Sekali Lagi Tentang Oded Yinon


523

Sekali Lagi Tentang Oded Yinon

Oleh: Ndaru Anugerah

Timur Tengah selalu dalam kekacauan dalam beberapa dekade belakangan, disebabkan karena adanya perang proksi yang disponsori AS dan sekutunya.

Tentang ini pernah saya bahas dengan detil. (baca disini dan disini)

Secara singkat, ada satu hal yang anda harus tahu, bahwa peta yang ada saat ini akan coba digambar ulang di kawasan tersebut oleh elite global, berawal pada Perjanjian Sykes-Picot yang dilakukan pada tahun 1916. (https://www.britannica.com/EBchecked/topic/577523/Sykes-Picot-Agreement)

Tujuannya tentu saja mewujudkan kekaisaran Israel Raya yang terdiri dari beberapa negara yang akan ditarik menjadi wilayah kekaisarannya, yang sudah diungkapkan oleh Oded Yinon di tahun 1980. (https://pdf4pro.com/view/the-zionist-plan-for-the-middle-east-278f.html)

Untuk membuat rencana ini berhasil, tiap negara yang ada dalam cetak biru, ya harus dibubarkan.

Dan cara yang paling murah dan efektif adalah dengan menggunakann kekuatan proksi, termasuk pada jihadis sebagai mesin perang sang Ndoro besar. Proses adu domba-pun dimulai. (baca disini dan disini)

Para proksi jihadis sengaja dilatih dan dibiayai oleh AS guna menyerang pemerintah yang sah di tiap-tiap negara target.

Contohnya adalah bagaimana AS melatih pada jihadis ISIS di Yordania sebelum diterjunkan untuk berperang melawan Bashar al-Assad. (https://www.presstv.com/Detail/2015/06/01/413853/US-bombers-hold-fire-Iraq-Syria-ISIL-)

Setidaknya Prof. Francis Boyle dari Universitas Illinois membenarkan hal tersebut, bahwa ISIS sebagai operasi rahasia intelijen AS yang bertujuan untuk menghancurkan Irak sebagai sebuah negara. (https://www.researchgate.net/publication/329131695_The_Hoax_of_Democratization_in_Iraq_Since_US_Invasion_The_Legacy_of_Neoliberalism)

Jadi hadirnya para proksi Jihadis sangat diperlukan untuk membuat rencana destabilisasi terlaksana.

Dengan hancurnya negara-negara target, maka proses menggambar ulang peta di kawasan itu dapat diwujudkan. (https://www.globalresearch.ca/us-sponsored-terrorism-in-iraq-and-constructive-chaos-in-the-middle-east/5387653)

Contoh paling gamblang di Irak. Dengan hadirnya para proksi, maka AS dan sekutunya punya alasan untuk intervensi karena ada kejahatan kemanusiaan yang dilakukan disana. Padahal yang buat rusuh adalah jihadis yang sudah dibina oleh AS sendiri.

Ini jelas akal-akalan saja, karena target sesungguhnya adalah buat kerusuhan selain mengamankan ladang minyak yang ada di Erbil milik sang Ndoro besar. (https://www.newamerica.org/international-security/reports/decision-making-counter-isis-war/what-drove-the-wars-snapback-in-iraq-and-syria/)

Selain itu, tentu saja AS dan sekutunya juga mendukung suku Kurdi yang ada di Irak untuk menuntut ‘kemerdekaan’ bagi bangsa mereka di Irak. Dan memang Irak harus dipecah menjadi 3 bagian, bukan? (https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/iraq/11027128/US-free-flow-of-weapons-to-Kurdish-fighters-taking-on-Islamic-State.html)

Dan laporan yang dibuat oleh Richard Hass selaku Presiden Council on Foreign Relations (CFR) menegaskan rencana tersebut. (https://www.project-syndicate.org/commentary/richard-n–haass-argues-that-the-middle-east-is-less-a-problem-to-be-solved-than-a-condition-to-be-managed)

Kenapa Irak yang disasar terlebih dahulu?

Karena Irak merupakan hambatan utama dalam mewujudkan rencana tersebut. Irak dipandang lebih kuat dari Suriah.

Nyatanya, prediksi tersebut meleset. Suriah yang dianggap lebih mudah untuk ditaklukan, hingga kini belum berhasil ditaklukan. Ini karena adanya campur tangan Rusia di dalamnya.

Menurut cetak biru yang ada, setelah negara-negara target tersebut dipecah belah, maka rencana selanjutnya adalah menciptakan kawasan baru yang disebut-sebut sebagai Uni Timur Tengah. (https://thenewamerican.com/tna3016-inside-track/)

Dan ini selaras dengan pernyataan Richard Hass, “Timur Tengah akan terus bergolak kecuali tatanan lokal baru terbentuk pada kawasan tersebut.”

Dengan kata lain, tanpa adanya tatanan lokal baru, jangan harap perang di kawasan Timteng akan berakhir.

Lalu apa tatanan lokal baru yang dimaksud?

Tentu saja kekaisaran Israel Raya dengan negara-negara Arab yang akan menjadi subordinat kekuasaannya di Timur Tengah.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. bang, saya agak lupa apakah pernah dibahas perang Arab Saudi Yaman- Houthi. Soalnya HOuthi kan tidak dilabeli teroris lagi sama US. apkaah itu proxinya?

error: Content is protected !!