Ketika Big Oil Tumbang


515

Ketika Big Oil Tumbang

Oleh: Ndaru Anugerah

Siapa yang nggak kenal ExxonMobil?

Kalo anda kenal nama-nama seperti: Royal Dutch Shell, BP, Conoco hingga Chevron, pasti anda nggak akan asing pada nama ExxonMobil.

Tepat sekali. Perusahaan ini merupakan salah satu bagian dari Big Oil yang merupakan kelompok sangat berpengaruh dalam menyetir kebijakan yang dihasilkan Washington dan dikendalikan oleh elite global. (http://priceofoil.org/fossil-fuel-industry-influence-in-the-u-s/)

Itu perusahaan-perusahaan sangat kuat. Nggak akan bangkrut tujuh turunan kata orang.

Setidaknya, kalo anda bilang setahun yang lalu bahwa perusahaan sekelas ExxonMobil akan bangkrut, yang ada anda akan otomatis ditertawakan orang karena dianggap tidak waras.

Nyatanya kini, ExxonMobil yang perkasa tersebut, kini ditendang keluar dari Bursa Saham Dow Jones yang sangat berpengaruh tersebut.

“Hari terakhir di bulan Agustus, menandai hari pertama perdagangan untuk Dow baru yang dikonfigurasi ulang,” ungkap Washington Post. (https://www.washingtonpost.com/business/2020/08/31/us-stocks-wrap-up-monster-month-with-sp-500-posting-its-best-august-more-than-30-years/)

Dalam laporan Washington Post tersebut, ada 3 perusahaan raksasa yang di-kick out dari bursa saham Dow Jones, yaitu Pfizer, Raytheon Technologies dan ExxonMobil.

Sekedar informasi, bahwa ExxonMobil merupakan perusahaan raksasa tertua pada Indeks Industri Dow Jones, sejak bergabung pada 1928. Jadi usianya kurleb sudah hampir mencapai satu abad (92 tahun tepatnya).

Jadi bisa dibayangkan, gimana malu-nya ExxonMobil terhadap aksi kick-out yang dilakukan bursa saham Dow Jones.

“Ini merupakan penghinaan tersendiri bagi Exxon karena dinilai telah merugikan para pemegang sahamnya,” kutip sebuah situs web investor bonafide. (https://seekingalpha.com/article/4371138-exxon-mobil-dow-removal-insult-provides-catalyst)

Ini nggak berlebihan, mengingat ExxonMobil merupakan saham blue-chip klasik nan ikonik di bursa saham Dow Jones. Jadi kalo investor mau aman taruh uangnya, tinggal beli saham ExxonMobil saja, karena nilainya kecil kemungkinan untuk merugi. (https://www.npr.org/2020/08/25/905818004/exxon-mobil-exits-the-dow-drops-its-oldest-member)

“Apakah benar pandemi si Kopit yang menyebabkan ExxonMobil kemudian ambruk, bang?” tanya seseorang.

Nggak juga.

Motley Fool mencatat bahwa ambruknya ExxonMobil sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak lama. “Exxon telah kehilangan nilainya sejak 20 tahun terakhir karena kinerjanya yang buruk,” begitu kurleb-nya. (https://www.fool.com/investing/2020/08/28/exxon-removed-from-the-dow-after-nearly-100-years/)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bloomberg Wire, “Saham Exxon sebenarnya sudah jatuh sejak empat hingga enam tahun yang lalu sebelum krisis di tahun 2020 ini.” (https://www.dallasnews.com/business/energy/2020/08/24/dow-boots-exxon-mobil-from-blue-chip-club-in-stunning-out-with-energy-and-in-with-cloud-shake-up/)

Artinya apa? Nama besar ExxonMobil selama ini nggak lebih hanya pencitraan yang kerap didengungkan-dengungkan elite global. Faktanya, perusahaan tersebut kropos didalamnya.

Saat semua perusahaan penyuplai energi beralih pada tenaga surya, angin, panas bumi hingga Tesla, ExxonMobil masih tetap bertahan pada pakem yang sama.

Padahal investor sudah mulai meninggalkan perusahaan-perusahaan energi yang memakai sumber energi berbahan fosil karena dianggap nggak ramah lingkungan dan memicu perubahan iklim. ExxonMobil salah satu yang ditinggal oleh investor.

Hasilnya bisa ditebak.

Lantas apa yang bisa disimpulkan dari ambruknya ExxonMobil?

Bahwa kalo sekelas raksasa ekonomi saja bisa ambruk, lha gimana dengan perusahaan raksasa lainnya? Lalu, apakah ambruknya ExxonMobil nggak akan membawa efek domino bagi perekonomian global, termasuk di negeri berflower yang tak kunjung usai menangani si Kopit?

Beberapa orang bahkan berspekulasi bahwa ini adalah tonggak penting atas kehancuran Big Oil yang sudah melegenda tersebut. Mungkin-mungkin saja.

Namun satu yang pasti, bahwa elite global sangat mengetahui senjakala mereka telah ada dipelupuk mata. Makanya mereka menjadikan menciptakan pandemi abal-abal ini untuk melakukan gerakan besar secara global guna menyiasati kejatuhannya.

Apakah rencana besar itu?

Pada lain tulisan saya akan mengulasnya.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!