Liburan Tinggal Kenangan


517

Liburan Tinggal Kenangan

Oleh: Ndaru Anugerah

Suasana pandemi berkepanjangan, jelas buat orang jenuh dan stress. Untuk menghilangkan suasana tersebut, orang jelas butuh hiburan. Nah momen akhir tahun di rasa sebagai waktu yang tepat untuk melepas penat buat banyak keluarga di Wakanda.

Singkat cerita, rencana liburan akhir tahun mulai dirancang. Hotel mulai direservasi dan tiket perjalanan mulai dipesan. Tempat-tempat wisata di daerah mulai menunjukkan secercah harapan dengan adanya agenda liburan akhir tahun tersebut.

Eh, nggak hujan nggak angin, menjelang tengah Desember muncul kebijakan kontroversial. “Terhitung Jumat 18 Desember 2020, semua orang yang hendak berwisata ke Bali, wajib ikut test Rapid antigen dan test PCR hari H minus 2 menjelang keberangkatan,” begitu kurleb-nya. (https://kabar24.bisnis.com/read/20201215/15/1330990/perintah-luhut-wisatawan-ke-bali-wajib-pcr-dan-rapid-antigen)

Dengan adanya kebijakan tahu bulat tersebut, sontak buat warga Wakanda ketar-ketir.

Pertama akan ada extra biaya yang bakal dikeluarkan untuk mengikuti test tersebut. Untuk test PCR tiap orang bakal dipatok Rp 800 ribu, sedangkan test rapid antigen bakal kena charge Rp 200 ribu. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20201217192002-4-209907/biaya-tes-covid-di-soetta-pcr-rp800-ribu-antigen-rp200-ribu)

Artinya akan ada biaya tambahan yang nggak sedikit untuk bisa ikut test tersebut. Dengan kondisi ekonomi sudah empot-empotan, ini jelas merugikan calon peserta liburan akhir tahun. Duitnya darimana?

Yang kedua, rencana liburan adalah melepas penat dan stress. Dengan adanya test tersebut, kalo hasilnya negatif atau non-reaktif itu nggak masalah. Nah kalo hasil test-nya positif atau reaktif, apa nggak konyol? Alih-alih liburan, eh malah disuruh karantina.

Dan kemungkinan ini sangat besar, mengingat alat test sekelas PCR bukan standar emas untuk mengukur si Kopit. (baca disini dan disini)

Singkatnya, daripada konyol mendingan batalin liburan. Titik.

Berdasarkan kebijakan sepihak tersebut, hotel dan restoran di Bali langsung kena dampaknya. “Ada beberapa grup yang resmi membatalkan perjalanannya ke Bali usai mendengar kabar tersebut,” ungkap sumber resmi. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20201215155133-4-209284/ada-luhut-effect-orang-ramai-ramai-cancel-liburan-ke-bali)

Belum selesai satu kebijakan, nongol kebijakan yang lain.

Pada media mainstream muncul judul berita yang kontroversial. “Keluar masuk Jekardah mulai 18 Desember, Wajib Tes Antigen.” (https://www.cnbcindonesia.com/news/20201217124021-4-209746/keluar-masuk-jakarta-mulai-18-desember-wajib-tes-antigen)

Baca headline kek gitu, siapa yang nggak ketar-ketir? Apalagi netizen Wakanda yang terkenal misqueen literasi. Baca judul, langsung ambil kesimpulan dan di-share tanpa tahu duduk masalahnya dengan jelas.

Nyatanya, kebijakan tersebut punya 2 hal penting menyangkut orang yang akan dikenakan test rapid antigen.

Pertama bagi orang yang menggunakan angkutan umum, dan kedua titik tekannya adalah di bandar udara.

Jadi kalo anda bepergian dari dan ke Jekardah pakai kendaraan pribadi, ya anda nggak disuruh test rapid antigen. Atau misalkan anda bepergian naik bis, anda juga nggak disuruh test rapid antigen. (https://maritim.go.id/antisipasi-lonjakan-jumlah-penderita-covid-19-pemerintah-larang-kerumunan/)

Tapi yang model begini mana berlaku bagi warga Wakanda yang terkenal malas membaca?

Dengan munculnya kebijakan tambahan yang berlaku di Jekardah, makin menciutkan warga untuk ambil momen liburan akhir tahun.

Nggak usah jauh-jauh ke Bali deh. Yogyakarta juga langsung kena imbas-nya. Banyak calon wisatawan domestik yang langsung membatalkan rencana kunjungan ke Kota Gudeg tersebut.

“Terjadi penurunan jumlah wisatawan dari semula 60% kini hanya 42%,” ungkap sumber berwenang. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20201217114204-4-209729/luhut-effect-ngeri-orang-tak-cuma-cancel-ke-bali-jogja-juga)

Ya jelas aja. Untuk mencapai Yogyakarta dari Jekardah kan bakalan lewat Jateng. Nah di Jateng, ada beberapa titik yang justru melakukan pengetatan PSBB. Akibatnya orang bakalan di test rapid di rest area yang dijaga ketat oleh petugas.

Walhasil rencana liburan tinggal cerita. Dan berapa banyak orang yang tadinya sempat berharap bakal mendapat ‘rejeki’ dari wisatawan, terpaksa mengubur kembali harapan tersebut.

Kenapa pemerintah Wakanda demikian represif kali ini?

Karena akan ada rencana vaksinasi global milik sang Ndoro besar. Untuk itu orang nggak boleh berkerumun. Masa mau divaksin kok orang dibiarkan bebas liburan?

Dengan adanya pembatasan, diharapkan orang punya kesadaran untuk membatalkan rencana liburannya dan otomatis angka kerumunan bisa ditekan.

Jadi ini program nggak boleh gagal.

Kalo seorang RS aja bisa ditahan gegara buat kerumunan, lha gimana cuma anda?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!