Proyek Pengawasan Ndoro Besar


522

Proyek Pengawasan Ndoro Besar

Oleh: Ndaru Anugerah

Pernahkah anda berpikir, siapa yang mengembangkan kartu vaksinasi digital Kopit?

Jawabannya, VCI alias Vaccination Credential Initiative.

Secara umum, VCI adalah proyek kemitraan yang digagas oleh Microsoft, Oracle dan MITER Corp pada Januari 2021 silam, paralel dengan diberlakukannya program enjus global. (https://www.cnbc.com/2021/01/14/microsoft-salesforce-and-oracle-working-on-covid-vaccination-passport.html)

Apa tujuan utamanya?

Agar mereka yang sudah atau belum mendapatkan vaksinasi, akan bisa dipantau datanya dan keberadaannya. Dan ini akan terkoneksi secara global.

Sampai saat ini, kartu vaksin digital memang baru berisi informasi tentang nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telpon, alamat email dan status vaksinasi. Tapi ke depannya, akan terkoneksi dengan program besar ID2020 alias identitas digital yang berlaku secara universal. (https://www.youtube.com/watch?v=UdlmRoJK1Yg&feature=youtu.be)

Sebagai proyek kemitraan, pastinya VCI memiliki banyak rekanan, dari mulai jaringan Big Tech hingga Commons Project Foundation (CPF).

Menariknya, dalam dewan kepemimpinan CPF, terdapat banyak nama-nama top, dari mulai bankir Wallstreet, jurnalis, hingga presiden Rockefeller Foundation. (https://archive.md/2ERDY)

Dengan banyaknya anasir kartel Ndoro besar pada CPF, nggak mengherankan jika WEF dan Rockefeller Foundation mendorong terbentuknya Common Trust Network (CTN), yang pada akhirnya menciptakan CommonPass (https://www.commontrustnetwork.org/)

Melalui CommonPass, status Kopit seseorang akan bisa diakses dimanapun, utamanya saat hendak memasuki negara lain. Ini sudah berlaku di banyak negara.

Ide yang dipakai CommonPass sebenarnya bukan barang baru, karena ide serupa pernah diujicobakan di Myanmar untuk proyek sistem identifikasi biometrik digital pada 2015 silam. (https://www.biometricupdate.com/202007/from-stateless-to-self-sovereign-a-project-that-gives-life-long-identity-to-the-worlds-invisibles-beginning-at-birth)

Bisa dikatakan, kartu vaksinasi digital, bukanlah proyek darurat, karena memang sudah lama dirancang, jauh sebelum plandemi digelar.

Coba tebak, siapa yang menyokong proyek biometrik di Myanmar?

Nggak lain adalah ID2020 alliance. Apakah ini hanya kebetulan? (https://unlimitedhangout.com/2020/07/reports/charity-accused-of-sex-abuse-coordinating-id2020s-pilot-program-for-refugee-newborns/)

Dan menurut bocorannya, proyek digital ID akan dirampungkan hingga akhir 2025 mendatang. Jika ini rampung, itu berarti di masa depan semua catatan manusia dari mulai lahir hingga meninggal, akan terekam dalam ID digital tersebut. (https://id2020.org/digital-health-id-rfp)

Sudah lumrah jika semasa plandemi, proses pengumpulan data seseorang akan lebih mudah dilakukan dengan alasan mengatasi ‘kondisi darurat’. Jadi, apakah plandemi Kopit (dimana proses pengumpulan data dilakukan) akan berakhir sebelum 2025?

Silakan simpulkan sendiri.

Penyokong VCI lainnya adalah COVID-19 Healthcare Coalition (CHC). Badan ini punya tujuan untuk berkolaborasi dalam mengumpulkan, menganalisis dan berbagi data kepada organisasi lainnya. (https://c19hcc.org/impact-report/)

Salah satu rekanan CHC adalah MITER Corp yang sudah lama dipekerjakan sebagai kontraktor swasta bagi CIA. (https://www.forbes.com/sites/thomasbrewster/2020/07/13/inside-americas-secretive-2-billion-research-hub-collecting-fingerprints-from-facebook-hacking-smartwatches-and-fighting-covid-19/)

Bukan itu saja, karena MITER Corp juga kerap menjalankan beberapa laboratorium sains dan teknologi yang paling tertutup, milik pemerintah AS. (https://archive.md/mHfWv)

Rekanan lainnya adalah Diagnostic Robotics yang punya spesialisasi dalam mengembangkan software pelancakan kontak asal Israel. (https://nocamels.com/2020/07/mayo-clinic-diagnostic-robotics-ai-system/)

Selanjutnya ada nama Oracle Corp yang merupakan perusahaan pengembang perangkat lunak terbesar kedua di AS. Pengamat geopolitik sudah mahfum jika perusahaan itu sengaja didirikan untuk menunjang operasi CIA dalam bidang IT. (https://gizmodo.com/larry-ellisons-oracle-started-as-a-cia-project-1636592238)

“CIA membutuhkan Oracle Corp dalam rangka membangun database yang relasional,” begitu kurleb-nya. (https://www.vox.com/2014/9/18/6425315/oracle-explained)

Dan terakhir ada nama Palantir. Perusahaan yang satu ini mempunyai spesialisasi dalam aktivitas penambangan dan analisis data besar (Big Data).

Dengan spesialisasi yang dimilikinya, badan intelijen (NSA, FBI dan CIA) banyak memakai jasa perusahaan ini untuk menambang data secara besar-besaran untuk kepentingan mereka. (https://www.forbes.com/sites/andygreenberg/2013/08/14/agent-of-intelligence-how-a-deviant-philosopher-built-palantir-a-cia-funded-data-mining-juggernaut/?sh=26b640f77785)

Mungkin, jika anda pernah dengar istilah Tele-Tracking semasa plandemi, yang digunakan untuk memantau penyebaran Kopit, ini hanya sebagian kecil dari karya Palantir. (https://www.beckershospitalreview.com/healthcare-information-technology/10-things-to-know-about-palantir-and-teletracking-which-power-the-hhs-covid-19-data-system.html)

Paparan saya hentikan sampai disini, mengingat masih sangat banyak rekanan lainnya yang punya spesialisasi dalam pengawasan digital. Bisa keriting jari saya kalo harus mengulas satu persatu.

Dan percayalah, bahwa mereka bukan perusahaan kaleng-kaleng, mengingat sekelas CIA sudah bolak-balik memakai jasa yang mereka sediakan.

Point utamanya adalah: semua rekanan tersebut punya satu tujuan yaitu pengawasan digital. Dan plandemi ini merupakan kesempatan yang mereka gunakan sebesar-besarnya untuk mengumpulkan apapun data yang kita miliki, bahkan yang bersifat personal sekalipun.

Saat semuanya sudah terintegrasi dengan jaringan mereka, nggak akan sulit dalam mengontrol siapapun di kolong langit. Termasuk anda dan saya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!