Era Baru Telah Datang?


515

Era Baru Telah Datang?

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada 4 Februari silam, ada sebuah pertemuan penting yang berlangsung di Beijing, antara Xi Jinping dan Vladimir Putin. Menurut keterangan resminya, Putin berada di Beijing untuk menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin yang berlangsung di negara tersebut.

Tapi itu bukan alasan utamanya.

Alasan utamanya justru untuk menandatangani serangkaian perjanjian ekonomi dan politik antara kedua negara. (https://www.france24.com/en/asia-pacific/20220204-china-s-xi-jinping-to-meet-russia-s-vladimir-putin-as-tensions-grow-with-west)

Salah satu kesepakatan penting yang berhasil digulirkan adalah kesepakatan gas, dimana Rusia akan memasok gas ke China selama 30 tahun ke depan, melalui jaringan pipa baru. Dan uniknya, China bakal membayar gas Rusia dengan menggunakan Euro dan bukan Dollar AS.

Alasan terpenting lainnya adalah baik China dan Rusia sepakat untuk mendorong terbentuknya tatanan dunia baru yang multipolar, dengan istilah Era Baru.

Dengan adanya endorsement dari kedua pihak, maka tatanan dunia unipolar yang selama ini didominasi oleh AS dan sekutu baratnya, otomatis akan dicampakkan.

“Dunia sedang mengalami perubahan penting dan umat manusia memasuki era baru dimana perkembangan pesat dan transformasi sedang terjadi secara besar-besaran. Karenanya dunia membutuhkan tatanan dunia baru yang egaliter, dimana suatu negara tidak boleh mengintervensi negara lainnya,” begitu kurleb-nya. (https://www.globaltimes.cn/page/202202/1251416.shtml)

Secara singkat, kedua negara bukan saja memprediksi kejatuhan sistem unipolar yang selama ini berlangsung, tapi juga mengecam intervensi AS dalam upaya menggulingkan pemimpin di kedua negara, yang selama ini nggak sejalan dengan garis kebijakan Washington.

Bagaimana kita bisa tahu kalo AS punya ambisi untuk menggoyang kepemimpinan di kedua negara tersebut?

Anda tahu lembaga think-tank AS yang bernama Atlantic Council?

Lewat tangan George Keenan, lembaga think-tank tersebut menerbitkan sebuah dokumen yang berjudul The Longer Telegram di tahun 2021 silam, yang secara khusus menyasar kepemimpinan di China. (https://www.atlanticcouncil.org/wp-content/uploads/2021/01/The-Longer-Telegram-Toward-A-New-American-China-Strategy.pdf)

“Kepentingan AS di China adalah kerjasama dalam tatanan internasional yang liberal yang dipimpin AS, daripada membangun tatanan internasional saingan,” begitu kurleb-nya.

Dengan demikian, Xi Jinping yang selama ini berseberangan konsep dengan uni-polar yang diusung AS, otomatis harus dilengserkan. Apakah kebetulan bila dikemudian hari, seorang George Soros punya niatan yang sama untuk menggulingkan Xi Jinping? (baca disini)

Karena tahu gelagat, makanya kedua negara akhirnya menandatangai kesepakatan new era, yang intinya siap ‘menantang’ dominasi AS dan sekutunya.

Untuk mewujudkan rencananya ini, setidaknya China telah punya negara ‘sekutu’ lewat program Belt & Road Initiative (BRI) yang selama ini digenjot. Tercatat sekitar 145 negara yang sudah siap menjadi negara pendukung konsep multipolar yang diusung China dan Rusia. (https://greenfdc.org/countries-of-the-belt-and-road-initiative-bri/)

Makin seru saja persaingan yang terjadi antara kedua kutub.

Akankah AS dan sekutunya tinggal diam melihat penantangnya mulai berani muncul ke permukaan secara terang-terangan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!