Mesin Perang Elite Global (*Bagian 1)


530

Mesin Perang Elite Global (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang membuat destabilisasi negara-negara Arab di Timur Tengah dapat terjadi? Karena adanya mesin perang dalam membelah komunitas Muslim di sana. Antara umat Sunni dan Syiah sengaja dibenturkan dengan mesin perang tersebut.

Apa yang dimaksud mesin perang itu? Wahhabisme-lah, jawabannya.

Sebagai mesin perang, Wahhabisme memang bukanlah tujuan. Hanya mesin untuk berperang saja sifatnya, karena memang ada RENCANA BESAR yang hendak diwujudkan dengan memakai mesin perang tersebut. Tentang rencana besar itu, saya akan bahas pada lain kesempatan.

Apa itu Wahhabisme? Kita perlu sedikit flashback untuk menjawabnya.

Kekaisaran Islam Ottoman di Turki jelas membuat dunia Barat gerah kala itu. Betapa tidak? Wilayah kekaisaran yang mencakup Eropa Tenggara, Asia Barat dan Afrika Utara sejak abad ke-14 tidak memberikan dunia Barat, utamanya Inggris untuk mengembangkan wilayah jajahannya. (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ottoman_Empire)

“Usaha imperialisme jadi nggak jalan dengan model kekaisaran kek gitu,” demikian keluh mereka. Mau ngelawan pakai kekuatan senjata, Ottoman juga bukan lawan kaleng-kaleng. “Bagaimana cara menaklukkannya?”

Singkat kata, Inggris kemudian mengirim mata-mata kelas wahid-nya untuk mempelajari kelemahan utama Kekaisaran Ottoman sekaligus merumuskan cara bagaimana menghancurkan Islam dari dalam. Dan nama mata-mata itu adalah Hempher. (https://www.worldbulletin.net/personage/memoirs-of-mr-hempher-confessions-of-a-british-spy-h127761.html)

Hempher kemudian disusupkan ke Kaisaran Ottoman pada awal 1700-an, setelah mendalami Islam dan bahasa Turki di Inggris. Istambul adalah misi utamanya. Di Istambul, Hempher mendapat bimbingan reliji dari seorang cendekiawan Muslim bernama Sheikh Ahmed.

Dari misi di Istambul, Hempher kemudian ditempatkan di Basra, Irak. Ada apa di Basra? Basra adalah kota dimana Muslim Sunni dan Syiah hidup berdampingan dengan damai.

Kerajaan Inggris berpikir, jika Basra bisa diporak-porandakan oleh mata-matanya, maka rencana penghancuran Islam dari dalam akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, Basra adalah pilot project milik kerajaan Inggris untuk membelah Islam.

Hempher yang telah merinci titik-titik lemah dunia Islam, sangat paham bahwa sejatinya ada ketegangan mazhab antara Sunni dan Syiah yang bisa dibangkitkan lewat suatu operasi rahasia dengan memunculkan gerakan baru dalam Islam. Dan operasi itu bernama Wahhabisme.

Dengan operasi rahasia tersebut, maka akan ada upaya penyesatan ke dalam ajaran Islam. Dan tokoh yang cocok di mata Hempher dalam melakukan misi ini adalah Mohammad Ibn Abdul Wahhab (MAW), yang bukan saja serakah tapi juga sosok yang ambisius akan kekuasaan. (https://www.worldbulletin.net/personage/memoirs-of-mr-hempher-confessions-of-a-british-spy-h127761.html)

Wahhabisme pada dasarnya adalah gerakan pemurnian Islam Sunni yang didirikan oleh MAW yang mendapat sokongan dari Kerajaan Inggris. Agar gerakannya kuat, maka Kerajaan Inggris meminta dukungan Muhammad Ibn Saud, emir dari Al-Diriyah selaku penguasa Saudi di tahun 1744.

Lalu apa imbalan yang didapat untuk Saudi dari Kerajaan Inggris? Perlindungan dari serangan Kekaisaran Ottoman dan juga janji untuk menyokong keturunan Ibn Saud sebagai penguasa tunggal, kelak negara Saudi Arabia terbentuk.

Saat Riyadh diserang oleh Sultan Utsmaniyah di tahun 1818, Inggris kasih dukungan. Akibatnya, Al Saud kembali berkuasa di Riyadh pada tahun 1823. Inggris juga yang membantu Al Saud mendirikan basis protektoratnya di Kuwait, yang waktu itu diperintah oleh dinasti pro-Ottoman bernama Al Rashid.

Dan Inggris jugalah yang pertama kali mengakui Arab Saudi sebagai negara merdeka di tahun 1932. Dengan kata lain, Inggris adalah sekutu utama Saudi untuk mengusung proyek Wahhabisme. (http://markcurtis.info/2016/11/02/how-britain-carved-up-the-middle-east-and-helped-create-saudi-arabia/)

Inti ajaran Wahhabi adalah pemurnian Islam. Para pemimpin gerakan tersebut akan membuat orang-orang hidup dalam ketakutan dengan dalil-dalil yang diambil dari kitab suci, sehingga mereka jadi berpikir irasional dan pasrah pada akhirnya. (https://theconversation.com/explainer-what-is-wahhabism-in-saudi-arabia-36693)

Bukankah orang yang pasrah akan mudah disetir?

Kritik juga sangat diharamkan dalam gerakan ini, alih-alih spirit back to Qur’an. Ini diperlukan agar upaya imperialisme yang dilakukan Inggris, kelak nggak mendapat perlawanan yang berarti. Kan kritik bersifat haram, mana ada yang berani melakukannya?

Selain itu, gerakan Wahhabisme mengejar gaya hidup Islam mula-mula, yang hanya bisa ditemukan pada budaya Arab. Jadi jangan heran kalo penganut gerakan Wahhabisme akan gagal membedakan antara agama dan budaya. Bagi mereka, budaya Arab sama saja dengan ajaran Islam.

Singkatnya, Wahhabisme mencegah dan menggagalkan perkembangan alami Islam yang egaliter dengan mengusung permusuhan sebagai dasar ajarannya.

Sejak awal penyebaran Wahhabisme, satu per satu negara di Timur Tengah hancur karena ketidaktahuan, dan semangat fanatisme sempit. Ini bisa terjadi karena spirit pertentangan antar mazhab, memang sengaja diperuncing oleh Wahhabisme.

Antara Sunni dengan Syiah dan antara Sunni dengan Sunni. Semua dengan spirit yang sama: PURIFIKASI.

Saat kawasan Timur Tengah hancur lebur karena perang antar mazhab, siapa pihak yang diuntungkan? Ya jelas saja pihak yang memelihara ‘mesin perang’ tadi.

Di beberapa negara yang kini porak poranda akibat konflik, beberapa elemen masyarakatnya mulai sadar (walaupun terlambat) bahwa Wahhabisme tidak melayani Tuhan, tetapi justru membantu kepentingan dan keserakahan Barat. “Proyek Barat rasa Muslim” istilahnya.

Bagaimana ‘proyek rahasia’ ini dikembangkan hingga kini? Saya akan ulas pada bagian kedua nanti.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!