Merancang Masa Depan di Bali


522

Merancang Masa Depan di Bali

Oleh: Ndaru Anugerah

Sebuah misil meledak di Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina, tepat dimulainya pertemuan para pemimpin G20 yang berlangsung di Bali. (https://www.cnn.com/2022/11/15/europe/poland-missile-rocket-nato-przewodow-ukraine-intl/index.html)

Sontak publik dunia terpecah konsentrasinya, utamanya bagi kedua pendukung baik Rusia dan juga Ukraina. Misil siapa yang ‘ditembakkan’ ke wilayah Polandia, milik Ukraina ataukah milik Rusia?

Singkatnya, ledakan tersebut sukses mengalihkan perhatian publik dunia. Sehingga apa yang terjadi di Bali, justru nggak mendapat perhatian yang berarti.

Nggak percaya?

Coba tanya orang di sekeliling anda: apakah mereka tahu konsensus apa yang dihasilkan oleh para pemimpin G20 di Bali? Tentu saja, jawabannya tidak.

Tapi kalo bahas soal ledakan misil di Polandia, mereka bakalan buka suara rame-rame, baik yang pro Rusia ataupun yang pro Ukraina.

Belum lagi ‘drama’ tidak hadirnya Putin pada gelaran tersebut. Pesan yang ingin disampaikan adalah poros perlawanan tetap konsisten dalam rencananya menentang para globalis alias sang Ndoro besar.

“Ketidakhadiran Putin menandakan bahwa Rusia akan menentang WEF dan kroni-kroninya,” begitu kurleb narasinya. (https://www.cnn.com/2022/11/09/asia/putin-g20-bali-intl-hnk/index.html)

Pertanyaannya: kalo kemudian Rusia adalah poros perlawanan, ngapain juga ikutan forum dimana ‘musuh sejati-nya’ bercokol disana? Dimana logikanya kaum sengklek ini?

Oke, kita lanjut.

Memangnya apa yang dihasilkan oleh pemimpin G20 di Bali?

Ada janji yang berisi sejumlah komitmen, dimana semua anggota bersepaham. Mulai dari memperkenalkan mata uang digital yang terprogram, promosi sumber energi terbarukan, hingga penggunaan paspor vaksin digital yang akan terkoneksi secara global. (https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/11/16/g20-bali-leaders-declaration/)

Mari kita lihat lebih dekat apa saja kesepakatan yang telah dicapai secara bersama, di bawah ‘pengawasan’ Prof. Klaus Schwab sebagai punggawa WEF. (https://katyusha.org/vojna/pod-prismotrom-klausa-shvaba-itogovaya-deklaracziya-g20-podpisana.html)

Tema dari pertemuan G20 adalah ‘Recover Together, Recover Stronger’. Bukankah tema ini merupakan parafrase dari ‘Build Back Better’ yang selama ini dikumandangkan pemerintahan Biden dan juga badan dunia? (https://thewire.in/economy/g20-covid-19-recover-together-bali)

Wajar-lah. Yang namanya plandemi, pasti punya dampak bagi anjloknya ekonomi dunia. Akibatnya tema ‘pemulihan’ mutlak diperlukan. Masa iya kondisi yang lagi anjlok nggak segera dipulihkan?

Masalahnya, tema pemulihan ini dialamatkan pada terbentuknya tatanan dunia baru dengan entry point bertajuk The Great Reset (TGR). Narasinya: akibat rusaknya sendi-sendi kehidupan dunia akibat plandemi, maka dunia butuh tatanan dunia baru yang lebih ‘berkelanjutan’.

Mari kita lihat apa point-point kesepahaman yang telah diteken bersama di Bali, yang tujuan akhirnya adalah tatanan dunia baru tersebut.

Pada sektor pangan dan pertanian, misalnya. Disana dikatakan, “Untuk mengatasi ketahanan pangan akibat melonjaknya harga pupuk global, maka perlunya sistem pangan dunia yang baru yang adaptif terhadap perubahan iklim.”

Ditambahkan lagi, “Perlunya diversifikasi sumber pangan dengan cara mendukung teknologi inovatif digital pada sistem pertanian dan pangan guna mendongkrak produktivitas yang berkelanjutan.”

Kalo dirangkaikan, maka akibat perubahan iklim, sistem pangan baru yang akan dikembangkan dengan menerapkan teknologi inovatif digital adalah dengan cara mengembangkan pertanian di laboratorium.

Selain itu, diversifikasi sumber pangan yang akan diterapkan nggak lain makanan sintetis yang nggak perlu peternakan alias dikembangkan di lab selain sumber makanan yang berasal dari serangga.

Bagaimana dengan sektor energi?

Dikatakan, “Guna mencapai net zero carbon, maka akan dikembangkan energi hijau yang bebas gas rumah kaca (GRK), selain pengurangan secara bertahap penggunaan bahan bakar fosil.”

Jadi, kalo anda punya harapan krisis energi akan segera berakhir, artinya anda sedang halu tingkat dewa. Itu nggak akan mungkin terjadi.

Sektor kesehatan juga menghasilkan komitmen yang sama, dimana kesiapsiagaan plandemi global, dengan WHO sebagai pemegang kendali yang akan menentukan status plandemi di masa depan tanpa butuh persetujuan negara anggota.

Bahasa yang dipakai ‘tata kelola kesehatan global’ yang tentu saja punya kekuatan hukum mengikat.

Pada sektor teknologi digital, kesepakatan yang dicapai adalah terbentuknya konektivitas digital yang aman dan terjamin yang tujuan utamanya untuk memerangi kampanye disinforrmasi dan ancaman dunia maya.

Implikasinya, semua transaksi digital akan diawasi secara ketat. Alih-alih memerangi kampanye disinformasi pada dunia maya, maka siapapun yang dianggap ‘meresahkan’, akan otomatis berhadapan dengan hukum. Dan ini akan terkoneksi dengan sistem kredit sosial. (baca disini)

Lalu, bagaimana nasib dollar?

Dollar akan ditinggal cepat atau lambat, karena anggota G20 bersepakat untuk menerapkan mata uang digital yang akan dirilis jaringan bank sentral global (Bank for International Settlements).

Dan yang terakhir, dalam waktu dekat akan diterapkan standar teknis dan metode verifikasi bersama dalam menjembatani perjalanan internasional.

Pada tataran teknis, paspor vaksinasi akan diberlakukan, jika anda mau melakukan perjalanan internasional. Kalo misalnya anda belum di-booster, jangan harap anda bisa bepergian lintas batas antar negara. Percayalah!

Masih banyak klausul bersama lainnya. Silakan anda baca-baca sendiri pada link yang telah saya berikan. (https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/11/16/g20-bali-leaders-declaration/)

Intinya, semua negara, nggak terkecuali Rusia dan China (plus anggota BRICS), yang selama ini dianggap poros perlawanan, juga ikutan menandatangani kesepakatan tersebut. (https://twitter.com/BernieSpofforth/status/1593158578071736320)

Putin boleh nggak hadir, tapi toh wakilnya tetap teken juga. Apa anda mau ngeles dengan bilang kalo itu inisiatif Lavrov semata tanpa persetujuan Putin?

Engkong lu kipper piala dunia!

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!