Kemana Kebijakan Diarahkan? (*Bagian 2)


532

Kemana Kebijakan Diarahkan? (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, saya sudah mengulas secara parsial tentang kebijakan LN yang akan diambil oleh pemerintah AS dibawah kepemimpinan Biden-Harris. (baca disini)

Sebelum membahas kebijakan LN secara holistik, anda perlu tahu siapa sosok Joe Biden sebenarnya. Benarkah dia aset ‘Katolik Roma’ pecinta damai seperti yang ditulis oleh banyak netizen middle class?

Saya coba ulas sedikit siapa sebenarnya Biden.

Biden merupakan sosok ‘pemandu sorak’ yang berperan dalam proyek Global War on Terrorism yang dibesut di era pemerintahan Bush. (https://www.jacobinmag.com/2019/07/joe-biden-iraq-war-hawk-presidential-candidate)

Secara khusus, perang di Irak dari mulai Baghdad hingga Basra, Biden ‘ikut andil di dalamnya. (https://www.nytimes.com/2007/07/30/world/americas/30iht-letter.1.6894357.html)

‘Karya’ Biden di Libya juga nggak kalah set, dengan memakai tangan Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen. (https://www.kyivpost.com/world/biden-rasmussen-among-democracys-watchdogs-who-gather-in-copenhagen.htmlv)

Di Brazil, jejak Biden juga ada dimana proses pemakzulan Presiden Dilma Rousseff oleh Senat bisa sukses karena ada ‘campur tangannya’. (https://www.americasquarterly.org/article/the-incredible-unknown-bond-between-joe-biden-and-brazils-dilma-rousseff/)

Itu baru sebagian kecil rekam jejaknya. Kalo saya ulas secara rinci, anda bakal begidik membacanya.

Singkatnya nggak ada skenario damai dalam sosok Biden. Ya 11-12 sama wakilnya, Kamala Harris. Dan untuk mewujudkan rencana lanjutan deep-state bagi AS, langkah awal yang harus ditempuh adalah bagaimana caranya agar Biden-Harris melenggang dulu ke Gedung Putih.

Makanya proyek pemenangan Biden-Harris yang diorkestrasi oleh Hillary Clinton lewat Transition Integrity Project (TIP), nggak boleh gagal. Apapun yang terjadi. (https://www.washingtonexaminer.com/news/hillary-clinton-biden-should-not-concede-under-any-circumstances)

Oh iya. Satu yang anda perlu tahu, bahwa pencalonan Kamala Harris sebagai wakil Biden, bukan rencana dadakan karena nyatanya telah di setting 3 tahun yang lalu. Dan tebak, siapa yang melobi agar seorang Harris bisa naik ke puncak karirnya sebagai wapres? Tentu saja, Israel. (https://pagesix.com/2017/07/15/kamala-harris-meets-with-democratic-elite-in-hamptons/)

Sekarang kalo sudah tahu skenario-nya seperti ini, kalo ada yang bilang bahwa perdamaian di Palestina bakal terwujud di era pemerintahan Biden-Harris, logikanya kemana?

Lalu, apa yang akan menjadi proyek besar pemerintahan Biden-Harris?

Setidaknya ada 2 hal. Pertama mengaktivasi Perang Dingin 2.0, dan kedua membangkitkan kembali proyek GWOT yang saat ini telah berganti nama menjadi OCO alias Overseas Contingency Operation. (https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/02/oco_fy21.pdf)

Kalo sudah tahu skenario besarnya, lantas apa kebijakan turunannya?

Yang pertama dalam mengantisipasi Perang Dingin 2.0 melawan dynamic duo Rusia-China, maka AS butuh aliansi strategis. Ya apa lagi yang diandalkan selain NATO yang sempat ‘vakum’ dimasa pemerintahan Trump.

Untuk eksekutornya, sederet aggresor globalis yang maniak perang bakal dipasang kembali oleh Biden-Harris, mulai dari Kagan-Nuland, Sam Power, hingga Susan Rice.

Kalo mesin perang nggak jalan, maka kekuatan proxy bakal dimainkan oleh pemerintahan Biden-Harris dalam mengobok-obak negara yang ‘sulit diatur’.

Salah satu kekuatan proxy yang dapat diandalkan adalah mesin perang Wahhabi yang dimasa Trump sempat mati suri. Apa pernah anda mendengar AS mendapat serangan teror di masa pemerintahan Trump? Tidak ada bukan?

Makanya saat Macron mencoba memainkan skenario ‘teror’ di Perancis yang dipicu pemenggalan kepala Samuel Paty oleh kelompok jihadis, Trump hanya ‘bersikap dingin’ menanggapinya. Jelas aja, wong proyek GWOT nggak masuk prioritas kebijakan Trump.

Akibatnya skenario-pun gagal untuk dikembangkan karena nggak ada sokongan dari ‘sutradara’ utama. (https://www.bbc.com/news/world-europe-54729957)

Sebaliknya, kebijakan Biden-Harris yang akan mengakhiri ‘kontrol imigrasi’ yang sempat diberlakukan Trump, justru akan membuka pintu masuk bagi jaringan teror bukan saja di AS namun juga di dunia. (https://www.npr.org/2020/09/14/912060869/biden-pledges-to-dismantle-trumps-sweeping-immigration-changes-but-can-he-do-tha)

Setelah saya kasih sedikit ‘bocoran’, sekarang anda mulai mengerti langkah ke depan yang bakal diambil Biden-Harris, bukan?

Pertanyaan selanjutnya, apa yang akan menimpa Republik Wakanda? Kenapa juga saya sempat keluarin statement, bahwa di 2022 nanti akan ada peristiwa yang sulit untuk dilupakan?

Saya harap anda nggak penasaran ya..

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


3 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Mau tanya bang, RUU tentang Papua yang sempat diinisiasi oleh Demokrat juga bakal dijalankan ya. Menunggu ulasan bang ndaru.

error: Content is protected !!