Selaras Dengan Agenda Sang Ndoro
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bukankah dalam situasi perang, kita harus menunjukkan dukungan kepada salah satu pihak yang terlibat?” begitu ungkap seorang netizen, menanggapi tulisan yang saya buat sebelumnya. (baca disini dan disini)
Saya nggak menyalahkan anda jika anda terlibat dalam aksi dukung mendukung dalam konflik di Ukraina. Itu hak anda.
Masalahnya, ini bukan pertandingan sepak bola atau liga basket NBA.
Bukan, sama sekali bukan.
Ini konflik yang dipaksakan, yang seharusnya nggak perlu diperuncing dengan aksi dukung mendukung.
Apa anda pikir media mainstream sengaja menyajikan konflik di Ukraina kepada anda saban hari, tanpa punya tujuan yang jelas? Retorik, bukan?
Sebaliknya saya menegaskan bahwa konflik ini sengaja dibuat untuk menyukseskan agenda yang lebih besar lagi. Apa itu? Tentu saja dunia indah bak di surga, dimana manusia akan hidup tanpa kepemilikan, tanpa dunia yang penuh dengan polusi dan juga tanpa perang plus virus yang mematikan. (https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/21252030%20Agenda%20for%20Sustainable%20Development%20web.pdf)
Dan untuk mewujudkan kehidupan layaknya di surga, The Great Reset adalah kuncinya. Untuk me-reset dunia, maka tatanan yang ada saat ini harus dihancurkan, agar tatanan dunia baru dapat diwujudkan. (baca disini, disini dan disini)
Memangnya konflik yang sengaja diciptakan di Ukraina, mendukung upaya resetting? Kalo iya, bagaimana kita membuktikannya?
Dari konflik ini saja, bahan bakar migas sudah meroket setinggi langit belakangan ini. Wajar jika kemudian mengarah pada tingginya laju inflasi selain mengganggu rantai pasokan global. (https://edition.cnn.com/2022/03/04/business/russia-ukraine-supply-chain-oil/index.html)
Jika konflik terus diperpanjang, maka akan mendorong ekonomi ke jurang krisis yang lebih dalam. Apakah ini hanya kebetulan sama dengan agenda TGR? (https://finance.yahoo.com/finance/news/west-already-started-feel-stagflation-152027225.html)
Dengan ambruknya bangunan ekonomi global, apa ini nggak berdampak pada angka pengangguran yang sebelumnya telah terdampak dari aksi lockdown yang diambil selama Kopit? (https://www2.staffingindustry.com/Editorial/Daily-News/Ukraine-Russia-conflict-poses-risk-to-labor-markets-across-other-countries-60767)
Di bidang lain yang perlu kita kritisi adalah sektor energi. Dengan meroketnya harga migas, bukan nggak mungkin ini akan mendorong agenda The Great Zero Carbon. Alasannya sederhana: harga migas mahal, mendingan pakai energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Ini bukan kaleng-kaleng, karena banyak analis sudah memprediksi skenario tersebut. Ini kemungkinan dimulai dari Eropa yang akan menuju agenda nol karbon akibat tingginya harga migas untuk konsumsi. (https://www.cityam.com/ukraine-invasion-will-definitely-accelerate-the-eus-progress-towards-net-zero-says-analyst/)
Selanjutnya kita akan lihat dampak dari konflik pada sektor pangan. Ini patut ditekankan, karena baik Rusia maupun Ukraina adalah lumbung pangan dunia. (https://www.business-standard.com/article/international/russia-ukraine-war-in-world-s-breadbasket-threatens-food-supply-122030600553_1.html)
Jika krisis ini akan berdampak pada pasokan pangan global, lantas apa yang akan dimajukan sebagai solusinya agar orang bisa tetap makan?
Yang paling mungkin adalah makanan hasil rekayasa genetik (GMO), agar tujuan pangan yang berkelanjutan dapat dieksekusi. Nggak perlu kuatir gagal panen, karena barangnya sudah tersedia. Siapa yang punya kepentingan dengan agenda ini? (baca disini, disini dan disini)
Berikutnya adalah penetapan sanksi ekonomi yang diberlakukan AS dan sekutunya terhadap Rusia. Dengan adanya skenario pengalihan dari konflik fisik ke arah ekonomi, memunculkan spekulasi akan dikembangkannya perang siber, yang menyasar infrastruktur perbankan.
Maksudnya bagaimana?
Anggaplah anda berada pada posisi Rusia yang tengah ditekan secara ekonomi dengan pemberlakuan sanksi. Meskipun Rusia mungkin nggak melakukan serangan balasan, tapi jika tiba-tiba ada aksi peretasan yang menyasar lembaga perbankan, kira-kira siapa yang akan dijadikan kambing hitamnya?
Dengan kata lain, spekulasi adanya serangan siber yang dilakukan Rusia sebagai aksi balasan terhadap sanksi yang diberikan, bukanlah hal yang mengada-ada. (https://www.irishnews.com/business/2022/03/15/news/cyber-risks-with-the-current-russia-and-ukraine-crisis—how-these-impact-your-business-2612743/)
Let’s say, serangan siber itu kemudian terjadi, bahkan dalam skala global, apakah ini hanya kebetulan sama dengan simulasi yang dilakukan genk Davos? Coba ukur dampaknya terhadap tatanan status quo. Akankah ini dijadikan dalih untuk penataan kembali sistem dunia yang baru? (baca disini dan disini)
Lebih jauh lagi, kalo dulu kita bisa mengakses internet dengan bebas tanpa memasukkan kode tertentu, dengan adanya serangan siber, bukankah nggak mungkin setiap aktivitas dunia maya, akan dikontrol guna mengantisipasi serangan siber?
Jika ini terjadi, bukankah kontrol digital akan dilakukan lewat program ID digital? (baca disini dan disini)
Bisa disimpulkan bahwa konflik yang dipaksakan ini akan membawa dampak buruk bagi ekonomi global. Untuk mengatasinya, maka pemberlakuan uang digital mungkin dilakukan mengingat dibutuhkan dana yang sangat besar dalam mengatasi krisis akibat konflik tersebut.
Sekali lagi, siapa yang paling siap dalam memberlakukan sistem mata uang digital? Apakah ini semua hanya kebetulan?
“Kebetulan mak lu kiper!”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments