Settingan ala Sinetron


516

Settingan ala Sinetron

Oleh: Ndaru Anugerah

Banyak pihak protes kepada saya saat saya mengulas kejanggalan serangan yang dilakukan Hamas pada Israel (dengan nama Operasi Badai Al Aqsa) di Sabtu pagi kemarin, (https://finance.yahoo.com/news/did-israel-u-miss-hamas-205718758.html)

Mayoritas meyakini serangan tersebut terjadi secara tiba-tiba, sehingga Israel keteteran menanggapi pukulan yang diberikan pada mereka tanpa persiapan.

Apa yang mengemuka saat serangan secara masif yang dilancarkan oleh Hamas, nggak lain narasi tentang kegagalan intelijen Israel, Mossad.

Bisa anda bayangkan intelejen yang begitu melegenda bisa ‘kecolongan’ sehingga bisa diserang oleh roket-roket Hamas sampai babak belur. (https://www.abc.net.au/news/2023-10-09/intelligence-failures-in-israel-gives-hamas-advantage/102950032)

Apa benar demikian?

Pengakuan mantan pasukan IDF justru sangat meragukan serangan dadakan tersebut. “Kalo kecoa yang ada di seberang pagar perbatasan saja kita bisa tahu keberadaannya, lalu bagaimana mungkin 400 pasukan Hamas mendekat kita justru tidak mengetahuinya?” (https://twitter.com/Dr_logicaI/status/1710794054953553927)

Luar biasa anehnya.

Keanehan lainnya juga mengemuka.

Seperti yang kita ketahui bahwa kelompok Hamas memiliki moral gerakan yang cukup tinggi. Kalo mereka nggak suka Israel, maka yang mereka lakukan pasti sifatnya heroik. Entah kasih serangan rudal atau menembaki pasukan Israel di perbatasan.

“Kami ini pejuang kebebasan dan bukan teroris,” begitu klaim yang Hamas berikan. (https://spectator.org/hamas-there-is-no-moral-equivalency/)

Nah kalo pasukan Hamas kemudian menculik perempuan muda yang sedang menggelar ‘festival perdamaian’ dan merekam serta meng-upload video yang mereka buat ke dunia maya untuk ditonton orang sedunia, apa nggak aneh? Apa iya pejuang kebebasan mau berbuat demikian? (https://twitter.com/HenMazzig/status/1710719164099318078)

Bagi saya kejanggalan ini perlu diungkap, karena semua ini (terlepas siapa pihak yang sengaja membuat konten provokatif tersebut) pasti bakal sukses memancing amarah publik untuk segera berpihak pada Israel ataupun Hamas tanpa perlu pikir panjang.

Belum lagi kalo kita kulik lebih dalam tentang persenjataan Hamas yang ‘katanya’ didapat dari Ukraina. Jadi AS kasih senjata ke Ukraina, terus Ukraina jual lagi itu senjata ke pejuang Hamas tanpa ketahuan otoritas keamanan AS. Sangat membagongkan. (https://www.msn.com/en-us/news/world/ukraine-accused-of-selling-weapons-to-hamas/ar-AA1hW38R)

Saran saya begini: sebelum anda ambil keputusan, ada baiknya anda cari tahu jawaban semua pertanyaan yang saya ajukan. Itu kalo anda masih punya daya nalar.

Kalo anda (tanpa punya data yang mumpuni) langsung mendukung salah satu pihak, maka secara nggak sadar anda sudah masuk jebakan batman untuk memihak salah satu kelompok yang bertikai.

Padahal kalo anda pakai nalar anda, inti ‘serangan’ tersebut bukan pada serangan-nya, tapi apa konsekuensi yang bakal terjadi setelahnya.

Coba anda pelajari saat serangan teroris yang menyasar AS pada 11 September 2001 silam.

Point-nya bukan pada serangan tersebut, tapi pada imbas akibat serangan tersebut. Serangan tersebut hanyalah pretext untuk menggelar program besar yang bernama Global War on Terrorism. (baca disini dan disini)

Kasus yang sama juga terjadi dengan plandemi Kopit. Inti utamanya bukan pada virus yang diklaim ‘mematikan’, tapi pada agenda besar yang bernama The Great Reset. Kopit hanyalah pretext untuk bisa menggelar agenda terselubung ini. (baca disini, disini dan disini)

Sekali lagi saya katakan, serangan itu hanyalah pretext untuk menjalankan kejadian yang lebih dahsyat lagi.

Apa itu?

Setidaknya ada 3 hal.

Pertama, bisa jadi serangan tersebut memang sengaja digelar untuk memberi jalan bagi Israel untuk mengusir seluruh penduduk Palestina yang ada dijalur Gaza.

Ini perlu dilakukan untuk menjalankan 2 agenda sekaligus: mengamankan pasokan energi bagi Israel plus menjalankan agenda Oded Yinon’s Plan. (baca disini, disini dan disini)

Terbukti setelah serangan roket Hamas, Menham Israel Yoav Gallant bersumpah untuk mengepung jalur Gaza secara total, termasuk memutus semua pasokan air, makanan dan juga aliran listrik. (https://www.aljazeera.com/program/newsfeed/2023/10/9/israeli-defence-minister-orders-complete-siege-on-gaza)

Kedua, konflik tersebut membuka kisah lama tentang bangkitnya terorisme yang dianggap sebagai ancaman global. Bukan nggak mungkin setelah ini bakal ada serangkaian gerakan teror sehingga membuka jalan bagi GWOT bisa dijalankan kembali.

Tentang ini saya pernah bahas selepas Biden dilantik sebagai presiden AS. (baca disini dan disini)

Dan yang terakhir, konflik tersebut bakal menambah kusut perekonomian global.

Yang paling sederhana, serangan tersebut bakal mengkerek harga minyak dunia. Tanda-tanda itu sudah terlihat pada outlet media mainstream. (https://www.washingtontimes.com/news/2023/oct/9/israel-hamas-war-pushes-oil-prices-higher-knee-jer/)

Jika harga minyak naik, apa tidak memberikan efek domino pada perekonomian global?

Lalu, agenda siapa yang berhasil dimajukan dengan adanya konflik Hamas-Israel?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Bang kalau boleh bahas juga kronologi pecahnya perang sinetron ini dan pihak2 atau oknum tertentu yang gomporin sampai skenario ini terjadi.

error: Content is protected !!