjadi menarik untuk dicermati ke depannya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!