Mengembangkan Mesin Perang


519

Mengembangkan Mesin Perang

Oleh: Ndaru Anugerah

Lebih dari 2 abad, Wahhabisme telah menjadi agama dominan di Arab Saudi. Wahhabisme merupakan Islam garis keras yang menuntut penafsiran Alquran secara literal. Kaum Wahhabi percaya bahwa semua yang tidak mempraktikkan ajaran Islam secara benar, dianggap kafir. Dari sinilah asal muasal gerakan takfiri. (https://www.counterextremism.com/content/takfir)

Ledakan Wahhabisme dimulai saat 1970an, ketika badan amal Saudi mulai mendanai madrasahmadrasah yang berafiliasi dengan Wahhabi dan juga masjid-masjid dari mulai Islamabad hingga ke seluruh penjuru dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Wahhabisme)

Lalu, bagaimana mesin perang tersebut dikembangkan?

Kurikulum agama di Saudi mengajarkan bahwa pada dasarnya terdapat 2 jenis manusia. Yang pertama Wahhabi, yang dianggap sebagai pemenang, yang terpilih, yang akan masuk surga. Dan satunya lagi adalah Muslim (mazhab lainnya), Kristen, Yahudi dan agama lainnya. (https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/saudi/analyses/wahhabism.html)

Bagi Wahhabi, umat diluar mereka adalah kafir karena mengingkari Tuhan dengan menyekutukannya. Alhasil bagi Wahhabi, mereka yang kafir layak untuk dibenci, dianiaya atau bahkan dibunuh.

Pada buku-buku pelajaran siswa kelas IX misalnya, ada pernyataan Nabi Muhammad yang tertuang dalam hadits, yang berbicara tentang kemenangan umat Islam atas Yahudi. Dikatakan dalam buku tersebut:

“Hari penghakiman tidak akan tiba sampai orang-orang Muslim memerangi orang-orang Yahudi, dan orang-orang Muslim akan membunuh orang-orang Yahudi sampai orang-orang Yahudi bersembunyi dibalik pohon atau batu. Kemudian pohon dan batu itu akan berkata, ‘Oh Muslim, oh hamba Tuhan, ini ada seorang Yahudi di belakangku. Datang dan bunuh dia’. Kecuali satu jenis pohon, yaitu pohon Yahudi, yang tidak akan mengatakan hal tersebut.”

Dan ini merupakan salah satu materi pelajaran agama bagi anak laki-laki berusia 14 tahun di Arab Saudi. Bisa dibayangkan, kan? (https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/saudi/etc/textbooks.html)

Dr. Mai Yamani seorang antropolog yang mempelajari masyarakat Saudi punya pandangan yang sama tentang Wahhabisme. “Kaum Wahhabi menganggap diri mereka jauh lebih murni karena lebih fundamentalis, dan jauh lebih konservatif. Sifat fundamentalis inilah yang menyebabkan mereka mudah dimanipulasi untuk menjadi kasar dan menjadi seorang ekstrimis.” (https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/saudi/interviews/yamani.html)

“Dalam praktiknya, Wahhabisme menggunakan Islam untuk melegitimasi perilaku politik, ekonomi, dan sosial mereka dalam semua aspek kehidupan,” ungkap Dr. Yamani. Dan dari Arab Saudi-lah, paham Wahhabisme ini kemudian disebar ke seluruh pelosok dunia.

Prof. Vali Nasr, seorang pakar ilmu politik dari Universitas San Diego yang memiliki spesialisasi dalam politik ekstemisme Islam, mengatakan bahwa ada kaitan erat antara fundamentalisme Taliban dan fundamentalisme Wahhabi. (https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/saudi/interviews/nasr.html)

Bagi Taliban, konsep sekolah Deobandi yang sangat menonjol di Afghanistan dan juga di berbagai wilayah Pakistan, sudah sejak lama mengadopsi sistem pengajaran ala Wahhabi.

Jangan aneh jika misalnya kaum Taliban kemudian menghancurkan patung-patung Budha dan artefak lainnya di Afghanistan, karena sesuai dengan dokrin Wahhabi yang mereka anut.

“Wahhabi tidak percaya pada batu nisan, gambar atau patung karena dipandang sebagai upaya penyekutuan Tuhan,” ungkap Prof. Nasr.

Senada dengan Dr. Yamani, Prof Nasr juga berpendapat bahwa Wahhabisme yang banyak dikembangkan di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman dan Kuwait, telah menumbuhkan semangat ekstremisme dan mengobarkan semangat fundamentalisme.

Tentang kredo Islam yang diajarkan di Arab Saudi, Dr. Maher Hathout selaku Penasihat Senior pada Muslim Public Affair dan Jubir bagi Islamic Center of Southern California, punya pendapat yang lain.

Baginya Arab Saudi telah menjalankan pendekatan yang puritan yang sangat kaku bagi ajaran Islam, sehingga tidak bisa dinamis dalam menjawab tantangan jaman. (https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/saudi/interviews/hathout.html)

“Kalo orang Saudi ditanya, mereka tidak akan mengatakan ‘Kami adalah Wahhabi’. Sebaliknya mereka akan mengatakan bila mereka muslim. Tapi ini jadi blunder manakala mereka menerapkan ajaran Wahhabi pada sekolah-sekolah resmi mereka yang tidak sama dengan ajaran Islam,” ungkap Dr. Hathout.

Menurut Dr. Hathout, orang Arab Saudi sangat percaya bahwa bentuk Islam mereka adalah yang benar-benar asli, sehingga mereka menganggap kaum muslim yang lain telah mempraktikkan ajaran Islam yang keliru.

“Dan mereka percaya bahwa Wahhabisme adalah bentuk Islam yang paling benar. Itu akan tetap selamanya dan tidak akan berubah, sejak 25 tahun kematian Nabi Muhammad hingga kini,” papar Dr. Hathout.

Parahnya, karena upaya mengkritik para pemimpin dianggap ajaran tabu bagi Wahhabisme, maka terjadi situasi kebingungan disini.

“Saya tidak habis pikir, bagaimana Wahhabisme bisa memaafkan para elite Saudi yang datang ke Las Vegas dan bersenang-senang dengan melakukan ini dan itu. Sebaliknya bila mereka melihat seorang wanita mengendarai mobil, mereka pasti sudah ramai bersuara dan menganggapnya sebagai dosa besar,” ujar Dr. Hathout.

Dengan semua paparan yang telah disebutkan di atas, jangan heran bila kelakuan Wahhabisme melahirkan kelompok-kelompok ekstremis dan fundamentalis di seluruh penjuru dunia, dari mulai Al-Qaeda, ISIS hingga Taliban, dan berkembang sangat cepat. Karena memang sudah ada cetak birunya.

Padahal menurut Dr. Hathout, ajaran tersebut bukan saja usang dan nggak relevan terhadap perkembangan jaman, namun juga mampu merusak Islam dari dalam.

Jadi tahu kan, kenapa destabilitasi negara-negara di Timur Tengah bisa terjadi? Ya karena ada mesin perang elite global yang memang sengaja dikembangkan sebagai senjata pemusnah yang murah meriah, namun punya daya hancur yang dahsyat. (baca disini dan disini)

Bagaimana dengan pertumbuhan mesin perang ini di Indonesia?

Pada lain tulisan saya akan membahasnya.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!