Bahaya Iklim dan Asumsi Lebay


522

Bahaya Iklim dan Asumsi Lebay

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana sebuah skenario dieksekusi dengan baik oleh kartel Ndoro besar?

Jawabannya: dengan menghidupkan skenario horor.

Plandemi Kopit adalah salah satunya. Dengan bantuan media mainstream, publik (mayoritas golongan middle-class) yang sangat minim daya berpikir kritisnya, langsung melahab propaganda yang tersedia di media massa. Tanpa dikunyah, langsung telan.

Dampaknya sungguh dahsyat, seperti yang dapat kita saksikan saat ini.

Dan kini, saat skenario Kopit mulai digeser dengan bahaya iklim, sang Ndoro besar kembali memainkan cara-cara yang sama yang ajaibnya hanya sedikit yang sadar. Kini narasi yang dikembangkan: “Akibat keserahan manusia dalam memakai bahan bakar fosil, kini dunia mulai mengalami pemanasan global yang tidak bisa dihindari.”

Solusinya apa?

Ya manusia harus mau meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih ke energi ‘terbarukan’ yang sangat nggak bisa diandalkan. (baca disini, disini dan disini)

Bahkan untuk menghidupi rencana peralihan energi ini, Jerman bakal mendepak pembangkit listrik tenaga batubara selamanya, di tahun 2030 mendatang. (https://www.ndtv.com/who-said-what/germany-to-shut-coal-power-plants-by-2030-not-in-doubt-at-all-3083997)

Pertanyaannya: apa iya aktivitas manusia yang menyebabkan pemanasan global? Pun manusia berkontribusi, sebesar apa pengaruhnya?

Adalah seorang ilmuwan atmosfer paling terkemuka di dunia asal Jerman yang bernama Prof. Hermann Harde (dari Universitas Helmut Schmidt di Hamburg), yang justru punya suara sumbang atas narasi pemanasan global yang selama ini ‘diyakini’ oleh banyak orang disebabkan oleh ulah manusia.

Sekedar informasi, Prof. Harde punya segudang penghargaan sebagai profesor dalam bidang Fisika Eksperimental sepanjang karirnya. Jadi beliau bukanlah ilmuwan kaleng-kaleng. (http://hharde.de/)

“Banyak penelitian dan skenario horror yang berkaitan dengan perubahan iklim, justru tidak didasarkan pada data yang mumpuni. Sebaliknya mereka hanya menggunakan simulasi komputer untuk membenarkan apa yang mereka inginkan,” begitu ungkap Prof. Harde.

Prof. Harde menambahkan, “Gagasan bahwa manusia dapat mengendalikan iklim lewat aktivitas emisi karbon yang mereka keluarkan, hanyalah delusi mutlak yang nggak punya landasan kuat yang mendukungnya.” (https://www.riotimesonline.com/brazil-news/modern-day-censorship/senior-german-climate-scientist-says-humans-cause-less-than-0-05c-of-global-warming-and-warns-of-anarchy-from-delusional-net-zero-policies/)

Secara singkat, Prof. Harde mau mengatakan bahwa ada keraguan besar tentang tesis yang selama ini menyatakan bahwa manusia-lah sebagai biang kerok atas perubahan iklim yang ada selama ini.

“Kebijakan iklim dan energi hanya dapat diterima secara populer hanya jika didasarkan pada pengetahuan yang dapat diandalkan dan bukan pada spekulasi atau keyakinan semata,” tambahnya. (http://hharde.de/index_htm_files/Opinion-Draft-Law%20-%20Reduction%20GHG%20Emissions.pdf)

Jadi kalo pemerintah Jerman punya gagasan untuk menerapkan kebijakan net zero carbon, Prof. Harde menyatakan bahwa itu hanya akan membawa bangsa tersebut ke jurang kehancuran.

Kok bisa?

Menurut Prof. Harde, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) besutan PBB, selama ini bersifat lebay dalam menyajikan data tentang perubahan iklim, dengan cara menggandakan 5 kali lipat efek termal dari gas CO2 di atmosfer.

“Peningkatan CO2, hanya menyebabkan pemanasan global kurang dari 0,3 derajat Celcius selama satu abad terakhir,” ujarnya. Ini angka yang sangat-sangat kecil.

