Strategi Marketing


511

Strategi Marketing

Oleh: Ndaru Anugerah

Awalnya Kemenkes Wakanda berencana menargetkan vaksin Kopit bagi 107 juta penduduk yang berada dalam rentang usia 18-59 tahun. Dari angka tersebut, hanya 30% yang akan mendapatkan vaksin subsidi dan 70% sisanya dapat melakukan vaksin secara mandiri alias berbayar. (https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/13/110200165/alasan-vaksin-covid-19-seharusnya-gratis-untuk-semua-tidak-dikomersilkan?page=all)

Menanggapi skenario tersebut, banyak pihak kebingungan. “Kok vaksin di bisnisin bukan malah dikasih gratis, sih?” kurleb-nya demikian.

Kebingungan tersebut nggak mengada-ada, sebab banyak negara yang berencana ikutan program sang Ndoro besar tersebut, dan rata-rata kasih gratis buat vaksinnya. Kenapa Wakanda buat kebijakan yang beda? (https://www.kompas.com/global/read/2020/12/16/141859670/11-negara-ini-gratiskan-vaksin-covid-19-kepada-warganya?page=all)

Setelah timbang-timbang, akhirnya kebijakan direvisi. Semua vaksin bakal diberikan secara gratis. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201216134731-20-582894/jokowi-vaksin-corona-untuk-masyarakat-gratis)

Menanggapi hal ini, masih ada pihak yang mempertanyakan keamanan dari vaksin, hanya pertanyaan yang dilontarkan nggak kritis sifatnya. Pertanyaannya demikian, “Mau nggak presiden jadi orang pertama yang bakal divaksin nantinya?” (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201216091147-20-582736/aa-gym-minta-jokowi-dan-puan-lebih-dulu-disuntik-vaksin-covid)

Ini bukan pertanyaan kritis. Kenapa? Karena banyak sudah kepala negara yang kasih statement bakalan divaksin secara terbuka alias diliput media secara langsung.

Nggak percaya? Saya coba kasih buktinya.

Presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan bahwa dirinya akan divaksin Kopit di depan umum. “Saya akan disuntik secara terbuka agar publik AS tahu bahwa vaksinnya aman,” ungkap Biden. (https://www.usatoday.com/story/news/politics/2020/12/16/mike-pence-joe-biden-both-vaccinated-covid-19-coming-days/3933565001/)

PM Singapura Lee Hsien Loong juga kasih pernyataan yang kurleb sama, bahwa dirinya akan menjadi orang pertama yang akan divaksin Kopit. (https://www.livemint.com/news/world/singapore-approves-pfizer-covid-vaccine-to-give-it-free-pm-lee-hsien-loong-11607937706794.html)

Bahkan PM Boris Johnson, walaupun bukan orang pertama yang akan divaksin karena ada di antrean ke delapan, juga kasih statement bahwa dirinya akan divaksin secara terbuka dan akan diliput oleh televisi. (https://www.todayonline.com/world/uk-pm-johnson-might-take-covid-shot-tv-wont-jump-queue-press-secretary)

Jadi tantangan untuk presiden sebagai orang pertama yang bakal divaksin Kopit, jelas bukan pertanyaan kritis dan sudah pasti bakal dijawab dengan nada meyakinkan, “Saya bersedia untuk disuntik pertama kali dan disaksikan publik.” (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5294756/pb-idi-kalau-jokowi-siap-disuntik-vaksin-corona-pertama-kami-juga-bersedia)

Aliasnya, mayoritas kepala negara yang ikutan program vaksinasi global milik Ndoro besar bakalan kasih konfirmasi kesediaannya sebagai pihak yang bakal divaksin pertama kali dengan pede-nya.

Ini mah strategi marketing, agar orang-orang sukarela mau divaksin. Tentang ini saya pernah ulas sebelumnya. (baca disini)

Bahkan Presiden Perancis, Emmanuel Macron bilang, “Karena program vaksinasi nggak bisa dibuat wajib, maka pemerintahan pakai strategi persuasi dan transparansi.” (https://medicalxpress.com/news/2020-12-france-widespread-covid-vaccinations-april-june.html)

Kok nggak bisa dibuat wajib? Kode Nuremberg-lah acuannya. (baca disini)

Masalahnya bukan disitu, mengingat vaksin bakal kasih efek jangka panjang. Jadi pas disuntik, belum kelihatan efeknya. Baru setelah beberapa tahun, bisa dilihat dampak negatifnya. (baca disini dan disini)

Kalo sudah begini, apa ada yang bakal tanggungjawab? Kalo bertanggungjawab, siapa yang mengampu-nya? Terus apa sudah ada payung hukumnya jika terjadi kasus cedera vaksin?

Lha wong di Amrik saja produsen vaksin nggak bisa dituntut secara hukum kalo vaksinnya terbukti membawa dampak kematian sekalipun. Gimana di Wakanda?

(https://www.federalregister.gov/documents/2020/03/17/2020-05484/declaration-under-the-public-readiness-and-emergency-preparedness-act-for-medical-countermeasures)

Ini cukup menjadi tekanan serius. Kenapa?

Saat ini, belum ada satupun kandidat vaksin Kopit yang mendapatkan izin dari BPOM. Sinovac saja, uji klinis tahap 3-nya bakal berakhir pada Mei 2021 mendatang dan laporan interim-nya paling cepat disetor pada awal Januari 2021. (https://republika.co.id/berita/qlfy96318/beda-jokowi-boris-johnson-dan-donald-trump-soal-vaksinasi)

Jadi walaupun vaksin dari Sinovac sudah ada, tidak otomatis bisa dipakai saat ini karena menunggu emergency use authorization (EUA) dari lembaga berwenang untuk dipakai dalam kondisi darurat.

Kalo pemerintah Wakanda bakal vaksinasi dalam waktu dekat alias akhir tahun, pertanyaannya: vaksin mana yang akan dipakainya?

Sekedar informasi, ada 6 kandidat vaksin yang akan dipakai, yaitu: Bio Farma, Sinopharm, Sinovac, Moderna, AstraZeneca dan Pfizer/BioNTech. (https://nasional.tempo.co/read/1415000/jokowi-saya-yang-akan-divaksin-covid-19-pertama-kali)

Iya kalo dapat 3 yang pertama, lha kalo dapat 3 yang terakhir? (baca disini dan disini)

Selanjutnya, setelah divaksin apakah pemerintah Wakanda bisa kasih kepastian kalo vaksinnya efektif. Gampangnya, setelah divaksin, harusnya kehidupan otomatis normal lagi donk? Kalo masih sama saja setelah divaksin alias masih pakai prokes, ngapain juga repot-repot divaksin?

Bukankah ini langkah blunder? (baca disini dan disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!