Apa yang Bisa Diharap dari Sang Sultan?


532

Apa yang Bisa Diharap dari Sang Sultan?

Oleh: Ndaru Anugerah

Sebuah bom meledak di bilangan Beyoglu, Istanbul pada medio November silam. Akibatnya 6 orang meninggoy dan 81 lainnya luka-luka. Diantara korban tewas ada juga anak-anak. (https://www.aljazeera.com/news/2022/11/14/deadly-istanbul-bombing-sparks-fear-and-defiance-in-turkey)

Siapa bermain?

Berdasarkan keterangan resmi, pelakunya adalah seorang wanita keturunan Suriah yang bernama Ahlam Albasir. Menurut pengakuan Albasir, dirinya telah dilatiih oleh kelompok PKK (Partai Pekerja Kurdistan) dan juga berafiliasi dengan YPG (Unit Pertahanan Rakyat). (https://www.aljazeera.com/news/2022/11/14/deadly-istanbul-bombing-sparks-fear-and-defiance-in-turkey)

Pihak keamanan setempat mengklaim telah memiliki bukti keterlibatan Albasir pada teror bom tersebut. (https://www.aa.com.tr/en/turkiye/footage-shows-arrival-of-terrorist-at-istanbul-bombing-scene/2739684)

Bahkan Mendagri Turki, Suleiman Soylu mengatakan bahwa dirinya telah memiliki bukti rekaman audio yang mengindikasikan PKK terlibat dalam aksi teror tersebut. (https://www.keeptalkinggreece.com/2022/11/14/istanbul-bomb-arrest-greece/)

Soylu menambahkan bahwa pelaku telah menjalani serangkaian pelatihan teror di wilayah Lavrio, Yunani, yang mayoritas merupakan pengungsi Kurdi. (https://greekcitytimes.com/2022/03/09/turkey-propaganda-kurdish-pkk/)

Apakah PKK ataupun SDF (Pasukan Demokratik Suriah) yang mayoritas merupakan pejuang YPG, melakukan aksi tersebut?

Nyatanya mereka membantah keterlibatannya pada aksi bom tersebut.

Kejadian ini bukan yang pertama kalinya, karena di 2016 silam, bom bunuh diri juga pernah terjadi di wilayah yang sama dan sukses menewaskan 4 orang. Pelakunya adalah kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. (https://www.france24.com/en/20160319-deadly-suicide-bombing-hits-istanbul-shopping-street-Istiklal)

Asal tahu saja, bahwa PKK telah beberapa kali melakukan serangan teror ke wilayah Turki dan telah menewaskan puluhan ribu orang disana. (https://www.bbc.com/news/world-europe-34169988)

Anehnya, sikap Erdogan terhadap gerakan teror dirasa gamang.

Betapa tidak, saat Trump kirim surat kepadanya untuk bersatu dalam melawan ISIS, nyatanya surat tersebut malah dilempar ke tong sampah. Saking kesalnya Trump sampai bilang, “Setiap orang punya antusiasme yang sama dalam menumpas ISIS, kecuali Erdogan.” (https://www.bbc.com/news/world-middle-east-50080737)

Lantas apa implikasi serangan bom tersebut terhadap warga Suriah yang tinggal di Turki?

Belakangan ini, warga Turki sudah punya pandangan negatif terhadap warga Suriah yang bermukim disana, utamanya dalam memperburuk kondisi ekonomi. Dengan adanya teror bom, ini otomatis menambah ketidaksukaan warga Turki terhadap imigran Suriah. (https://www.al-monitor.com/originals/2019/07/turkey-syrian-refugees-scapegoats-economic-troubles.html)

Dan ini punya dampak buruk bagi elektabilitas Erdogan di mata para pendukung setianya, utamanya pada gelaran pemilu yang akan berlangsung pada Juni tahun depan. (https://www.reuters.com/world/middle-east/turkey-pursue-syria-targets-after-iraq-operation-against-kurdish-militants-2022-11-15/)

Belum lagi kondisi ekonomi nasional yang berada di titik terendah dengan status hiperinflasi dan juga devaluasi mata uangnya, jelas ini memperburuk nama baik sang Sultan yang terkenal hobi melakukan political rebranding. (https://www.euronews.com/2022/11/09/everything-is-overheating-why-is-turkeys-economy-in-such-a-mess)

Kembali ke laptop.