Beliau melanjutkan, “Karena hanya 15% dari peningkatan CO2 secara global yang disebabkan oleh manusia, maka otomatis kontribusi manusia terhadap pemanasan global hanyalah kurang dari 0,05 derajat Celcius.”

Angka ini akan menjadi sangat kecil, mengingat kontribusi Jerman atas pemanasan global yang hanya 1,98% saja. (https://www.worldatlas.com/articles/biggest-contributors-to-global-warming-in-the-world.html)

Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jerman untuk menerapkan great zero carbon dengan mencampakkan bahan bakar fosil, sebagai policy yang nggak masuk akal. Lha wong kontibusinya manusia demikian kecil-nya atas pemanasan global, kenapa harus alih energi segala?

Sekali lagi, Prof. Harde bicara pakai data dan bukan asumsi, apalagi propaganda yang sifatnya buat takut orang saja.

Masalahnya, ada berapa banyak ilmuwan saklek model Prof. Harde yang mau bersuara vocal menentang narasi mainstream yang digelontorkan sang Ndoro besar? Nggak banyak, bukan?

Contoh yang paling sederhana adalah kasus yang menyangkut Prof. Peter Ridd dari James Cook University, yang mencoba mempertanyakan narasi pemanasan global, yang dinilai sangat tidak mendasar. “Pemanasan global itu bukan antropogenik alias bukan disebabkan manusia,” demikian kurleb-nya.

Alih-alih mendapatkan hak-nya dalam menyampaikan pendapat akademik, sang profesor malah ‘didepak’ dari kampus tempatnya bernaung selama ini, karena dinilaii terlalu vocal. (https://wattsupwiththat.com/2021/10/12/peter-ridd-case-academic-freedom-just-died-in-australia/)

Kalopun ada yang berani menentang narasi mainsteam, nasibnya bisa kurleb sama dengan Prof. Ridd. Ya kalo nggak didepak dari kampus, bakal dikasih black-labelling hingga nggak dikasih dana buat mengadakan riset.

Kalo sudah begini, kan repot jadinya.

Nggak heran jika mayoritas ilmuwan, cenderung ‘diam’ dalam menanggapi isu pemanasan global yang ‘katanya’ disebabkan oleh manusia. Jadi bukan karena mereka nggak tahu, tapi cenderung ‘main aman’.

Bukankah begitu, Juan Fernadez?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


3 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Minyak dan turunannya kan produk ndoro besar.. kalau pindah ke zero carbon bukannya merugikan diri mereka sendiri ya?

    1. pertanyaan bagus, tapi sayang pernah ada pertanyaan serupa beberapa tahun yang lalu.
      pada dasarnya nggak ada ceritanya bandar togel rugi, karena itu nggak akan mungkin terjadi.

      silakan anda baca ulasan saya tentang rencana konversi energi sang Ndoro besar:
      https://ndaruanugerah.com/saat-konversi-jadi-keharusan/
      https://ndaruanugerah.com/kisah-para-eugenik-bagian-1/
      https://ndaruanugerah.com/menyoal-nol-karbon-bagian-1/
      https://ndaruanugerah.com/menyoal-nol-karbon-bagian-2/
      https://ndaruanugerah.com/menyoal-nol-karbon-bagian-3/

      semoga anda tercerahkan.

      salam demokrasi!!

      1. Terimakasih balasannya mas. Maaf baru balas, karena sekarang tidak ada display recent comments jadi nggak aware setelah nulis comment untuk cek balasan.
        Usul saya, Recent Comments dipajang lagi mas, pasti bermanfaat buat pembaca setia.

        Oya mas, agak OOT nih, Mau tanya begini. Sistem ekonomi dan keuangan saat ini kan mereka yang ciptakan juga. Tapi kenapa mereka mau rombak semua lagi dengan sistem yang baru. Saya pernah baca beberapa artikel, sistem ekonomi saat ini sudah diambang kehancuran/Economic bubble, dan itu membahayakan para inisiatornya juga (Ndoro besar).

        Nah tapi saya belum paham betul bagaimana itu terjadi. Jika berkenan mohon diulas mas, kenapa dan bagaimana. Means bahwa mereka mau me reset semuanya, pun karena sistem lama mengancam eksistensi, dominasi dan daya kontrol mereka.

        Terimakasih banyak sebelumnya mas

error: Content is protected !!