Vaksin Karbitan Siap Edar


518

Vaksin Karbitan Siap Edar

Oleh: Ndaru Anugerah

Skenario Big Pharma akan vaksinasi global, boleh dibilang babak belur dengan hadirnya vaksin buatan Rusia dan China sebagai kompetitor mereka. Masalahnya, proyek besar ini nggak boleh gagal skenario-nya akibat adanya kompetitor potensial tersebut.

Padahal Operation Warp Speed sudah digelar, toh nggak bisa mempercepat otorisasi atas vaksin si Kopit. Akibatnya, AS terpaksa mengeluarkan daftar hitam pada menyasar vaksin Rusia dan China. Intinya, negara manapun yang beli vaksin si Kopit dari kedua negara tersebut, akan kena sanksi keras dari AS. (baca disini)

Nggak cukup sampai disana, Stephen Hahn selaku kepala FDA baru-baru ini buat pernyataan kontroversial, “Kami siap mengotorisasi vaksin (Big Pharma) sebelum uji klinis fase ketiga selesai dilakukan.” (https://www.ft.com/content/f8ecf7b5-f8d2-4726-ba3f-233b8497b91a)

Gimana mungkin uji klinisnya belum rampung, kok bisa-bisanya diberikan ijin untuk dipakai?

Kami percaya bahwa vaksin yang telah dikembangkan akan membawa manfaat lebih besar daripada risikonya pada situasi darurat,” tambah Stephen Hahn. Pada tataran teknis, Big Pharma selaku pembuat vaksin tinggal mengajukan persetujuan (otorisasi), dan FDA akan otomatis menyetujuinya.

Apa itu FDA, saya pernah bahas dengan tuntas. (baca disini)

Jadi, saat Stephen Hahn mengeluarkan pernyataan tersebut, tentu tidaklah mengherankan, mengingat FDA adalah jongos dari Big Pharma.

Padahal, keamanan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat vaksin. Tapi bagi Big Pharma, persetan dengan keamanan, mengingat tujuan utamanya memang bukan itu, tapi keuntungan semata.

Memang berapa margin keuntungan yang didapat dari hasil penjualan vaksin si Kopit? Di AS saja, diperkirakan mencapai USD 150 milyar. Warbiyasah. (https://khn.org/news/analysis-how-a-covid-19-vaccine-could-cost-americans-dearly/)

Coba bayangkan jika vaksin tersebut sukses dijual di seluruh dunia dengan promosi masif dari media mainstream. “Vaksin Big Pharma telah sukses mengatasi pandemi si Kopit,” begitu kurleb isi promosinya. Kira-kira negara mana yang akan berani menolaknya?

Belum lagi secara finansial, Pfizer selaku bagian Big Pharma (yang tengah mengembangkan vaksin si Kopit), kini tengah mengalami masalah ekonomi serius sehingga terpaksa didepak dari bursa saham Dow Jones. Jelas mereka butuh dana segar untuk menggerakkan perusahaan yang didapat dari jualan vaksin si Kopit. (https://www.barrons.com/articles/pfizer-stock-dow-2020-comeback-51576972241)

Lantas, apakah vaksin yang akan diotorisasi FDA terbilang aman?

Sudah rahasia umum bila vaksin terkadang lebih berbahaya ketimbang virus yang hendak diberantas, mengingat vaksin mengandung merkuri, aluminium, formaldehida, fenoksiethanol dan zat berbahaya lainnya, yang mampu melemahkan dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Pakar vaksin terkenal, Dr. Viera Schiebner menegaskan, “Tidak ada bukti bahwa vaksin dapat mencegah penyakit apapun.” (https://www.researchgate.net/publication/9033961_Public_Opponents_of_Vaccination_A_case_study)

Sebaliknya, banyak sekali bukti mengungkapkan tentang efek samping yang serius yang diakibatkan oleh vaksin. Dalam bukunya ‘Vaccination 100 years of orthodox research”, Dr. Schiebner malah mengatakan bahwa pada dasarnya vaksin adalah senjata biologis.

“Karena mereka merusak organ dalam dan membuat anak-anak dan juga orang dewasa rentan terhadap penyakit autoimun yang parah, termasuk diabetes, arthritis, hepatitis, osteoporosis, hingga polio. Bahkan dalam banyak kasus dapat menyebabkan cacat permanen hingga kematian,” ungkap buku tersebut.

Peneliti senior di Massachusetts Institute of Technology, Dr. Stephanie Seneff juga mengungkapkan bahaya vaksin. “Menurut proyeksi pada tahun 2025 nanti, autisme akan mempengaruhi setengah dari anak yang telah menerima vaksinasi.” (https://www.psychologytoday.com/gb/blog/inspectrum/201409/autism-apocalypse-2025)

Dr. Mae Wan Ho selaku peneliti epigenetic mengungkapkan bahwa vaksin itu berbahaya, terutama vaksin dari virus hidup yang dilemahkan atau vaksin asam nukleat dari rekombiann baru. “Vaksin berpotensi menghasilkan virus ganas selain menyebabkan penyakit autoimun,” ungkap Dr. Wan Ho. (https://www.researchgate.net/publication/47556137_Mae-Wan_Ho_PhD_Pursuing_the_Science_of_Global_Coherence)

Belum lagi bukti yang menyatakan bahwa selama bertahun-tahun tidak ada satu vaksin virus Corona yang berhasil dikembangkan di dunia, terutama di negara Barat.

Lumrah jika kemudian banyak pakar kesehatan masyarakat di dunia memperingatkan bahaya vaksin tersebut bila tersedia, kerena faktor keamanan yang nggak bisa dijamin. (https://mfame.guru/fda-to-bypass-federal-approval-for-emergency-authorization-of-covid19-vaccines/)

Lalu, solusi apa jika nggak pakai vaksin?

Kan sudah berulang kali para pakar kesehatan dunia menyebutkan, bahwa hydroxychloroquine yang dikombinasikan dengan azitromisin atau doksisiklin dan zinc adalah obat yang murah, aman dan efektif dalam menyembuhkan si Kopit, terutama dalam tahap awal infeksi. (https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04370782)

Banyak dokter yang telah menggunakan protokol ini menekankan keefektifannya. Itu sebab vaksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia sebaiknya dihindari untuk digunakan alias nggak diperlukan. (baca disini, disini, disini, dan disini)

Kalopun dipaksa untuk menggunakan vaksin, Sputnik V yang dibuat oleh Rusia, jelas lebih aman ketimbang vaksin Big Pharma, mengingat vaksin tersebut telah diteliti dan dikembangkan selama kurleb 20 tahun. (https://www.aljazeera.com/news/2020/08/sputnik-russia-coronavirus-vaccine-200813070859021.html)

Saran saya, kalo anda menderita gejala si Kopit (atau dinyatakan positif lewat test Swab), segera obati dengan hydroxychloroquine yang dikombinasikan dengan azitromisin atau doksisiklin dan zinc. Aman, efektif dan murmer, sehingga nggak membahayakan kesehatan anda.

Namanya juga saran, itupun kalo anda mau dengar. Kecuali jika anda penggila vaksin, sehingga punya prinsip: “Kalo nggak divaksin, kurang afdol,” itu lain lagi ceritanya.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!