Kalo dipikir-pikir, serangan bom ini, mungkin panen yang harus dituai oleh Turki selaku pihak yang gemar mendukung AS dan sekutunya dalam menggelar revolusi warna yang terjadi di seantero jazirah Arab alias Arab Springs sejak 2011 silam.

Sudah rahasia umum jika Erdogan dan partai AKP-nya terkoneksi dengan organisasi global Ikhwanul Muslimin (IM). Dan platform yang diusung IM sealiran dengan Al Qaeda dan juga ISIS yang sama-sama menjalankan praktik Wahhabisme di seluruh dunia. (https://english.alarabiya.net/features/2013/10/14/Turkey-s-relationship-with-the-Muslim-Brotherhood)

Silakan anda baca ulasan saya tentang ini. (baca disini, disini dan disini)

Misalnya, saat perang Suriah berkecamuk, Turki adalah pemasok utama para teroris ke wilayah Suriah atas arahan Langley.

Nggak heran ketika pasukan teror made in Turki berhasil dipukul mundur oleh pasukan Assad, pasukan AS juga-lah yang mengevakuasi mereka dari wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki. (http://www.bbc.co.uk/news/resources/idt-sh/raqqas_dirty_secret)

Kerjasama ini akhirnya dibubarkan saat Trump berkuasa di tahun 2017 silam. Dengan demikian, program CIA dan Pentagon yang dimulai saat kepemimpinan Obama untuk mendukung para jihadis binaan Turki yang berjuang untuk program perubahan rezim di Suriah, bubar sudah. (https://www.nytimes.com/2017/07/19/world/middleeast/cia-arming-syrian-rebels.html)

Ini yang bisa menjelaskan program perubahan rezim nggak lagi berjalan, karena kini anggarannya nggak dikucurkan kembali. Setidaknya saat Trump berkuasa.

Mungkin sadar bahwa nggak ada proyek lagi untuk ngocak-acik Suriah, sang Sultan pun kita tanpa ragu menjilat ludahnya sendiri dengan cara merajut hubungan kembali dengan Suriah. Padahal kita tahu bersama peran Turki dalam memasok pasukan teror ke Suriah selama perang berlangsung. (https://www.reuters.com/world/middle-east/erdogan-wanted-meet-syrias-assad-turkish-media-2022-09-16/)

Apa alasan utamanya?

Pertama karena alasan ekonomi, dan kedua karena alasan keamanan nasional.

Dengan memperbaiki hubungan dengan Suriah, Turki berharap akan ada kebijakan yang diambil Suriah untuk menangani para imigran-nya yang kini banyak berkeliaran di Turki. Imigran inilah yang ditenggarai sebagai faktor pemicu melorotnya ekonomi Turki. (https://www.albawaba.com/opinion/turkey-syria-normalization-what-price-1497268)

Dan soal keamanan, tentu saja yang berkaitan dengan kelompok teror yang selama ini mengganggu Turki. Mereka adalah SDF (Syrian Democratic Force) dan PKK (Kurdistan Worker’s Party) yang mayoritas suku Kurdi.

Saat SDF dan PKK diserang habis-habisan oleh tentara Turki, mereka justru minta bantuan pada pemerintah Assad. (https://atalayar.com/en/content/coordination-between-kurdish-militias-and-syrian-government-forces-cope-new-turkish)

“Setidaknya krisis pengungsi bisa ditanggulangi jika normalisasi hubungan dengan Suriah terealisasi. Jika ini sukses, ini bisa dijadikan ‘barang dagangan’ saat pemilu digelar di tahun depan,” demikian kurleb harapan sang Sultan.

Berhasilkah? Entahlah.

Harusnya sang Sultan mau berkaca, bahwa masalah keamanan yang kini menimpa Turki nggak lepas dari benih ‘wahabbisme’ yang selama ini mereka tabur, secara khusus untuk menggoyang kepemimpinan Assad saat Perang Suriah digelar.

Jika saat ini organisasi teror semisal PKK sukses membuat pusing kepala Sultan, yang salah siapa? Bukankah Bashar Assad kasih tips, “Hati-hati kalo kasih makan monster (Wahhabisme), karena nantinya mereka akan berbalik dan menggigit anda.”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!