Mengatur Strategi


510

Mengatur Strategi

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, dengan adanya bukaan yang dilakukan oleh pemerintah, apakah ini pertanda bahwa plandemi Kopit telah usai?” tanya seorang netizen.

Perasaan, pertanyaannya itu-itu mlulu. Kenapa nggak berkembang, ya?

Saya katakan berkali-kali, plandemi belum berakhir. (baca disini dan disini)

Setidaknya untuk saat ini.

Gampang membuktikannya. Coba anda lihat di China sana. Begitu status lockdown dicabut pemerintah Tiongkok, langsung terjadi lonjakan kasus Kopit. (https://www.politico.eu/article/covid-china-deaths-confirm-lockdowns-lift/)

Artinya apa?

Plandemi Kopit belum akan berakhir. Dan status ini akan terus dipertahankan sampai ada plandemi penggantinya yang akan dirilis manakala situasinya memungkinkan.

Pertanyaan selanjutnya, apakah skenario plandemi Kopit sang Ndoro meraih sukses?

Bisa iya, bisa juga nggak. Satu yang pasti, skenario plandemi perlu dievaluasi agar kelak plandemi susulan ataupun skenario berikutnya, dapat meraih sukses jika diterapkan.

Setidaknya itu yang jadi concern kartel Ndoro Besar. Untuk keperluan evaluasi, mereka melakukan meeting di Davos. Sasus beredar, mereka perlu feedback atas plandemi Kopit yang telah mereka gelar secara global. (https://www.weforum.org/events/world-economic-forum-annual-meeting-2023)

Dengan melakukan evaluasi, harapannya rencana pembentukkan tatanan dunia baru bisa dieksekusi dengan sempurna. Dan tatanan itu berlaku untuk semua bidang kehidupan dari mulai energi, investasi dan perdagangan, penerapan mata uang digital hingga kesehatan, yang bersifat global.

Satu yang perlu anda ketahui, bahwa tatanan dunia baru bersifat multipolar, selaras dengan apa yang dikemukakan Putin pada setiap pidatonya. Apakah ini hanya kebetulan?(https://www.weforum.org/events/world-economic-forum-annual-meeting-2023/about/meeting-overview)

Kalo sang Ndoro butuh evaluasi (karena skenarionya nggak berjalan mulus), memangnya apa yang menghambat skenario plandemi mereka?

Salah satunya maraknya media alternatif dalam menyuarakan agenda mereka kepada publik, sehingga banyak yang sadar atas kebohongan yang mereka gelar.

Untuk yang satu ini, mereka pakai term ‘misinformasi’ atau ujaran kebencian, yang sesungguhnya nggak bisa mereka kontrol karena belum ada mekanisme yang mengaturnya. Istilah yang kini mereka pakai adalah ‘informasi legal tapi berbahaya’. (https://tinyurl.com/mpkwwfh4)

Kedepannya, bakal ada mekanisme kontrol atas apapun yang bertebaran di dunia maya, utamanya yang menentang narasi resmi yang akan mereka ciptakan. Alasannya klise, karena informasi media alternatif dianggap membahayakan orang/pihak lain, sehingga perlu ‘ditertibkan’.

Singkatnya, akan ada mekanisme sensor pada dunia digital, agar kelak tidak ada yang mempertanyakan narasi resmi yang sang Ndoro buat.

Maunya sang Ndoro, kalo mereka menciptakan plandemi hantu blau, maka semua harus percaya dan mengamini narasi tersebut. Buat yang nekat mempertanyakan atau menyangkal narasi mereka, harus siap masuk bui atau nyawa yang akan menjadi taruhannya.

Apakah hanya itu isi evaluasi sang Ndoro?

Tentunya nggak hanya itu.

Menyangkut tatanan dunia baru, maka alat transaksi yang akan dipakai apa, coba? Masa iya harus pakai uang kertas atau logam kek jaman sebelum Negara Api menyerang?

Karenanya, infrastruktur alat tukar harus dipersiapkan. Tentu saja mata uang digital yang akan segera dirilis dalam waktu dekat.

Bahkan sekelas Sekjen Amnesti Internasional, Agnes Callamard menyatakan itikadnya untuk melindungi sistem ekonomi global, apapun taruhannya. Itu harus tetap ada. (https://www.amnesty.org/en/latest/news/2023/01/davos-world-economic-forum-the-stakes-are-too-high-for-more-empty-gestures/)

Kesimpulannya, apakah plandemi Kopit berakhir sukses atau nggak?

Tergantung perspektif kita memandangnya.

Bagi saya, apapun skenario sang Ndoro, anda-anda semua punya hak untuk menampiknya.

Jangan mau ditakut-takuti, karena anda bukan bocil yang hanya bisa main lato-lato sambil garuk-garuk pantat.

Pakailah akal sehat anda dalam mencerna isu-isu yang dimainkan media mainstream sebagai corong sang Ndoro besar. Jangan asal telan, karena itu bukan tahu bulat.

Dan yang terpenting, biarlah sang Ndoro yang pusing dengan narasinya.

Kita mah hepi-hepi saja.

Kalo mereka katakan bahwa ‘hidup kita nggak akan pernah sama setelah plandemi Kopit melanda’ (https://edition.cnn.com/2020/05/08/us/life-after-coronavirus-changed-laurie-garrett/index.html), kita cukup tertawakan saja narasi mereka.

Kita? Elo aja keuleus….

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!